Tips Survival Yang Wajib Kalian Tahu Sebelum Naik Gunung, Cewek Wajib Baca!

0 Shares
0
0
0

Dibahas Dari Sisi Medis Oleh dr. Ridho Adriansyah dari RS. Firdaus

Diskusi santai menguak mitos dan fakta tentang pendakian

Ketika sedang kemping dan bermalam dengan menggunakan tenda, kalian menaburi sekeliling tenda dengan garam, berharap hewan berbahaya semacam ular takut masuk ke dalam tenda, pernahkah kalian pernah melakukan ini? Apakah ular benar-benar takut dengan garam? Sekedar mitos atau fakta? Atau tiba-tiba ketika sedang berada di ketinggian salah seorang teman kita mengalami hypotermia, apa yang harus kita lakukan? Benarkah dengan memeluknya tanpa busana bisa membuatnya sadar? Mitos atau fakta?

Nah, beberapa pertanyaan di atas kemarin dibahas  dan dijawab langsung oleh beberapa narasumber kece diantaranya dr. Ridho Adriansyah, Sp, PD dari RS. Firdaus, Harley B. Sasta seorang penggiat alam, penulis dan pemerhati konservasi alam dari Federasi  Mountaneering Indonesia, Tyo Survival Eks. Host Survival & Jejak Petualang Trans7 serta Siti Maryam seorang wanita tangguh survivor 4 hari 3 malam di Gunung Rinjani dan Edy M. Yamin selaku founder Backpacker Jakarta.

Acara kece tersebut terlaksana berkat kerjasama antara Klub Buku & Blogger (Kubbu) Backpacker Jakarta dengan RS. Firdaus. Acara berlangsung seru di Casapatsong’s Kitchen Express. Mitos dan fakta seputar pendakian dibahas dari sisi medis oleh dr. Ridho Adriansyah, dokter yang juga pernah naik gunung ini dinas di RS. Firdaus. Buat kalian yang belum tahu, RS. Firdaus adalah Rumah Sakit Paru yang berada di bilangan Jakarta Utara.

SEKILAS TENTANG RUMAH SAKIT FIRDAUS
Sebelum dikenal dengan rumah sakit dengan spesialisasi penanganan paru, RS. Firdaus awalnya adalah sebuah klinik yang didirikan pada tahun 1995. Karena kebutuhan pasien akan pelayanan kesehatan yang makin berkembang maka pada tanggal 7 April tahun 1998 beliau mengajak teman-teman dokter umum lain untuk membuka praktek dokter bersama dan pada akhirnya dibukalah ”KLINIK FIRDAUS” dengan pelayanan  Praktek Dokter Bersama 24 Jam.

Dalam perjalanan dan perkembangan klinik FIRDAUS, setelah diamati dan dilakukan evaluasi tentang kebutuhan dasar pelayanan kesehatan masyarakat dan atas dasar data medik yang dievaluasi, maka diperoleh kesimpulan bahwa pasien terbanyak yang datang berobat adalah pasien PARU dimana didalamnya termasuk penyakit yang mendominasi masyarakat lapisan bawah adalah Infeksi saluran napas atas, TBC paru, Pneumonia, Penyakit Paru Obstruksi Khronik, asma dan Kanker Paru.

Berdasarkan fakta dan tuntutan masyarakat akan kebutuhan pelayanan kesehatan khususnya dibidang PARU, maka arah pengembangan pelayanan kesehatan di klinik FIRDAUS lebih diarahkan ke pelayanan PARU dan menjadikan PARU sebagai layanan utama dan unggulan. Fokus RS Firdaus ternyata pada pelayanan BPJS terbaik. “Fungsi rumah sakit tak hanya mengobati, tapi juga memberikan informasi..” Tutur Nanisa selaku Marcom dari RS. Firdaus.

TIPS BERTAHAN HIDUP DI ALAM SERTA MITOS DAN FAKTANYA

Nah, sekarang saya mau lanjutkan tentang tips-tips bertahan hidup di alam serta mitos dan faktanya. Mitos sendiri berarti suatu cerita atau dongeng yang berlatar belakang kisah kejadian masa lalu. Mirip  hubungan kita yang hanya sekedar mitos, oke lupakan!

Mitos yang pertama, benarkah ular takut garam? Mas Tyo Survival yang ahli dalam dunia per-ular-an memberikan contoh langsung dengan mengeluarkan ular yang dia bawa, kemudian meletakkan di lantai yang sudah ditaburi garam. Dengan santainya ular tersebut melintas diatasnya, ternyata ular takut garam hanyalah mitos. Karena sejarah awalnya garam adalah media pemujaan.

Jenis binatang yang sensitif dengan garam adalah binatang yang berlendir. Tubuh ular bersisik tapi tidak berlendir. Ular sangat takut dengan ijuk yang biasa dipakai untuk sapu, karena tubuhnya bersisik dan sangat sensitif. Selain ijuk ular juga sensitif dengan wewangian, cukup semprotkan parfum untuk menghalau ular. Dijamin ular akar kabur menjauh.

Lalu bagaimana menghadapi hewan buas seperti harimau misalnya, Tyo memberikan contoh dengan meniup kantung plastik, ketika sudah mengembang kita bisa memukul kantong hingga meletus dan menimbulkan bunyi ‘dooor’. Trik ini bisa dipakai untuk menakuti hewan karena mirip suara senapan.

Selanjutnya Tyo mencontohkan pentingnya membawa trash bag plastic yang multi fungsi, bisa dipakai untuk pelampung dengan meniupnya dan memasukkan ke dalam tas atau carriel, bisa dipakai alas duduk atau tidur, bisa sebagai pengganti jas hujan dan lain sebagainya.

Di sini mas Tyo juga memberikan contoh jenis tanaman yang aman dikonsumsi saat kondisi darurat di alam diantaranya adalah Begonia dan Nepentes atau yang sering dikenal dengan Kantung Semar. Dua tumbuhan ini banyak ditemukan didalam hutan hujan tropis. Salah satu ciri tumbuhan yang aman atau tidak beracun adalah tumbuhan yang dimakan satwa.

Mitos lain, benarkah wanita dilarang mendaki gunung said haid atau datang bulan? Ini hanyalah faktor medis, karena disaat datang bulan fisik dan psikologi wanita mengalami penurunan. dr. Ridho Adriansyah RS Firdaus menjelaskan beberapa hal yang harus diperhatikan ketika akan mendaki, diantaranya :

1.    Pastikan kondisi fisik dan mental sehat.
2.    Persiapkan penghangat tubuh seperti jaket, celana gunung, siapkan pula makanan, air serta obat-obatan dalam kondisi cukup
3.    Pastikan pula pakaian pengganti tersedia, ini untuk antisipasi ketika sewaktu-waktu cuaca kurang bersahabat.
4.    Hal paling penting adalah jangan lupa menyiapkan tenda, bivak atau tempat berteduh.
5.    Patuhi segala aturan yang disampaikan tim ranger dan hormati adat istiadat penduduk setempat.
6.    Jangan pernah mendaki sendirian, ajaklah minimal 3 orang teman ketika mendaki.
7.    Jangan lupa berdoa.

Ketika mengalami kondisi darurat saat pendakian, tersesat atau terpisah dari rombongan misalnya, apa yang harus dilakukan? Pengalaman ini disampaikan langsung oleh Siti Maryam dan Edy M Yamin, setelah 4 hari 3 malam Siti terpisah dari rombongan Edy  dan menghilang di Gunung Rinjani, awalnya Siti memisahkan diri dari rombongan karena ingin BAB, namun secara tak sengaja dia terperosok ke dalam semak-semak dan terjatuh di pinggiran jurang.

Selama empat hari Siti bertahan hidup dengan mengandalkan madu sachet dan permen yang tersisa di dalam kantung celana, semua barang ia titipkan ke temannya saat ijin ingin BAB, Siti tetap tenang dan tetap berpikir logis untuk mencari jalur kembali ke basecamp. Keinginannya untuk tetap survive dan mentalnya yang tangguh akhirnya membuat dirinya selamat dan ditemukan kembali oleh seorang penggembala. Kemauan yang kuat untuk tetap hidup adalah salah satu kemampuan survival sejati.

Dr. Ridho Adriansyah RS. Firdaus kembali menambahkan, dalam ketinggian tertentu umumnya di atas 3000 MDPL tubuh manusia beradaptasi, ketika gagal beradaptasi, maka kita akan sakit atau istilah yang dikenal adalah High Altitude Sickness (HAS) yang terdiri dari 3 jenis Acute Mountain Sickness (AMS), High Altitude Cerebral Edema (HACE) & High Altitude Pulmonary Edema (HAPE).

Cara mengatasinya adalah dengan beristirahat selama 15 menit sebelum meneruskan pendakian. Jika memaksakan pendakian otak kita akan terasa bengkak dan kesadaran akan menurun. Jika tubuh kekurangan glukosa, cairan dan elektrolit tubuh manusia akan mudah mengalami halusinasi.

Di sisi lain untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan saat mendaki gunung seperti sakit misalnya, dr. Ridho Adriansyah menganjurkan supaya para pendaki membawa P3K standart seperti Paracetamol, obat alergi, obat penyakit khusus pribadi, jangan lupa juga untuk membawa oksigen kaleng, karena semakin tinggi gunung kadar oksigen semakin sedikit.

Tubuh manusia itu memiliki batasan dan masing-masing orang berbeda-beda. Manusia bisa bertahan dengan tidak makan tapi tidak bisa dengan tidak minum. Ketika manusia tidak minum selama 3 hari ginjal bisa rusak. Batas tubuh mengalami dehidrasi dalam dunia medis adalah 3 hari.

Nah, sudah tahu kan mitos dan fakta tentang pendakian? So jangan takut mendaki gunung kalau sudah tahu fakta dan mitosnya.

Tulisan ini dibuat atas kerjasama antara Klub Buku & Blogger Backpacker Jakarta dengan RS. Firdaus

0 Shares
5 comments
Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You May Also Like