Menjejakkan kaki di negara lain memang menjadi impian saya dari dulu, hamdalah keinginan itu terwujud tanpa sengaja. Berawal dari iseng-iseng bikin paspor yang entah kapan akan dipakai. Sebulan setelah paspor jadi, dua orang teman dekat saya menawarkan tiket promo CGK-SIN pp seharga IDR 700K. Tanpa pikir panjang sayapun mengiyakan ajakan tersebut. Mulailah saya mengumpulkan informasi tentang Singapura dan berikut ini adalah Do’s and Don’ts ketika di Negara kota tersebut
Do’s
- Biasakan selalu menayakan harga ketika makan, khususnya ketika makan street food jangan sampai budget membengkak
- Ambillah brosur MRT guide yang banyak disediakan supaya tidak kebingungan ketika ingin menjelajah Singapura
- Jika ingin belanja murah belanjalah di daerah pecinan atau Chinatown di Singapura. Banyak souvenir dengan harga 3 for $10. 3 item barang seharga S$10
- Pemakaian garam di Singapura dibatasi oleh dinas kesehatan setempat, rata-rata makanan di sana terasa hambar bagi lidah orang Indonesia yang terbiasa makan makanan berbumbu, bawalah lauk/makanan kering siap santap seperti abon,orek tempe teri,sambal sachet,dendeng dan sejenisnya
- Gunakan escalator sebelah kiri jika tidak ingin terburu-buru escalator sebelah kanan diprioritaskan untuk mereka yang terburu-buru
- Kursi pijat di bandara Changi gratis, silakan dipakai jika kaki terasa lelah setelah terbang
- Jika sedang transit di bandara Changi selama 5 jam silakan nikmati city tour bus gratis selama 2 jam
Don’ts
- Jangan meludah sembarangan
- Jangan membuang sampah sembarangan
- Menyebranglah di zebra cross jangan menyebrang sembarangan
- Jangan makan atau minum di dalam MRT (mass rapid transit) alias angkutan massal seperti KRL di Jakarta tetapi berada di dalam tanah
- Jangan mengunyah permen karet di Singapura
- Jangan mendiskusikan masalah agama dan politik dalam negri Singapura baik serius maupun bercanda
Semua orang yang pernah mengunjungi Singapura mungkin mengalami ciri khas kehidupan di negara itu, banyaknya peraturan di tempat publik. Dilarang menyeberang sembarangan, dilarang menyampah, dilarang meninggalkan toilet tanpa menyiram, dan lain-lain. Ini semua adalah bentuk “tali pecut” bagi penghuni Singapura. Bahkan, sebelum menjejakkan kaki di tanahnya pun pengunjung Singapura bisa mendapat gambaran akan budaya larangan di negara itu melalui peringatan ancaman hukuman mati bagi penyelundup narkotika, yang tertulis jelas di kartu imigrasi Singapura
Singapura terdiri dari beberapa etnis. Walaupun pemerintahan Singapura menggalakkan penggunaan Bahasa Mandarin untuk penduduk Tionghoanya, masih ada segelintir penduduknya yang lebih fasih bertutur dalam dialek masing-masing seperti, Hokkien, Tiochiu, Kantonis dan lain-lain. Namun penggunaan dialek lebih tertumpu kepada penduduk yang telah telah berumur. Lebih 60% penduduk India Singapura bertutur dalam bahasa Tamil sebagai bahasa ibu. Bahasa-bahasa India yang lain termasuk Malayalam dan Hindi. Itulah sedikit gambaran mengenai Singapura.