Sewaktu kecil dan tinggal di kampung, saya pernah bermain ke rumah tetangga yang mempunyai alat tenun. Waktu itu, saya belum mengerti apa itu tenun. Yang saya ingat, si mbah-mbah di rumah tersebut, setiap harinya duduk berselonjor dan memainkan alat yang berbunyi ‘coklak-coklak’. Beliau duduk sembari tangannya memasukan pintalan benang ke dalam alat tersebut. Barulah ketika dewasa saya tau alat tersebut bernama ATBM alias alat tenun bukan mesin.
Untuk menghasilkan selembar kain tenun ikat butuh proses yang cukup panjang. Mulai dari pemintalan benang, ngeteng plangkan, nali, proses penataan motif hingga penenunan.
Zaman sekarang, kain tenun lagi ngehits. Coba deh, liat di feed instagram. Pasti banyak banget yang berswafoto dengan lembaran kain tenun. Saya sih sering banget liat, anak-anak muda traveling dan berswafoto menggunakan tenun berlatar pegunungan, pantai maupun tempat-tempat wisata yang instagramable.
Dengan alasan itulah, BCA selaku salah satu bank terkemuka di lndonesia, juga ikut mengaplikasikan kain tenun ikat yang sedang hits ke dalam seragam baru karyawannya. Desain dan warnanya sangat elegan dan tidak meninggalkan ciri khas brand corporate. Seragam baru BCA tersebut dibuat oleh desainer kondang Mas Didiet Maulana.
Dalam peluncuran seragam baru BCA beberapa waktu lalu, Mas Didiet Maulana selaku desainer, menunjukan beragam cara dan ciri khas pembuatan kain tenun ikat dari masing-masing provinsi di lndonesia. Saya baru tau lho, kalau 29 provinsi di lndonesia, masing-masing memiliki ciri khas kain tenun sendiri. Kaya banget deh, lndonesia.
BCA juga nggak tanggung-tanggung dalam upaya pembuatan seragam barunya. Untuk bisa membuat seragam tersebut, BCA harus menunggu selama 2 tahun. Wajar sih, kain tenun yang dipakai merupakan kain asli yang dibuat langsung oleh para perajin. Bukan kain pabrikan bermotif tenun ikat. Sebanyak 2.000 perajin dari daerah Troso, Jepara dikaryakan langsung oleh Mas Didiet. Hasilnya? Kain tenun ikat sepanjang 45.000 meter berhasil diselesaikan dengan baik. Ini untuk memenuhi. Salut, deh.
Kain tenun ikat yang diproduksi langsung oleh para perajin menunjukkan bahwa: setiap detil motif yang diciptakan memiliki makna filosofi sendiri-sendiri. Ada cerita panjang di balik setiap lembar kain. Proses pembuatannya pun tidak bisa dibilang mudah. Butuh ketelitian serta kesabaran. Wajar dong ya, kalau harga kain tenun ikat terbilang mahal. Harga yang pantas untuk setiap penciptaan karya seni yang didasari kecintaan penciptanya.
Dukungan BCA untuk para perajin tenun ikat
Tenun ikat sebagai salah satu warisan wastra nusantara memang harus dilestarikan. Bentuknya yang cantik, sangatlah khas dan mempesona. Selain mengaplikasikan tenun ikat sebagai brand corporate, BCA juga ingin menjadi pelopor dalam penggunaan wastra nusantara sebagai seragam korporasi.
Dengan demikian kebutuhan massal terhadap penggunaan tenun ikat maupun wastra nusantara lainnya bisa meningkat. Dengan meningkatnya permintaan pasar, maka meningkat pula taraf kesejahteraan hidup para perajin. Secara tidak langsung, ini akan mendorong pertumbuhan ekonomi kreatif yang dicanangkan pemerintah..
Kini saatnya anak muda tidak malu lagi menggunakan wastra nusantara sebagai identitas bangsa. Bangga dong, ikut melestarikan warisan wastra nusantara.
7 comments
Banyak wisatawan yang menggunakan kain tenun saat berfoto di destinasi wisata. Jadi lebih keren…
Salut. BCA berusaha melestarikan budaya lokal lewat kain tenun dan mmepromosikan langsung lewat pegawainya..
Anak muda bukannya malu menggunakan wastra nusantara, bang. Tapi malu sama harganya. Hahahaha
tenun ikat itu cara pakenya di iket ya mas?? ehhe
Cara mewarnainya yg diikat
Pas banget, ini saya lagi pakai tenun ikat. Setiap trip ke daerah saya menyempatkan waktu ke pengrajin kain,termasuk tenun ikat di daerah tertentu. Salut untuk kepedulian BCA.
Kalau diperhatikan tenun ikat ini memang sedang naik daun. Banyak selebgram dan yang bukan siapa2 kaya saya ini foto2 sambil diselimuti kain tenun ikat. Tidak hanya menjadi properti foto, langkah BCA membawa tenun ikat dalam seragamnya seolah membuat masyarakat terutama nasabahnya lebih mengenal tenun ikat.