Sebuah film yang diadaptasi dari kisah nyata yang dituangkan dalam novel oleh Amalia Prabowo. Berkisah tentang seorang ibu muda yang memiliki anak dengan gangguan disleksia. Adalah Amalia, seorang wanita perfeksionis yang dalam perjalanan hidupnya selalu dituntut untuk sempurna. “Harus pintar. Harus berprestasi. Harus jadi orang”. Predikat itu harus selalu dia dapatkan. Berkat didikan dari ayahnya yang keras, Amalia tumbuh menjadi sosok yang kuat dan cerdas. Prinsip hidupnya itu lalu ia terapkan kepada Aqil, anak semata wayangnya.
Namun hidup berkata lain. Aqil tumbuh dengan segala kelebihan dan kekurangannya, sosok kecil itu divonis mengalami disleksia. Sebuah kelainan genetik yang tidak dapat disembuhkan. Diumurnya yang menginjak delapan tahun, Aqil belum mampu membaca dan menulis dengan baik. Kondisi ini menyebabkan prestasi akademisnya disekolah tidak kunjung membaik. Suatu hal yang dianggap ayahnya sebagai kegagalan Amalia dalam mendidik anaknya.
Pada awalnya Amalia mengira semua bisa ia kendalikan. Ia menganggap apa yang dialami anaknya adalah sesuatu yang wajar dan bisa disembuhkan. Amalia kemudian melakukan berbagai upaya untuk menyembuhkan Aqil. Termasuk mendatangi ‘orang pintar’ ketika penjelasan medis tidak mampu menjawab konflik batinnya. Siapa sangka dalam perjalanannya untuk menyembuhkan Aqil justru Amalia menemukan titik cerah dalam hidupnya. Amalia ingat pesan ibunya “Semua ibu yang mencintai anaknya bukanlah orang tua yang gagal”.
Tidak ada yang salah dalam diri Aqil, yang salah adalah orang tua yang menuntut anaknya menjadi seperti apa yang mereka inginkan. Yang merasa anak adalah makhluk yang harus hidup dibawah kekuasaan orang tua. Pada titik inilah Amalia menyadari bahwa kebahagiaan Aqil jauh lebih penting daripada prestasi akademik yang selalu ia tuntutkan padanya. Petualangannya dalam upaya menyembuhkan Aqil membawanya ke dalam dunia penuh warna. Dunia Aqil yang selalu bertabrakan dengan dunia Amalia yang hitam putih.
Dan akhirnya, Amalia harus berhadapan dengan kemungkinan terburuk dalam hidupnya : Kehilangan Aqil.
Potongan diatas merupakan cerita singkat dari film Wonderful Life yang dibintangi Atiqah Hasiholan dan Sinyo, seorang aktor muda berbakat. Digarap apik oleh sutradara Agus Makkie, film drama keluarga ini mampu memberikan sudut pandang yang kaya bagi para penontonnya, khususnya para orang tua yang memiliki anak dengan kebutuhan khusus. Anak-anak berkebutuhan khusus bukanlah musuh yang harus ditanggulangi, sebaliknya jadikan mereka sebagai sahabat dalam kehidupan. Seperti tagline film ini, “Karena semua anak dilahirkan sempurna..”. Daripada sekedar fokus dengan kekurangan mereka, alangkah lebih bijaknya jika para orang tua menyadari bahwa anak-anak memiliki road map-nya sendiri, dan tugas mereka hanyalah memfasilitasi bakat dan kelebihan anak.
Saksikan film Wonderful Life yang akan ditayangkan secara perdana pada Kamis, 13 oktober 2016 di seluruh XXI Indonesia.
4 comments
wah, siap-siap jadi ibu #eh
siap-siap jadi ibu! #eh
Salah satu film keluarga yang wajib ditonton karena mengandung pesan moral dan arti akan kasih sayang ibu dan anak yang sulit dijelaskan namun memiliki berjuta makna bagi para penikmatnya 🙂
recomended banget apalagi soundtracknya juga bikin film ini semakin wonderful 🙂
sebelum menonton film ini saya baca di blog mas achi… dan bener2 bagus filmnya.atiqah mainnya natural bgt. tp ada satu yang mengganjal dalam cerita tersebut,sebernya dukun apaa yaaang tempatnya nyebrang danau ahhaha