Istilah backpacker memang identik dengan anak muda, tas ransel dengan isi kantong yang terbatas alias seorang budget traveler, apa jadinya jika kita traveling ala backpacker bareng sama nenek-nenek? Tahun lalu bermodal tiket promo CGK-KL saya berdua teman liburan ke KL. Awalnya kita hanya berdua, lalu teman kantor teman saya (agak ribet, teman saya sebut saja Eko) tiga cewek teman kantor Eko ingin ikut, akhirnya setelah hunting tiket mereka dapat tiket promo sehari lebih awal dari jadwal kita karena tiket pada hari H sudah habis.
Menjelang hari keberangkatan salah satu teman cewek Eko terkena DBD yang akhirnya membatalkan perjalanannya. Buat saya sih tidak ada masalah dengan pembatalan tersebut, lain halnya dengan Eko yang terlihat panik. Usut punya usut akhirnya saya tahu kalau 3 teman cewek Eko itu 2 diantaranya adalah nenek-nenek yang sudah berusia diatas 55 tahun dan yang membuat dia khawatir adalah teman yang membatalkan perjalanan karena sakit awalnya bakal menjadi leader karena dia paling muda. Eko makin kawatir karena dua nenek-nenek tersebut belum pernah ke luar negeri apalagi traveling ala backpacker dengan menginap di hostel.
Menjelang keberangkatan kita berdua mencari solusi supaya nanti kedua nenek tersebut aman selama di bandara dan tidak tersesat ketika mencari hostel karena mereka berangkat satu hari lebih awal. Akhirnya Eko berhasil mencarikan teman di KL yang bisa membantu, menjemput dan mengantarkan nenek tersebut selama di KL. Alhamdulillah aman.
Drama terjadi ketika teman Eko yang di KL (sebut saja mas Z) pada hari H (malam hari saat jadwal penjemputan) ketiduran karena habis minum obat. Dua nenek tersebut mencoba menghubungi via telepon, tersambung namun tidak diangkat. Akhirnya mereka naik taksi ke rumah mas Z sesuai alamat yang dikasih Eko. Sampai di rumah Mas Z pintunya tidak terbuka karena ketiduran. Lalu mereka berinisiatif mencari alamat hostel yang sudah kita booking dengan bantuan sopir taksi. Perlu diketahui jarak rumah mas Z dengan alamat hostel sekitar 1-2 jam. Waktu sudah pukul 2 dini hari. Sepanjang perjalanan mereka hanya berdoa supaya tidak terjadi apa-apa di negara orang. Dan tibalah mereka di kawasan hostel yang dicari, ditengah kawasan malam kota KL yang penuh dengan diskotik, dua nenek berhijab menenteng koper mencari-cari alamat hostel. Hostel tempat kita menginap lantai bawahnya adalah diskotik sehingga mereka harus naik tangga menuju kamar. Kedua nenek tersebut shock melihat kamar tempat mereka menginap. Jajaran bunk bed itu lebih cocok dipakai untuk anak muda bukan lansia. Apalagi saat tidur salah satu dari nenek tersebut tidak bisa tidur dengan kondisi gelap. Dengan cueknya mereka menyalakan lampu. Alhasil mereka dipelototi tamu-tamu bule yang satu ruangan dengan mereka. Hihihi
Esok harinya Mas Z datang menjemput ke hostel meminta maaf atas ketidurannya kemudian mengajak mereka keliling KL. Saat kita bertemu malam harinya di sebuah restoran dan mendengar cerita ini kami cuma menahan tawa saat nenek tersebut bercanda kalau salah satu diantara mereka takut diperkosa saat malam-malam keluyuran di negara orang. Lalu temannya menimpali “hai, siapa juga yang mau perkosa nenek-nenek? Yang ada kita menang banyak kalau diperkosa…” hahahaha.
5 comments
Mas lucu banget sih. Tapi salut sama nenek neneknya berani banget gitu tengah malem keluyuran cari-cari hostel. Hahahahaha.
ini kok ceritanya kocak banget sih mas achyyyyyyy *ketawa ketawa*
Seru juga ya backpackeran gini sama ibu-ibu :p
silakan BW ke blog ku juga ya mas achy cvlturetraveler.com :))
hahaha malah menang banyak, btw gw juga pernah dua kali jalan ama nenek2 tapi pake tour guide sih jadi lebih aman dan tenang
Lucu banget ini. tapi buat nenek-nenek 55 tahun itu seper duper keceh ya..
Kapan-kapan bisa kali ya saya ajak mama backpacking..
aselik ngakak!