Kehilangan merupakan hal yang lumrah terjadi dalam kehidupan. Jangankan hanya barang, nyawa pun, kalau sudah saatnya hilang, maka akan hilang. Namun, kehilangan barang saat melakukan perjalanan seringkali membuat rencana kita berantakan.
Beberapa tahun lalu, karena ada keperluan, saya harus melakukan one day trip ke Pekanbaru, perjalanan singkat ini bukan kali yang pertama. Setidaknya, saya sudah tiga kali bolak-balik one day trip ke Pekanbaru. Pergi pagi pulang sore.
Karena pergi pagi pulang malam, saya tidak membawa banyak barang, hanya satu tas jinjing yang berisi dokumen dan tas selempang kecil yang praktis. Saya sangat jarang membawa tas jinjing, lebih sering memaki daypack atau tas ransel kalau bepergian. Entah karena capek, lapar, kurang fokus, lelah belum ketemu jodoh, atau butuh sandaran bahu jalanan, tiba-tiba saya milih tas jinjing buat bepergian. Hueeks!
Dan apesnya, begitu tiba di Pekanbaru, tas yang berisi dokumen penting itu ketinggalan di taksi. Iya, begitu turun karena kurang fokus, dokumen yang seharusnya saya serahkan ke seseorang jadi hilang. Reaksi saya? Seperti biasa, lempeng dot com. Saya cuma mikir dompet aman ada di tas selempang. Dokumen? Ah, sudahlah, saya lapar. Yang penting saya mau cari warung dulu.
Sampai warung fokus saya cuma satu: makan! Dokumen urusan nanti. Warung makan lokasinya pas di depan taksi saya berhenti, saya pun segera milih sarapan. Entah karena pemilik warung melihat saya kurang fokus, langsung, deh, si ibu negur saya “Mas, kok keliatan linglung?” saya pun menjawab seadanya “Iya, Bu, tas saya ketinggalan di taksi.” Jawab saya sambil melanjutkan sarapan.
Tanpa ada hujan, tanpa ada angin, si ibu itu langsung sama menginterogasi saya. Saya jelaskan ke ibu pemilik warung kalau dokumen penting yang harus saya berikan ke seseorang, ketinggalan di taksi saat berhenti di depan warungnya tadi.
Eh, lahdalah. Si ibu tadi berinisiatif ngeluarin motornya. Tau nggak? Dia ngejar taksi yang saya tumpangi tadi dengan anak ceweknya. Padahal, saya nggak cerita jenis taksinya apa, plat nomornya berapa.
Dan sekitar tiga puluh menit kemudian si ibu tadi kembali dengan tas berisi dokumen. Saya sampai melongo! Kok, bisa sih? Gimana caranya? Btw, kejadian ini sekitar tahun 2015 di mana taksi online di Pekanbaru belum ada. Perhitungan si ibu ternyata cermat. Dia tau jalan arah taksi tadi ke mana.
Katanya, taksi di Pekanbaru kalau dari kota pasti ke bandara buat jemput penumpang. Padahal saya udah hopeless. Kalau dokumen nggak balik konsekuensinya cuma satu: urusan tertunda dan harus balik lagi ke Pekanbaru. Risiko lain nggak ada.
Moral storynya buat saya ketika kehilangan barang: ikhlaskan! Tetap berpikir jernih dan nggak usah panik. Susah, iya emang, tapi nggak ada pilihan lain. Pikir yang terburuk kalau barang ilang, konsekuensinya apa. Setelah itu ya nikmati aja perjalanannya. Wong jodoh udah dijagain baik-baik aja bisa hilang, apalagi cuma barang. Tapi kalau masih rezeki meski udah lama putus bisa aja nyambung lagi. Sama juga kayak tas saya yang hilang tadi.
Berjodoh dengan Sesuatu atau Benda Ada Masanya
Eh, ini mau ngobrolin apalagi sih? Ngobrolin jodoh emang nggak bakal kelar. Dijaga baik-baik hilang, ditelantarin apalagi. Uhuk!
Kehilangan barang sehabis traveling emang bikin nyesek. Apalagi yang hilang adalah sesuatu yang berharga. Bukan saja dari segi bendanya, tapi juga kandungan yang terlarut di dalamnya. Termasuk momen-momen yang sudah diabadikan.
Yap! Betul banget. Belum lama ini saya kehilangan kamera baru sepulang dari traveling ke Jepang. Rasanya? Mirip permen jadul: Nano-nano. Apesnya lagi, hilangnya bukan pas di Jepang. Kamera yang berisi segepok kenangan itu amblas setiba saya di bandara Soetta.
Faktor penyebabnya klasik: kelelahan nunggu jodoh, eh, taksi online. Kejadiannya pas banget jam satu dini hari. Setelah penerbangan kurang lebih 12 jam dari Tokyo-Don Muang, Don Muang-Soetta.
Kamera yang saya tenteng selama perjalanan ke Jepang harus amblas karena teledor. Karena mata udah sepet, badan lelah nggak bisa tidur di pesawat selama penerbangan. Jadilah kamera yang menyimpan semua momen-momen liburan lenyap. Untungya, (maklum, sebagai orang Jawa kita selalu dibiasakan untuk ngomong ‘untung’ saat musibah buruk terjadi) sebagian foto-foto liburan tersimpan di kamera teman. Jadi nggak apes-apes banget.
Berkaca dari kejadian kehilangan saat melakukan perjalanan, saya jadi sadar bahwa segala sesuatu ada masanya. Rezeki saya memiliki kamera baru cuma sampai batas yang sudah ditentukan olehNya. Jodoh saya dengan kamera ada masanya. Rezekinya cuma dikasih sebulan untuk memiliki. Kalau waktunya ilang ya bakal ilang. Begitu pula dengan ‘jodoh’ dengan dokumen yang sempat ilang. Ternyata masih rezeki saya ketika mengikhlaskan. Begitu juga dengan rezeki-rezeki yang kita terima. Semua ada masanya, semua ada batas waktunya. Nggak perlu dikhawatirkan.
Makin ke sini, saya semakin berusaha memaknai setiap kehilangan. Bahwa nggak ada satu pun yang abadi. Nggak perlu risau lagi dengan setiap kehilangan. Berusaha untuk tidak ‘bersandar’ dengan segala sesuatu. Bersandar cukup dengan yang Mahaabadi. Eaaaa… yo wis, gitu aja celotehan kali ini. Semoga saya bisa makin sering belajar menerima kehilangan.
NB: celotehan kali ini tidak terindikasi tjurhat dan mohon maaf nggak pakai banyak foto 😀
32 comments
Baca cerita ini jadi inget, tapi kamera yang belum lama dibeli dengan cicilan, jatuh ke laut. Cuma bisa bengong, mau nangis ga mungkin, masa liburan malah sedih. Meski berharap kamera bsa bener, ehh mati total.. Ya udah apa mau gimana lagi, mungkin itu sebuah pelajaran biar saya lebih hati-hati. *eh malah jadi curhat. ? BTW salut mas, abis kehilangan masih sanggup makan… Hahaha
Ngak pakai banyak foto? kan memang cuma satu mas hehe
Ini tuh terkesan curhat, tapi reminder juga buat aku kalau kehilangan memang berat tapi harus iklas. Insya Allah dapat gantinya yang lebih baik, tssaaaah tumben Antin bener hahaha
Kata pepatah lama, we dont know what we have till it’s gone. Sabar ya mas achiii… *cliche mode on*
wah tapi cerita “Jodoh ada masanya” gak kerasa mas Achi 🙂
Hmmmm…
Kehilangan apapun sejatinya hanya satu yang ingin Tuhan pahami oleh kita setelahnya adalah.. ikhlas dan menjadi dewasa dalam menyikapi hidup.
Nice story for share with us ?
Akupun pernah kehilangan.. sedih lalu bahagia setelahnya, jika engkau memahaminya.
Tjurhat adalah salah satu kegiatan yang menyenangkan kwkwkwkw ?
Ya ampun baca curhatan Mas Achi, auto flash back sama kehidupan pribadi.
Memang di dunia ini enggak ada yang abadi, semua yang kita miliki punya masanya. Dan hal ini yang membuat saya lebih Menghargai dan mensyukuri apapun yang saya miliki.
Tapi memang janji-Nya itu gak akan pernah meleset.. se-centi-pun…
Klo ikhlas pasti bisa balik lagi atau diganti dengan yang lebih baik…
Emang janji-Nya itu gak akan pernah meleset, walau se-centi-pun..
Klo ikhlas bakalan balik lagi atau diganti dengan yg lbh baik.
Senangnya bisa lagi membaca tulisan Mas Achi yang ada human touch nya seorang Mas Achi. Kehilangan ciri khas gaya menulis ? Bukan itu tergantung pilihan kita. Memaknai kehilangan akan membuat hidup kita lebih lega dan tawadhu ya rasanya
ikhlas memang obat dari segalanya. percaya bahwa semua pemberian dari-Nya adalah poin penting lain agar kita bersungguh menjaga dan merawatnya.
Ikhlas memang kuncinya.
Menjalankan amanah atas segala pemberian Tuhan ahar terjaga dengan baik adalah intinya.
Ikhlas..mudah bilangnya, susah ngejalaninya.
Tapi kalau memang masih rejeki, meski hilang masih saja bisa balik jadi milik kita.
Termasuk juga jodoh #eh
Aku jadi inget temen pernah cerita dia kehilangan ijazahnya padahal dia mau interview kerja hari itu juga. Dia bingung ya udah pasrah dan berdoa aja gak disangka” ada aja jalan ketemunya. Ijazahnya gak jadi ilang.. sama dengan mas achi yg kehilangan dokumen hehe
Tentang memaknai kehilangan, teman saya juga pernah ketinggalan HP di salah satu taksi saat di bandara Soetta. Akhirnya harus mengikhlaskan karena segala upaya sudah dilakukan tapi HP tsb tetap tidak kembali.
Gak paham lagi mas achi orangnya lempeng bin sabar gitu. Kalo aku.. barang ketinggalan aja panik.. tapi sekarang2 ini dengan semakin bertambahnya umur serta kejadian2 dalam hidup dan denger cerita orang. Entah mengapa aku jadi banyak bersyukur dan jadi lebih tenang dalam menghadapi banyak hal.
Curhat tersirat ini. Yang penting jodoh dengan si dia sepanjang masa yah, mas..
ikhlas ketika sedang kehilangan sesuatu memang benar-benar sebuah energi supaya kita tidak down ya, mas Achi. Panik dan menyesali kelalaian kita ga akan membuat barang itu kembali ya.
Awal baca judul kirain wah galau nih. Emang ya kalo apa2 tuh jangan liat kulitnya aja..
Itu kok aku ngakak ya baca keinisiatifan si ibu. Kebayang gimana gercepnya si ibu wkwkwk.
Dan wadadidawnya balik. Emang keren lah si ibu udah kayak agen FBI.
Betul mas, intinya sih rezeki ga akan kemana. Tapi jangan terlalu terbuai sama prinsip itu ken nanti kita jadi terbiasa menyepelekan dan ga berusaha hahaha
Kok saya baca jadi lebih banyak dihubungkan dengan jodoh ya ?
Saya setuju untuk berusaha ikhlas jika kita kehilangan sesuatu dengan begitu kita bisa lebih menetralisir keadaan. Begitu juga ketika kita kehilangan si dia yang berarti kita bukan kehilangan tapi belum menemukan..ehm enggak nyambung ya..
Apa yang jadi milik kita akan tetap jadi milik kita. Apa yang bukan milik kita yaa bisa raib, bahkan dengan cara yang logis maupun tidak. Sepertinya soal jodoh pun demikian. Sebagaimana artikelnya yg terindikasi curhat, hehhee komen saya pun ada curhat-curhatnya gitu
NB nya itu lho tidak terkesan tjurhat tapi banyak colongan mengenai jodoh, hahaha sabar mas jodoh gak kemana sapa tau ada didepan rumah. Masih rejeki dokumennya balik, UNTUNG makan di warung itu coba klo nggak, beda cerita pasti.
Betul banget emang ya, kalau masanya sudah habis yasudah kita pun tak bisa melakukan apapun. Sing penting ikhlas. Kamu termasuk orang yang tenang menghadapi masalah yaa mas, terbaik memang ☺️
Semua yang hilang semoga digantikan dengan yg lebih baik lg ya Mas. Walaupun tau sih pasti nyesek banget, tapi semoga rejeki Mas Achi dilipatgandakan oleh Allah swt. Aamiin
Beda yah kalo orangtua yang kehilangan sudah lebih wise. Menerima sebaik-baiknya nerimo. Lah habis hilang yang dikirin tetep perut, nomer satu banget makan tuh.
kalau berbicara tentang kehilangan pasti sedih kak bagiku, apalagi kehilangan sosok orang tua. tapi kehilangan apapun sih juga ga enak, misal kehilangan si dia yg lebih milih yang lain *eh curcol hahahhahaha
Memaknai kehilangan,.. duh dalem bangeet..
Setiap kehilangan akan ada ganti yang lebih baik, insyaAllah.. dan setiap kehilangan adalah sebuah instrospeksi barangkali kita pernah salah dalam mendapatkan sesuatu, lalu diambil olehNya.. wallahu alam… yang pasti semua adalah pelajaran…
sabar ya… semoga diganti sama kamera yg lebih baik lagi. amin
Ealah Keren banget ya mas itu ibuk 2…
Semoga ibuk2 nya selalu diberi Kesehatan, dan ganjaran setimpal dari kebaikan2nya…hilang dokumen mah klo Aku udah lemezzz parahhh…
Eh klo kamera..kusebel,gitu amat si dijajah orang negeri sendiri malah…
Aku setuju mas, rezekinya sampai di situ..yowis…
Kehilangan tak pernah terasa saat keikhlasan menyelimutinya
Baguslah kalo masih bida srlf reminder coz biasanya orang yang kehilangan lebih sering menyalahkan
Wahhh keren, kehilangan tetap merasakan lapar ya. Hehehe
Kalau saya di posisi itu mungkin udah gak nafsu makan ??
Kehilangan akan mengajarkan kita untuk menjaga dengan baik apa yang kita punya. hehe