A Spiritual Journey to Mecca and Medina part 2 (Tamat)

0 Shares
0
0
0

Perjalanan umrah saya boleh dibilang lancar tanpa hambatan yang berarti. Selama empat hari di Madinah, kami menyempatkan diri untuk mengeksplorasi tempat-tempat bersejarah. Selain Masjid Nabawi, kami juga mengunjungi beberapa masjid yang menjadi tonggak peradaban lslam di kota Madinah. Salah satunya adalah Masjid Quba, masjid ini merupakan bangunan tempat ibadah yang pertama kali dibangun oleh Rasulullah ketika tiba di Madinah.

Selain masjid Quba, masjid Qiblatain juga menjadi tempat bersejarah yang kami kunjungi. Berada di sekitar sini membuat saya penasaran dengan bentuk pemukiman asli warga Madinah. Karena selama tinggal di Madinah, bangunan yang saya lihat hanya hotel, masjid dan pertokoan. Akhirnya dengan penuh harap saya meminta driver untuk berhenti sejenak di dekat pemukiman.

Salah satu sudut pemukiman orang arab
Suatu sore di Madina

Sejujurnya, mengeksplorasi pemukiman warga dengan kondisi mobil parkir di sembarang tempat membuat driver dan mutawif was-was. Di Saudi Arabia, banyak aturan dan denda jika kita berhenti parkir tidak sesuai rambu-rambu. Driver dan mutawif bisa didenda sekitar lima ribu riyal jika ketahuan oleh petugas. Akhirnya driver dan mutawif mengizinkan saya turun dan saya berjanji kepada mereka untuk hunting foto tidak lebih dari lima menit.

Tidak banyak yang saya lihat, namun cukup untuk menghilangkan rasa penasaran saya seperti apa bentuk pemukiman warga asli. Selesai hunting foto saya segera kembali ke mobil dan pulang ke hotel.

Miqat di Bír Ali
Sholat jumat terakhir di masjid nabawi

Setelah empat hari berada di Madinah, tiba saatnya untuk menunaikan ibadah umroh yang wajib di Kota Mekkah. Sholat Jumat terakhir di Masjid Nabawi membuat saya terharu dan sedih karena harus meninggalkan Madinah. Kami menunaikan sholat Jumat dengan berpakaian ihram. Yaitu dua helai kain putih tanpa jahitan untuk laki-laki dan baju tertutup untuk wanita sesuai batas aurat. Selama memakai pakaian ihram bagi laki-laki tidak diperbolehkan memakai pakaian dalam. Mutawif mengingatkan kami untuk tidak memakai wewangian, lotion, menggunting kuku, mencukur ataupun mencabut bulu di badan setelah mengenakan pakaian ihram.

Baca juga: A Spiritual Journey to Mecca and Medinna part 1

Selesai sholat Jumat kami menuju kota Mekah dan mengambil miqat (lokasi untuk mengambil niat yang sudah ditentukan) di Masjid B’ir Ali. Suhu di sekitar Masjid B’ir Ali sekitar empat puluh derajat celcius. Ketika ada angin berhembus dan mengenai muka rasanya seperti ditampar exhaust AC. Di masjid ini kami menunaikan sholat sunnah ihram.

Dari kota Madinah menuju Mekkah perjalanan ditempuh sekitar lima jam tanpa istirahat. Mobil hanya berhenti sekitar lima menit di sebuah SPBU. Tidak banyak yang kami lakukan di dalam mobil selain berdoa, berdzikir dan tidur. Di sepanjang jalan, pemandangan yang kita lihat kurang lebih sama seperti jalur yang kita lalui dari Jeddah menuju Madinah yaitu gunung batu dan padang tandus.

Sekitar pukul tujuh malam kami tiba di hotel. Makan malam sudah tersedia, kami makan dan beristirahat sejenak, kemudian langsung menuju Masjidil Haram untuk sholat dan tawaf. Inilah kali pertama bagi saya melihat langsung keagungan dan kemegahan Masjidil Haram. Rasa haru dan bahagia yang tak terkira ketika melihat langsung bangunan Kabbah, hingga tak terasa mata saya meneteskan airmata. Bangunan yang menjadi kiblat sholat umat lslam di seluruh dunia.

Bangunan berbentuk kubus berlapis kain kiswah hitam itu begitu mengharukan. Salah satu sisinya memiliki talang air yang terbuat dari emas murni. Di sekelilingnya terdapat bangunan setengah lingkaran yang disebut Hijr Ismail dan Maqam lbrahim (bukan makam dalam bahasa lndonesia). Maqam lbrahim adalah  batu yang memiliki bekas tapak kaki Nabi lbrahim ketika beliau meninggikan bangunan Kabbah. Maqam lbrahim ini disimpan dalam tabung keemasan yang memiliki kubah. Bekas tapaknya bisa terlihat dari kaca bening yang melindunginya.

Selesai tawaf, kami melanjutkan ibadah Sai. Lokasi untuk menunaikan Sai tidak jauh dari Kabbah. Dimulai dari bukit Safa menuju bukit Marwah. Kami berlari-lari kecil dari Safa ke Marwah. Tepat di bagian dinding yang memiliki lampu berwarna hijau kita disunnahkan untuk mempercepat lari sampai lampu hijau berikutnya. Total tiga setengah putaran dengan jarak sekitar tiga setengah kilometer. Disunnahkan untuk berdoa sambil melihat Kabbah bila mencapai salah satu sisi bukit.

Selesai Sai sekitar pukul satu malam dan dilanjutkan memotong rambut untuk melengkapi syarat sahnya ibadah umrah. Dengan berakhirnya ibadah Sai dan memotong rambut maka berakhir pula ibadah wajib umrah. Selebihnya kami sholat dan berdoa di dalam masjid.

Sekitar pukul dua malam kami kembali ke hotel dan beristirahat.

Sekedar informasi penjagaan di Masjidil Haram ini cukup ketat. Semua tas diperiksa oleh polisi masjid yang bertugas. Stroller bayi tidak diperkenankan untuk dibawa masuk. Teman saya yang nekat membawa stroller, akhirnya terpaksa menitipkan di box penitipan berbayar yang terletak di luar masjid.

Pertama kali tawaf di depan Kabbah
Di depan Masjidil Haram

Mutawif saya menjelaskan, ketika kita sudah selesai umroh untuk diri sendiri, kita boleh mengumrohkan anggota keluarga maupun saudara. Akhirnya kami semua sepakat untuk ‘menghadiahkan umroh’ untuk anggota keluarga kita yang sudah berpulang, maupun anggota keluarga yang tidak bisa ke tanah suci karena alasan kesehatan. Umroh kedua kita laksanakan pada hari berikutnya dengan mengambil miqat di Masjid Aisyah. Salah satu tempat terdekat dari Masjidil Haram untuk mengambil miqat.

Di sela-sela ibadah di Masjidil haram kami juga berziarah di tempat-tempat bersejarah bagi umat lslam. Salah satunya adalah Jabal Rahmah. Salah satu tempat yang paling romantis menurut sejarah. Karena di sinilah Nabi Adam dan Hawa dipertemukan kembali setelah diturunkan ke bumi.

Di Jabal Rahmah ini banyak peziarah yang berdoa meminta pasangan. Jabal Rahmah sendiri berupa bukit batu yang di bagian puncaknya terdapat sebuah tugu sebagai penanda. Satu hal yang amat disayangkan adalah banyak sekali tangan-tangan jahil yang mencoret-coret situs bersejarah ini.

Jabal Rahmah
Sore di Mekkah

Hari-hari terakhir di Kota Mekkah kami maksimalkan untuk beribadah dan melakukan kontemplasi. Terasa menyedihkan memang ketika kita harus berpisah dengan kota suci Mekkah dan Masjidil Haram. Di sela-sela waktu luang, kami juga menyempatkan diri mencari oleh-oleh di sekitar hotel. Maklum sepanjang jalan menuju Masjidil Haram banyak sekali toko yang menawarkan oleh-oleh dan jajanan khas.

Selain oleh-oleh, saya juga menyempatkan diri untuk menikmati “KFC” ala Arab yang bernama Al Baiq. Selain  ayam ala “KFC” saya juga sempat menikmati jus Arab yang terdiri dari campuran berbagai buah dengan topping menggoda seperti buah kiwi, anggur, apel dan kacang almond. Rasaya segar banget menikmati jus di tengah cuaca panas kota Mekkah yang mencapai empat puluh derajat celcius.

Jus dengan topping buah-buahan
Masjid Qisos

Dan pada akhirnya kami harus berpisah dengan tanah suci. Banyak kenangan dan rasa haru yang tidak bisa saya lukiskan dengan kata-kata. Pun sewaktu menulis cerita ini, saya begitu rindu dengan kota suci. Semoga Allah memberikan rezeki dan kesempatan untuk kembali lagi ke sana.

lnterior Masjid Qisos

Saya hanya berharap, semoga kalian yang ingin menunaikan ibadah umroh, bisa terlaksana ketika masih muda. Mengapa? Karena umroh maupun haji merupakan ibadah yang sangat mengandalkan kekuatan fisik. Selagi bisa umroh ketika masih muda, kenapa harus menunggu usia lanjut.

Baca juga: A Spiritual Journey to Mecca and Medinna part 1

0 Shares
41 comments
  1. Di jakarta yg suhunya 30 something aja, panasnya ga nahan, apalagi 40 derajat yah. Sekarang makin mahfum kenapa jamaah haji dan umroh diharapkan dalam kondisi fit. Sedih juga karena ternyata di Jabal Rahmah pun masih ada aksi vandalisme.

  2. Waduh..
    Padahal pengen liat foto ayam Al Baiq yg kesohor itu.. ?
    Btw kenapa jusnya bentuknya begitu ya? Gak hancur atw bercampur tapi masih terlihat bentuknya..

  3. Setelah umroh, semoga segera ber Haji ya Mas Achi. Aamiin
    Perjalanan spiritual ke tanah suci yang tidak akan cukup diungkapkan dengan kata-kata.
    Seperti ada panggilan untuk datang dan datang kembali. Masyaallah

  4. Anakku umroh umur 5 tahun, Alhamdulillah dia kuat dan semuanya lancar tidak merepotkan seperti apa yang dikhawatirkan pada awalnya.
    Baitullah memang tempat yang paling ngangenin buat kaum muslim ya.

  5. Jus buahnya enak banget kan ya. Aku hampir tiap hari jajan itu selama di sana. Padahal lagi sakit tenggorokan. Terus makan siang nyobain makanan Pakistan yg porsinya gede banget untuk sendirian.

  6. Alhamdulillah ya mas sudah umroh, semoga bisa lekas beribadah haji buat menyempurnakan rukun islamnya. Btw, titipan doa-doanya aku sudah mas dipanjatkan di mekah dan madinah? :p

  7. Membaca ceritanya, melihat fotonya, membuat aku ingin ke sana lagi. Aku koq mau ketawa liat foto Mas Achi jalan pakai baju gamis dan sorban di antata burung2 beterbangan, wiis dah kaya orang Arab beneran

  8. Baca ini aku ngerasa kesentil Mas. Aku masih mikirin tempat2 duniawi, yang padahal kalo diitung-itung total costnya udah bisa digunain untuk umrah.

    Semoga suatu saat aku, ibu, dan ayah bisa kesana. Aamiin

  9. Setuju, lebih baik umroh di usia muda. Nggak kebayang kalo udah lanjut usia dengan suhu hampir 40 derajat gitu, terus harus jalan kaki juga. Semoga bisa umroh di usia muda juga, Amiinn.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You May Also Like