Cinta? Embuhlah..

0 Shares
0
0
0

“I didn’t mean to fall in love, but you made it so easy…”

Jika ada yang mengatakan bahwa jatuh cinta membuat manusia gila, mungkin aku sudah masuk rumah sakit jiwa. Entahlah, ini cangkir kopi yang kesekian kalinya aku nikmati bersamamu, namun pahitnya tetap setia membumbui lidahku. Di luar sana, rintik hujan tak peduli tentang Jonggrang yang sering kau sebutkan. Tidak pula tentang fragmen Mendut yang seringkali kau impi-impikan. Dari dulu wanita memang berkuasa menaklukan laki-laki. Pikiranku muak dengan segala pongah mimpi-mimpimu.

Andai kau menyuruhku menyebutkan lingkar tubuhmu atau ukuran celanamu, pasti aku jauh lebih hafal ketimbang mengingat jumlah-jumlah umurmu. Semakin hari, otakku semakin lemah mengingat bilangan-bilangan yang seringkali kau enggan menyebutnya. Aku lemah otak? Jangan tertawa, setiap kita pasti punya sisi lemah bukan? Entah di mimpimu yang ke berapa aku seringkali kau tuduh lemah otak. Asal jangan pernah kau sebut aku lemah syahwat.

Setiap kali kau diculik oleh cerita-cerita dalam buku yang menebarkan pesona, diam-diam aku mencuri pandang wajahmu. Tak perlu lagi gula dalam kopiku, sekilas goresan senyummu sudah cukup. Oh Tuhan, aku lemah oleh ciptaanMu. Dan aku tetap khusyuk menatap bola-bola matamu. Benih otakku semakin liar masuk ke dalam mimpi. Secangkir kopi tubruk Amerika kutenggak habis untuk menuntaskan frustasi sore itu.

Di seberang meja, kau mulai jengah dengan pesona buku ditanganmu. Jarimu berpindah pada segenggam layar datar. Seketika,  telunjukmu mulai menari-nari diatasnya dan aku tetap setia menikmatimu. Aku senang mendengarmu mengucapkan “Maafkan aku sayang…” dan kau kembali khusyu dalam layarmu. Semakin sore kedai kopi ini makin bingar. Namun, liarnya sepi makin menyergapku. Aku tetap diam, menjagamu dengan doaku.

Hujan mulai sepi, lembar demi lembar konflik kian menumpuk. Aku dan kau mulai ditimbun cekam, membungkam, cemas yang memanas. Ah, bukankah ini bukan yang pertama kalinya? Mungkin juga aku sudah gila, gila menikmati kebuntuan kita.

Di sudut meja secangkir Espresso perlahan mulai mendingin, kekasihnya pergi mencari pemanis lain.

Espresso, 1 November..

img-20150416-wa0023_1

0 Shares
10 comments
  1. Bagus …..Saya penikmat karya…meskipun saya tdk terlalu mengerti dg pemilihan katanya…hehehe…saya masih awam..
    Stidaknya bisa menghadirkan inspirasi untuk status di medsos…heheh

  2. Jadi, endingnya lanjut apa cari pemanis lagi?

    Ah sudahlah, cukup kamu mencari gula terakhir tak usah lagi dicampur pemanis buatan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You May Also Like