Indonesia dan Malaysia memang bertetangga, walau bahasa kedua Negara tersebut berasal dari rumpun yang sama yaitu bahasa melayu tetapi pada kenyataannya artinya bisa sangat jauh berbeda, saat keliling KL kemarin saya sempat mendokumentasikan beberapa papan informasi atau penunjuk yang sering membuat saya tersenyum sendiri. Berikut ini catatan saya :
BALAI KETIBAAN — Mungkin maksudnya terminal kedatangan
TUNTUTAN BAGASI — kalau di Indonesia tempat pengambilan bagasi, kasian kalau bagasi dituntut beneran
AMARAN. LIF ATAU ESKALATOR SEDANG DISELENGGARAKAN,SEGALA KESULITAN ADALAH AMAT DIKESALI — Terjemahan bebas ala saya mungkin : Peringatan, lift sedang dalam perbaikan, mohon maaf atas ketidaknyamanannya
AMARAN. DILARANG MASUK TANPA KEBENARAN — Peringatan, dilarang masuk tanpa izin
PAPAN KENYATAAN — Papan informasi. Bukan papan lari dari kenyataan ya hehehe..
SEWA KERETA — Rental mobil. Hebat kalau jalan-jalan bisa sewa kereta
PINTU KECEMASAN — Pintu darurat
TEMPAT LETAK KERETA — Parkir Mobil
BUKA SEMASA KECEMASAN SAHAJA — Pecahkan dalam kondisi darurat. Peringatan ini saya lihat di kaca LRT
DILARANG MASUK TANPA KEBENARAN — Dilarang masuk tanpa izin
PENGKHIDMATAN PERCUMA — Layanan gratis. Tulisan ini saya baca di bus GO KL, saya dan teman-teman suka memplesetkanya menjadi bus GOKIL
Oya, jangan sekali-kali meminta air putih kepada pelayan restoran kalau tidak mau dipelototi mereka, karena dalam bahasa Malaysia, air putih adalah air sperma. Kata-kata berikut juga jangan diucapkan ketika di Malaysia : Butuh yang artinya P*nis dan Pantat yang berarti v*gin*. Selain itu ada beberapa penggunaan kata yang tak biasa kita gunakan untuk penyebutan suatu benda atau tempat. Seperti penggunaan kata kedai yang dalam bahasa indonesia lazim digunakan untuk menyebut warung makan, di malaysia kata kedai bisa dipakai untuk salon menjadi kedai potong rambut atau toko furniture menjadi kedai perabot, minimart biasa disebut pasar mini. Terkadang kalau membaca kata-kata tersebut saya suka ngikik sendiri. Hihihi.
note : tulisan ini dibuat tidak untuk mendiskreditkan bahasa suatu bangsa