10 Kuliner Tradisional Unik yang Mungkin Belum Pernah Kamu Cicipi

0 Shares
0
0
0

Berburu kuliner tradisional merupakan kegiatan yang mengasyikan. Bagi saya, kuliner tradisional memiliki citarasa yang istimewa jika dibandingkan dengan kuliner modern seperti fastfood. Memang terkadang harus diakui, restoran fastfood lebih unggul dalam menjaga kualitas kebersihan. Tetapi, semua itu tidak membuat saya kapok berburu kuliner tradisional.

Semakin ke pelosok sebuah daerah, terkadang saya justru menemukan makanan yang unik dan enak. Seperti gado-gado contohnya, meskipun hampir di berbagai kota besar makanan ini sering kita jumpai, tapi saya pernah menemukan gado-gado terenak sepanjang sejarah saya. Warung gado-gado tersebut ada di daerah Srowot, Klaten. Tidak punya nama, hanya warung sederhana dan yang menjajakan adalah mbah-mbah yang sudah sepuh. Namun, soal citarasa  sudah pasti nyamleng, saya dan teman saya Fauzan sampai pesan untuk dibungkus ketika selesai makan gado-gado di warungnya. Ohya, saya juga punya list beberapa kuliner tradisional yang barangkali bisa dicicipi saat berkunjung ke daerah tersebut. Ini daftarnya :

1. Soto Ayam Bu Sum

Lain lagi soal soto, makanan ini sangat mudah ditemui. Namun buat saya rasa soto paling otentik dan nyamleng adalah soto yang dimasak langsung dengan anglo (kompor dari tanah liat) dengan bara api arang. Ayamnya pun harus ayam kampung, bukan ayam broiler atau ayam suntikan 28 hari. Saya menemukan soto dengan rasa otentik dan nyamleng ini di Pasar Beringharjo. Memang agak mblusuk ke dalam, tapi rasanya buat saya tak pernah salah dan pasti nyamleng. Selain rasa yang otentik, harganya pun tergolong murah.

Soto ayam Bu Sum, warungnya sederhana di pinggiran Pasar Beringharjo. Semua makanan di sini dimasak langsung dari anglo. Tidak memakai kompor gas maupun minyak, jadi kalau berkunjung ke sini siap-siap aja kebulekan asap.

2. Pecel Wader

Salah satu kuliner favorit saya adalah Pecel Wader. Ikan Wader yang digoreng garing dengan sambal terasi dan lalapan. Rasanya? Saya bisa nambah 2 porsi sekali makan. Pecel Wader maknyus ini adanya di seberang Kolam Segaran, Trowulan, Mojokerto. Ditambah botok dan es temulawak, rasanya bikin ketagihan. Sayangnya Pecel Wader yang fresh begini nggak ada di Jakarta. Kalaupun ada, dijamin Wadernya sudah digoreng dalam bentuk keripik/gereh. Nggak fresh lagi. Buat kalian yang jalan-jalan ke Mojokerto, silakan dicicipi.

pecel wader

3. Sop Matahari

Kalau lagi main ke Solo jangan lupa nyicipin Sop Matahari. Isinya cacahan daging ayam, sayur, serutan wortel, jamur, kacang polong. Rasanya seger! Biasanya menu ini cuma muncul di hajatan. Sekarang banyak yang jual di Solo, karena banyak yang suka. Salah satu yang paling hits adalah Selat Solo Mbak Lies, di situ ada sop matahari. Selain Sop Matahari, ada juga Selat Solo, Sop Manten, Galantine dan nasi liwet.

sop matahari

4. Manuk Enom

Pernah gak sih kalian tertarik dengan sesuatu setelah membaca buku? Saya sih sering, salah satunya makanan ini, dalam Serat Centhini disebutkan daftar kuliner kuno masyarakat Jawa pada saat itu. Nah, salah satu restoran di Jogja, sebut saja Gadri Resto menyediakan kuliner kuno tersebut, ada semur piyik, gudeg manggar dan makanan favorit para raja. Salah satunya yang di tengah itu. Namanya Manuk Enom, puding yang terbuat dari campuran susu dan tape hijau. Uniknya hidangan ini tidak disajikan dengan vla, melainkan emping melinjo sebagai pendampingnya. Rasanya enak dan unik. By the way, salah satu minuman tersebut namanya Pipis Kopyor, entah yang kanan atau kiri, saya lupa.

manuk enom

5. Bubur Lemu

Kalau di Jakarta, salah satu menu andalan sarapan pagi adalah bubur ayam. Di Jawa jarang banget ada bubur ayam, bubur ini namanya Bubur Lemu (gemuk). Isinya bubur yang dibungkus daun pisang, sayur terik tempe, krecek dan telur pindang. Zaman kecil dulu makannya pakai suru (sendok yang dibuat dari daun pisang). Beberapa daerah di Jawa variasi sayurnya berbeda-beda. Ini khas Jogja, beli di emperan pasar Kota Gedhe bareng sahabat yang doyan jajan @muclassy Seporsi sekitar 5K. Rasanya? Udah pasti maknyusss.

bubur lemu

6. Sego Gandul

When you in Pati, Sego Gandul atau nasi gandul ini harus dicoba! Sejarah awalnya dibuat dari daging kerbau, karena untuk menghormati umat Hindu yang tidak mengonsumsi daging sapi. Seiring berjalannya waktu, resepnya dikonversi dengan menggunakan daging sapi. Teksturnya mirip gulai, kuahnya manis gurih, tapi rasanya beda.

sego gandul

Disebut Nasi Gandul karena ada 2 versi. Yang pertama karena zaman dahulu penjualnya menggunakan pikulan, jadi kalau jalan, pikulannya gondal-gandul. Versi yang kedua karena nasi dan kuahnya dialasi daun pisang. Jadi terkesan nggandul atau menggantung di atas daun, tidak menyentuh piring. Seporsi kisaran 15K. Di Jakarta banyak yang jual, di daerah Sabang dan Meruya. Tentu rasanya tak seotentik di daerah asalnya.

7. Gudeg Bu Menor

“Gudeg Bu Menor” sebutan sahabat saya @muclassy karena warung gudeg ini nggak punya nama. Dandannya ibunya memang menor dan sedikit galak. Lokasinya di sebelah utara Tugu. Meski galak, tapi rasa gudegnya dijamin gak kalah sama gudeg Yu J*m. Apalagi liat lauknya yang berlimpah. Bisa kalap dan khilaf mata.

gudeg bu menor

8. Ketupat Blengong

Sejujurnya saya kurang tahu Blengong itu hewan apa, mungkin sejenis unggas karena kalau dilihat dari tampilannya dalam bentuk matang, mirip paha ayam. Ketupat Blengong ini merupakan kuliner khas kota Tegal. Saya suka sekali dengan ketupat blengong, ketupatnya lembut dan kenyal, kuahnya kental, daging blengongnya garing dan gurih. Belum lagi sate jeroannya, potongannya gede-gede. Yang doyan pedas cocok banget sama sate-sate jeroan ini.

ketupat blengong

Salah satu warung ketupat blengong favorit saya terletak di sebuah tanah lapang, dikelilingi ilalang-ilalang yang cukup tinggi. Jujur saya nggak tahu nama warungnya, bulek saya yang pertama kali ngajak makan ketupat blengong di warung ini. Rasanya maknyus banget, apalagi makannya waktu sore hari, saat matahari sedang angslup, suasananya jadi romantis.

9. Gudeg Ceker Bu Kasno

Boleh dibilang ini adalah gudeg ceker paling hits di kota Solo. Bukannya jam 1 malam sampai subuh, jadi kalau makan di tempat ini berasa sedang sahur atau harus niat banget buat begadang. Rasa gudegnya nggak terlalu manis seperti gudeg Jogja, justru cenderung gurih dan asin, kulit cekernya juga empuk dan gampang dikelupas.

Sewaktu ke sini, pas banget jam sekitar jam 4 subuh, turun dari kereta api langsung mampir sebelum pindah ke Jogja. Meskipun subuh tapi tetap ramai pengunjung, pilihan lauknnya ada telur pindang, ayam, sambal goreng krecek dan tahu-tempe bacem. Diijamin sih bakal habis dalam sekejap.

10. Teh Gula Batu Angkringan Suparjo

Memang, salah satu kelemahan saya adalah mengingat nama, entah itu nama orang atau tempat. Begitu juga dengan nama angkringan ini, angkringan Suparjo, banyak orang juga menyebutnya angkringan Karjo atau Sukarjo, entahlah nama tepatnya. Angkringan ini boleh dibilang salah satu angkringan paling hits di Jogja. Letaknya stratetegis di tengah-tengah kota, tidak seperti kebanyakan angkringan yang cuma gerobakan di emperan toko atau jalan, angkringan ini memiliki lahan luas. Ada tempat parkirnya juga.

teh angkringan sukarjo

Begitu masuk, kita langsung disuguhi bermacam-macam jajanan : nasi kucing, deretan tumis-tumisan sayur, tahu, tempe, tahu bakso, berbagai macam sate dan lauk lainnya. Yang paling saya suka dari angkringan ini adalah menu tehnya yang sangat njawani atau istilahnya Nasgitel (panas, legi/manis, kentel), dengan seduhan teh yang dipisah dengan gula batu. Rasanya? Coba sendiri deh.

Nah, dari 10 kuliner tradisional di atas, kalian pernah mencicipi yang mana? Tulis komentarmu ya.

nyamleng : maknyus/enak

kebulekan : terpapar asap

angslup : tenggelam

 

0 Shares
85 comments
  1. Waktu lagi main di Solo mau dijemput temen tengah malem mau diajak makan Gudeg Ceker Bu Kasno. Tapi pas lagi ngantuk banget dan udah kenyang juga. Jadinya males keluar. Padahal penasaran pengen nyobain. Kapan2 klo ke Solo lagi mau makan itu, ah.

  2. mas achi… semuanya aneh bgt itu mkanannya. yg aku prnh cba kyanya baru bubur lemu.

    bneran tukang mkan mas achi ini.

  3. Menarik banget ih makanannya mas Aci. Ampe nama2nya unik. Terus ada pipis kopyor.. bacanya jadi kebelet.. kebelet kepengen nyobain.. hehe..

  4. Saya baru tahu loh, sejarahnya Nasi Gandul. Dulu sering ke Pati makan ini. Terimakasih, Mas Achi. Lain kali, review Garang Asem yang enak dimana.

  5. Makanan diatas sepertinya belum ada yang saya coba deh.. hahah..
    Tapi jadi pengen pecel wader sama manuk enom dan pipis kopyor ??. Yang Pipis Kopyor asem2 gitu gak sih mas achi? Soalnya dibayangan aku doi minumannya asem manis seger gitu.. #sotau ??

  6. Bubur lemu… Sering lihat di pinggir jalan di Solo. Tapi belum pernah coba. Kelihatannya sih gak awet di perut ya alias cepat bikin lapar lagi

  7. Cobain deh gado-gado di depan GKI Gunung Sahari lalu dibandingin nyemlengan mana. ada referensi kuliner sayur atau urap dari jantung pisang gak di jakarta?

  8. Pingin dong diajak nyobain semuanya.
    Kocak bget pas baca gudeg bu menor, ternyata asal namain gegara yg jual menor bner, itu gincunya ampundah

  9. kok ga semua makanan menampilkan harga mas? curiga ni di bayari makannya 😀
    Indonesia kaya banget ya menu kuliner yang otentik, tapi ga kalah taste nya dan selalu ngangenin.. suka semua menunya… enak2 pastinya

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You May Also Like