Dari dulu, saya selalu memiliki prinsip: balanced life antara otak, jiwa, dan fisik yang kuat. Buat saya, ketiga unsur tersebut harus harus seimbang, supaya kehidupan yang saya jalani bisa berjalan sesuai dengan yang saya inginkan.
Balanced life bukan berarti 50:50 atau semua harus dibagi rata. Saya hanya melakukan pendekatan-pendekatan sesuai dengan kebutuhannya masing-masing. Dan menurut saya untuk menjaga ketiganya supaya tetap seimbang nggak susah, kok. Hanya butuh upaya dan komitmen untuk terus melakukannya. Meski secara manusiawi kadang mudah ter’distract’ dengan banyak hal, tapi, saya harus belajar untuk tetap konsisten.
Asupan untuk Otak
Untuk menjaga agar otak saya tetap ‘fit’ dan bisa diajak ‘kompromi’ di segala kesempatan, saya membiasakan diri dan meluangkan waktu untuk membaca buku. Buku apa aja, yang penting bisa menambah pengetahuan atau hiburan.
Boleh dibilang, sudah beberapa tahun, saya kalau di kamar jarang nonton tv. Saya lebih suka menghabiskan waktu luang dengan membaca buku atau dengerin musik. Bukan sok pintar atau apa. Buat saya, dengan sering membaca buku, saya merasa semakin bodoh dan otak saya membutuhkan asupan lebih.
Selain itu, saya juga menyediakan anggaran untuk mengikuti kelas-kelas atau seminar yang saya anggap penting. Toh, namanya ‘investasi’ tidak melulu harus dalam bentuk uang, tetapi juga bisa dalam bentuk ilmu pengetahuan agar kita bisa berkembang. Lagipula agama yang saya yakini juga mengajarkan saya untuk tetap belajar dari kandungan ibu sampai liang lahat. Bahkan sampai ke negeri China
Asupan untuk Jiwa
Asupan yang satu ini menurut saya berhubungan langsung dengan aktivitas spiritual. Sebagai manusia yang lahir dan besar di lingkungan dengan tradisi Jawa yang sangat kental, saya merasa bahwa nenek moyang kita dari dulu, sudah menanamkan nilai-nilai spiritual dalam kesehariannya. Falsafah-falsafah hidup orang Jawa seperti: ‘urip mung mampir ngombe’ atau hidup hanya untuk mampir minum alias sebentar, membuat saya berpikir bahwa kita harus selalu memberi asupan jiwa/spiritual.
Buat apa?
Ya, tentu saja tujuannya agar hidup kita seimbang dan nggak mudah goyah atau rapuh dalam menghadapi beragam masalah yang seringkali muncul tanpa kita duga. Salah satu cara yang efektif buat saya dengan ‘berhenti’ melawan arah angin. Saya lebih suka membaur daripada menarik diri dari lingkungan. Lingkungan-lingkungan ini misalnya: lingkungan yang lebih intelektual, lebih religius, lebih memotivasi, lebih menginspirasi dan lainnya – segala sesuatu yang ada dalam hidup adalah lingkungan kita.
Asupan untuk Fisik
Untuk menjaga keseimbangan hidup yang terakhir adalah dengan memerhatikan asupan untuk fisik. Asupan di sini nggak hanya dalam bentuk makanan atau pun suplemen, tetapi juga dengan menyeimbangkannya dengan kegiatan fisik. Harus saya akui kegiatan fisik seperti olahraga memang agak susah dilakukan.
Dulu, kalau dipaksa untuk berolahraga, saya akan memberikan banyak alasan. Mulai dari rasa malas, sibuk, atau pura-pura sibuk. Hehehe, jangan ditiru, ya. Tapi, setelah tau betapa pentingnya menjaga kesehatan tubuh dengan berolahraga setelah sakit, saya berusaha semaksimal mungkin menyediakan waktu untuk berolahraga.
Menjaga Pola Makan dan Mengonsumsi Suplemen Tambahan
Padatnya aktivitas pekerjaan dan beragam kegiatan lainnya, membuat saya sadar harus menjaga pola makan yang benar dan memberikan suplemen tambahan agar stamina tubuh tetap prima. Nggak mau, kan, masa tua harus menghabiskan uang di rumah sakit karena lalai menjaga pola makan yang baik dan benar.
Salah satu cara saya dalam menjaga pola makan yang menurut saya cocok adalah dengan menerapkan food combining. Sebenere, praktik food combining ini sudah lama saya terapkan. Sekitar tahun 2013. Tapi, ya, gitu. Keseringan cheating karena banyak godaan makanan. 😀
Saya tau, kok, kalau kelamaan cheating harus buru-buru ‘balik ke jalan yang benar’. Pola makan dari bangsa Esseni di Palestina sekitar dua ribu tahun silam ini, simple banget dan paling make a sense karena menyesuaikan siklus tubuh.
Caranya cukup dengan memilah jenis makanan berdasarkan jenisnya. Mengawali sarapan dengan buah-buahan dan minum satu gelas air hangat yang dicampur dengan perasan jeruk nipis.
Mengapa harus sarapan buah?
Alasannya simple: pagi hari energi yang kita miliki digunakan untuk ‘pelepasan’ sisa-sisa sampah dari tubuh. Tentu saja tubuh memerlukan asupan yang mudah diserap untuk mendapatkan energi yang sudah terbuang. Nah, buah-buahan sangat mudah diserap oleh tubuh.
Untuk menetralisir lambung yang kondisinya asam saat pagi hari, diperlukan basa sebagai penyeimbang. Air jeruk nipis hangat meskipun rasanya asam, tapi sifatnya basa.
Tidak mencampur makanan berbahan dasar karbohidrat dengan protein. Karbohidrat dan protein harus dikonsumsi terpisah dengan sayur-sayuran. Misalnya nasi dengan sayur, atau ikan dengan sayur. Daging/ikan haram hukumnya dicampur dengan karbohidrat seperti nasi, kentang, atau jagung.
Simple, kan?
Selain itu saya juga berusaha menjaga stamina tubuh dengan suplemen herbal seperti Herbamojo. Buat yang belum tau, Herbamojo adalah suplemen yang mengandung tujuh ekstrak herbal alami yang berkhasiat untuk menjaga kesehatan, meningkatkan kebugaran, stamina dan vitalitas pria.
Yang saya suka dari Herbamojo adalah ekstrak herbal alami yang nggak menimbulkan ketergantungan dan aman tanpa efek samping. Herbamojo mengandung tujuh manfaat herl dari Indonesia seperti: jahe merah, tribulus, maca, gingseng, pasak bumi, purwaceng, dan cabe jawa.
Seperti yang diungkapkan praktisi kesehatan holistic dan homeopath, Tjokorda Gede Kerthyasa, pria dewasa yang memiliki gaya hidup setiap hari, membutuhkan konsumsi suplemen yang sesuai dengan kebutuhan agar mental dan fisik tetap sehat bugar sehingga balanced life bisa dijaga dengan baik.
Selamat mencoba!