Alhamdulillah, beberapa bulan lalu saya bisa mengunjungi salah satu negara impian: Jepang. Ada apa dengan Jepang? Ya, menurut saya, banyak banget yang bisa dipelajari dari Negeri Matahari Terbit ini. Nggak cuma tata kotanya yang super bersih dan rapi, tapi juga attitude dari penduduk negara Sakura ini patut dicontoh. Salah satunya dalam hal pelayanan.
Sepanjang yang saya tau, mulai dari petugas bandara, hotel, petugas parkir, SPG toko maupun minimarket, dan semua pekerja di Jepang, mereka sangat antusias, ramah, murah senyum, quick response, helpful dan melayani sampai tuntas. Entah itu untuk warga lokal maupun WNA. Nggak ada tuh mereka pilih-pilih dalam melayani.
Contoh nih ya, sewaktu saya belanja makanan di Sevel, saya selalu belanja dengan menggunakan uang koin. Tau kan, yang namanya traveling ke negara orang, ngantongin uang retjeh itu pasti pe-er banget yes! Prinsip saya, sebisa mungkin menghabiskan koin-koin untuk belanja. Tujuannya satu: biar nggak ribet ngitung. Sewaktu saya bayar di minimarket, saya tanya ke petugasnya, “Apa saya boleh bayar pakai koin pecahan kecil?” Dengan antusias si mbaknya menjawab “Oh, tentu saja, mari saya bantu.” Dan bener dong! Si mbaknya dengan antusias dan ramah membantu ngitung semua recehan kecil-kecil yang saya punya dan mengembalikan sisanya.
Kalau di Indonesia? Emmm, nggak yakin sih. Paling dicemberutin atau nggak diomongin di belakang. Iya, kan?
Selain pelayanannya yang ramah, penampilan mereka juga rapi dan sopan. Meskipun cuma driver/kenek bus, mereka pakai dasi, kemeja dan blazer. Nggak ada tuh yang pakai kaus oblong bau oli sambil merokok klepas-klepus. Kayaknya ini udah jadi standar wajib dresscode pekerja di negara ini.
Yang bikin saya makin takjub, mereka tuh mandiri banget. Pernah lho, beberapa kali saya melihat mbak-mbak kantoran pakai blazer dan heels, nenteng sampah sekantung gede atau kardus berisi barang keluar kantor. Nggak terlihat di wajahnya rasa sungkan atau malu buat ngangkut sampah. Mereka nggak gengsi, coba kalau di Sudirman atau Thamrin, udah pasti nyuruh OB kantor.
Pengalaman lain yang bikin saya makin suka sama Jepang adalah ketulusan mereka yang genuine, nggak dibuat-buat. Sewaktu saya kehilangan kantung amplop berisi uang dan tiket, saya coba balik ke sebuah toko baju untuk sekadar tracking, barangkali amplop uang saya jatuh di sana. Tapi, saya nggak yakin juga sih, uang saya jatuh di situ, soale sewaktu di toko, saya nggak ngeluarin uang atau amplop sama sekali. Pas keluar toko pun, uang saya masih ada.
Begitu saya screening, si mas-mas penjaga toko langsung bantu ngecek seluruh area toko. Dari lantai satu sampai lantai dua. Padahal saya cuma keliling di lantai satu. Itu pun sekadar window shopping dan nemenin belanja, nggak ikut beli. Si mas-mas ini berkali-kali minta maaf karena dompet uang saya nggak ketemu. Meski kehilangan uang, saya jadi tidak begitu merasa sedih dan kecewa karena kebaikan mereka membantu saya.
Pas balik ke penginapan, malamnya saya langsung curhat sama resepsionis kalau tadi siang saya kehilangan uang dan tiket pulang dari Kyoto ke Tokyo. Saya cuma basa basi aja sih, you know what? Si mas-mas resepsionis ini langsung minta nama bus yang akan saya pakai dan kontak handphone saya. Dia langsung dong, telepon ke kantor polisi. Dia minta bantuan ke polisi apakah tiket saya bisa diterbitkan lagi oleh perusahaan bus. Huhuhu, saya terharu. :’(
Lalu, Benarkah traveling ke Jepang mahal?
Hmmm, kalau ini sih menurut saya relatif ya. Menurut pengalaman saya, banyak cara kok untuk menyiasati supaya bisa traveling hemat ke Jepang. Bahkan, dengan budget kurang dari sepuluh juta.
Nah, untuk lengkapnya, simak tips berikut ini:
Cari Tiket Promo
Ini sih, udah pada mahfum lah ya. Kita bisa kok hunting tiket promo satu tahun sebelumnya. Saya pun demikian, beruntung dapat tiket promo yang pas banget sama musim Cherry Blossom. Dengan modal 2,9juta PP, akhirnya saya bisa ke Jepang dengan *ir *sia. Apalagi waktu peak seasons sekitar bulan April.
Sewa Penginapan/Hostel Kapsul
Tau kan ya, biaya hidup di Jepang itu nggak murah. Nggak usahlah nginep di hotel. Lebih baik cari penginapan yang terjangkau seperti hostel (pakai S) kapsul. Masalah kualitas nggak usahlah diragukan. Hampir semua penginapan di sana bersih dan dikelola secara profesional. Rata-rata penginapan di Jepang dilengkapi dengan dapur, mulai dari kulkas, kompor, alat masak, microwave, sampai termos untuk membuat teh atau kopi. Kita tinggal beli bahan baku dan masak sendiri. Selain itu, fasilitasnya juga lengkap.
Bawa Lauk Kering dari Indonesia
Ketika traveling ke negara orang, nggak semua makanan cocok dengan lidah kita. Cara menyiasatinya kita tinggal bawa makanan kering seperti abon, kering tempe, rendang, sambal sachet, sambal kacang teri, atau mie instan. Fyi, makan di Jepang itu paling murah sekitar 70ribu seporsinya (tahun 2019). Itu pun makanan kelas Sevel, bukan makanan street food atau kafe-kafe borju.
Kebayang kan, kalau kita makan tiga kali sehari. Etapi, kalau udah ada budgetnya sih nggak papa. Kalau mau lebih hemat, ada sih makanan pengganjal seperti onigiri (nasi kepal) berisi tuna atau ayam. Berasa kayak makan sebutir lontong atau lemper. Kenyang? Ya, tergantung orangnya. Saya sih nggak. 😀
Masak Sendiri
Yes, ini adalah cara paling murah untuk makan. Saya saranin kalau kalian beli bagasi, beli deh bahan baku seperti beras, mie instan, bumbu dasar instan siap pakai seperti bumbu nasi goreng, rendang, sop atau bumbu-bumbu seperti bawang merah, bawang putih dan penyedap rasa. Di Jepang juga ada kok, tapi kalau mau lebih murah dan rasa Indonesianya tetap ada, lebih baik beli dari negeri sendiri. Biar nggak ragu juga masalah kehalalannya, terutama buat Muslim.
Gunakan Bus Malam
Nah, ini adalah salah satu cara untuk menghemat pengeluaran untuk menginap. Jika kita berencana untuk mengunjungi dua atau beberapa kota di sana, usahakan untuk menggunakan bus malam. Selain tiketnya lebih murah daripada tiket pesawat atau kereta cepat (Shinkansen), kita bisa mengurangi anggaran untuk menginap di hostel sewaktu pindah kota. Jangan lupa untuk memfoto tiket yang sudah kita beli untuk mengantisipasi tiket hilang. Hampir semua bus di Jepang menggunakan barcode untuk memindai tiket penumpang. Jangan takut telat, bus di sana tepat waktu dan nyaman.
Beli Tiket Free Pass
Jepang memiliki moda transportasi yang rapi dan integratif. Mulai dari subway, monorail, bus, dan kereta api, hampir semua moda transportasi publik tersebut, menjangkau seluruh kawasan wisata. Namun, tarif transportasi di Jepang lumayan mahal. Buat kalian yang berencana menghabiskan beberapa hari tertentu di sana, sangat disarankan untuk membeli tiket free pass seperti JR Pass, Free Pass harian atau kartu prabayar seperti Pasmo dan Suica Card.
Beli Makanan setelah Jam 9 Malam
Hampir semua minimarket di Jepang memberikan diskon makanan setelah jam 9 malam. Ada juga yang memberikan diskon setelah pukul 6.30 atau 7 malam. Dengan cara ini kalian bisa menghemat budget makan. Kalian bisa menyetok makanan untuk sarapan dan makan siang esok hari sekaligus dengan harga murah. Tinggal disimpan di kulkas dan esok pagi tinggal menghangatkan. Rata-rata diskon makanan yang diberikan, antara 30-50 persen dari harga aslinya. Lumayan hemat, kan?
Bawa Tumbler
Untuk menghemat biaya minum, biasakan untuk membawa tumbler. Beberapa fasilitas publik di Jepang dilengkapi dengan tap water. Selain menghemat biaya minum, kita juga bisa mengurangi penggunaan botol plastik.
Menginap di Bandara
Dengan menginap di bandara, kalian bisa menghemat budget untuk menginap di hostel. Misalnya kalian akan pulang ke Indonesia esok pagi. Usahakan kalian datang ke bandara malam hari. Tenang aja, bandara di Jepang bisa diinapi dan ramah untuk traveler. Selain itu, rata-rata bandara di Jepang cukup luas dan aman.
Nah, udah pada tau kan cara berhemat traveling ke Jepang? Selamat mencoba!
2 comments
Mas Aci, totalan budget berapa? Perlu berapa lama sih? *nyiapincuti* Wah, traveling jauh ya, Jepang. Budaya di sana juga menarik buat dikulik ya
haha 15an lah