Gimana rasanya nginep di kamar hotel sendirian? Duh, jujur saya paling nggak seneng kalau terpaksa harus nginep di hotel sendirian. Biasanya kalau ngetrip, saya lebih suka cari hotel kapsul atau hotel-hotel yang kamarnya kecil atau nginep rame-rame. Maklum, selain hemat, saya bisa tidur nyenyak di kamar hotel tanpa harus merasa waswas.
Lain halnya kalau terpaksa ada pekerjaan yang mengharuskan nginep di hotel sendirian. Biasanya saya menyiasati dengan beberapa hal. Pertama, saya nggak mau dapat kamar yang twin bed. Apalagi nginepnya sendirian. Kalaupun terpaksa, biasanya kasur twin bed itu saya gabungin jadi satu. Kalau bed-nya nggak bisa digabung karena terhalang meja nakas di tengah, biasanya saya akalin dengan menumpuk barang atau tas di atasnya. Ini untuk menghindari agar kasurnya nggak ‘ditidurin’ sama ‘mereka’. Dengan begini saya bisa merasa ‘aman’ kalau nggak bisa tidur atau harus kebangun malam-malam.
Selain itu, sebisa mungkin saya menghindari hotel-hotel yang bangunannya tua dan bersejarah. Kalau bisa yang bangunannya modern dan clean tanpa banyak detail berat di dalam kamar. Baik furniture maupun desainnya. Kalau terpaksa nginep sendirian udah dipastiin lampu kamar bakalan saya nyalain. Terutama di toilet dan lorong depan toiletnya. Televisi juga wajib dinyalain sepanjang malam dengan suara pelan supaya berasa ada temennya.
Saya sebenarnya bukan tergolong orang yang ‘sensitif’ untuk hal-hal yang berhubungan dengan ‘dunia lain’. Cuma, kadang saya mengalami sendiri kejadian horor yang bikin saya males dan kapok nginep di kamar hotel sendirian. Seringnya sih gangguan suara. Mulai dari diketuk pintunya sampai denger suara yang aneh-aneh. Alhhamdulillah nggak pernah dinampakin. Jangan sampai, deh. Amit-amit. Nggak cuma nginep di hotel aja, sih. Di beberapa tempat wisata yang terpencil juga sering saya rasain.
Saya pernah minta tips dari temen-temen yang memang bisa ‘melihat’ dunia gituan kalau mau nginep di hotel. Dia selalu menyarankan saya untuk menghindari kamar-kamar yang berada di ujung lorong maupun kamar yang posisinya ‘tusuk sate’. Pokoknya pilih hotel yang desainnya modern dan kamar yang berkategori ‘aman’ dari posisi di atas.
Diketawain Miss ‘K’
Huaaa. Kalau inget kejadian ini, kayaknya jadi pengalaman horor pertama saya sewaktu ngetrip. Kejadiannya bukan di kamar hotel, sih. Tapi di pedalaman Badui Dalem. Tau, kan, Suku Baduy Dalem itu tinggal di daerah terpencil di pedalaman Banten. Untuk mencapai Desa Baduy Dalem, kita harus trekking selama kurang lebih 4-5 jam dengan naik turun melewati perbukitan dan sungai-sungai.
Waktu itu kejadiannya pas Magrib. Rombongan kita baru saja nyampai sekitar pukul lima sore. Selesai istirahat, kita langsung mandi ke sungai yang jaraknya sekitar lima puluh meter dari rumah penduduk yang kita inapi. Habis mandi kita langsung balik ke rumah sambil menunggu temen-temen lainnya yang belum datang.
Pas Magrib, tiba-tiba hujan deres banget. Karena belum salat, akhirnya saya berlima temen sepakat untuk mengambil wudu di sungai tempat kita mandi sore tadi. Niatnya sekalian pipis karena di rumah nggak ada toilet. Suasananya sangat gelap dan jalanannya becek. Kami cuma bermodal dua payung dan satu senter dari HP untuk menuju sungai. Sepanjang jalan saya tidak mikir yang aneh-aneh karena suasananya cukup menyeramkan.
Begitu sampai di tanggul sungai, kita segera turun untuk pipis dan mengambil wudu. Saat wudu, tiba-tiba saya mendengar suara cewek yang mirip kuda di atas pohon bambu beberapa kali. Suaranya cukup keras dan menyeramkan. Saya sendiri nggak berani melihat ke atas. Dalam hati cuma mikir, “Itu kuda siapa malam-malam di atas pohon bambu. Tapi kok suaranya mirip cewek.” Saya juga nggak berani tanya sama temen-temen lain apakah mereka juga dengar. Selama di sungai saya cuma konsentrasi pipis dan cepet-cepet ngambil air wudu.
Kami berlima diam tanpa ngobrol sepatah kata pun. Saya cuma nanya “Udah wudu semua? Yuk, balik.” Sepanjang perjalanan menuju rumah, kami cuma diam dan konsentrasi mencari jalan karena gelap dan berlumpur. Baru setelah sampai rumah kita langsung saling tanya, apakah semuanya dengar suara di kali tadi, dan yapp semuanya dengar. Hiiii.
Suara anak kecil cekikikan di lorong hotel
Pengalaman ini terjadi saat ikut famtrip ke Jawa Tengah. Semua peserta yang notabene orang dewasa diinapkan di sebuah hotel yang lumayan bagus di daerah yang kita kunjungi. Sepintas kamar hotel tempat kita menginap kayaknya biasa aja. Bangunannya modern dan nggak ada yang aneh. Baru pas malamnya tidur, ada kejadian ganjil.
Saya tetiba kebangun karena kegerahan tepat jam 2 lewat 17 menit. Pas ngecek HP suhu kamar 16 derajat. Aneh, kan? Karena melek dan suasananya hening, saya denger di lorong depan kamar ada suara anak kecil cekikikan sambil lari-lari. Awalnya nggak begitu merhatiin suara anak-anak itu, tapi kok jadi inget. Hotel ini kan, disewa penuh sama Dispar Jateng untuk acara famtrip, yang notabene pesertanya seratus persen orang dewasa.
Terus, itu di luar itu suara anak siapa? Peserta famtrip nggak ada yang bawa anak. Lagian, anak siapa jam dua malam dibiarin ortunya main-main di lorong sambil cekikikan? Ternyata, suara anak kecil cekikikan ini juga didengar sama roomates saya, Mas Lintang yang kebetulan juga terbangun. Tapi, malam itu kita cuma diam nggak ngomong apa-apa. Saya jadi nggak bisa tidur sampai Subuh meski kuping udah disumpel pakai earphone. Baru paginya pas sarapan kita ngobrol kejadian semalam. Hiii.
Nah, kalau di bangunan loji Belanda, saya sering banget ngerasain. Salah satunya pas visit di sebuah loji di daerah Brebes. Rumah loji ini peninggalan pejabat Belanda. Untung nggak diinapin, cuma siangnya aja visit. Pas visit, kebetulan mau numpang pipis. Sama pegawainya ditunjukin kalau ruang toilet terpisah di ujung lorong yang harus lewatin ruang dapur. Maklum, loji Belanda ini dibangun sekitar abad 18/19-an.
Pas buka pintu toilet, saya kaget dalamnya kayak nggak pernah dipakai. Bangunannya singup, dindingnya dilapisi keramik putih yang menguning kecoklatan. Bak mandinya juga kotor. Di atasnya banyak sarang laba-laba. Krannya berkarat. Dan hawanya, sumpah nggak enak banget. Duh, saya langsung cabut. Nggak jadi kebelet. Padahal, saya ini tipikal nggak ‘sensitif’ tapi kerasa banget kalau toilet ini ‘berpenghuni’. Pas ketemu pegawainya, dia cuma senyam-senyum. Asemlah.
Pintu hotel diketuk-ketuk
Kejadian ini baru sekitar tahun 2019 lalu. Lokasinya di hotel daerah Karanganyar di lereng Gunung Lawu. Seperti biasa, abis capek keliling Candi Cetho dan Candi Sukuh, kita sepakat untuk nginap di sekitar daerah Karanganyar karena esoknya berencana mengunjungi Tawangmangu.
Karena udah terlalu capek, sorenya langsung menuju hotel untuk beristirahat dan leyeh-leyeh. Dari tampilan kamar yang terlihat di aplikasi sih, nggak ada yang aneh atau ganjil. Bangunan hotel terdiri dari dua lantai dengan tingkat hunian yang tergolong sepi. Maklum, hotel di daerah dan bukan musim liburan. Malamnya, kita coba keluar untuk cari makan di sekitaran hotel sambil jalan-jalan.
Di depan hotel banyak villa-villa kosong yang gelap dan nggak dihuni. Hawanya memang rada spooky, sih. Cuma kita cuek aja, nggak mau mikir yang aneh-aneh di tempat kayak gitu. Kelar makan malam kita segera balik ke kamar yang berada di lantai dua. Karena masih ‘sore’ dan baru jam sepuluh malam kita ngobrol macem-macem sambil transfer foto-foto tadi siang.
Lagi asik ngobrol, tiba-tiba pintu kamar diketuk dari luar. Suaranya cukup kenceng dan kita berdua dengar semua. Secara reflek, kita langsung turun bukain pintu kamar barangkali ada petugas yang mau ketemu. Begitu pintu dibuka, di luar nggak ada siapa-siapa. Kamar kanan-kiri kita juga gelap nggak ada penghuninya. Kalau pun ada orang yang datang, pasti masih kelihatan dari depan pintu karena lorongnya cukup panjang. Tapi di sepanjang lorong nggak ada satu orang pun yang lewat.
Akhirnya kita balik ke tempat tidur dan lanjutin ngobrol sambil nonton televisi. Selang sekitar sepuluh menit, pintu kamar diketuk lagi. Kita berdua dengar dan langsung bangun bukain pintu. Begitu pintu dibuka, suasananya sama seperti sebelumnya. Sepi dan nggak ada satu pun orang atau petugas hotel yang lewat. Hiii.
Akhirnya kami segera balik ke tempat tidur dan saya meminta temen untuk nggak matiin lampu kamar dan toilet. Televisi harus tetap nyala dengan suara pelan meski nggak ditonton. Jujur, saya nggak bisa tidur sampai jam tiga pagi meski kuping udah disumpel sama earphone. Hawanya udah nggak beres dan cuma berharap agar cepat pagi. Hufft!
Staycation horor
Kalau ini kejadiannya sewaktu nginep di sebuah hotel di kawasan Kebayoran Baru. Hotel bintang 4 yang saya inapi ini memang bangunan lama. Entah kenapa, saya selalu merasa aneh kalau lewat lorong hotel ini. Hawanya mulai nggak enak dan saya merasa harus cepet-cepet masuk kamar. Ndilalahnya, saya beberapa kali menginap dapet kamar twin bed. Haduh!
Anehnya, setiap menginap saya selalu nggak bisa tidur nyenyak. Sekitar jam satu malam, saya selalu terbangun dan mendengar suara perabotan yang digeser-geser di lantai kamar saya. Suara ini nggak berhenti sampai Subuh. Nggak cuma itu, saya juga mendengar suara kaki lari-lari di lantai atas. Saya coba berpikir positif, oh, mungkin itu cuma suara house keeper yang lagi beresin ruangan, atau memang suara penghuni kamar atas. Karena nggak bisa tidur, saya jadi mikir, masak iya house keeper bersihin ruangan jam satu malam nggak selesai-selesai sampai Subuh. Kalau tamu lain menginap, kenapa harus lari-lari di kamar jam satu malam sampai Subuh. Hih! Sudahlah, akhirnya saya cuek dan baru bisa tidur setelah salat Subuh.
Oh, ya. Kejadian ini nggak cuma sekali. Pokoknya setiap menginap di situ, jam satu malam saya pasti dengar suara perabot digeser-geser dari lantai kamar atas saya. Suatu ketika saya iseng ngobrol sama temen yang pernah nginep di situ juga. Dia pun mengalami hal serupa. Akhirnya, ia tanya mbah Google dan ternyata di hotel tersebut pernah ada tamu yang meninggal. Hiii.
Lain halnya sebuah hotel tua di dekat jalan tol Kebon Jeruk – Tangerang. Kalau ini saya cuma bisa ngerasain hawa aneh dari basement parkiran yang super sepi. Pokoknya hawanya ‘berat’ banget pas mau masuk hotel. Bangunan towernya berbentuk letter U. Di hotel ini saya ‘tersesat’ ke tower sebelahnya pas check in magrib-magrib. Sementara temen saya yang baru masuk kamar, pas buka pintu langsung diterpa angin kencang yang berembus keluar dari kamar. Dia pun nggak jadi masuk kamar dan akhirnya kita ngumpul dulu bertiga di satu kamar sambil nunggu temen-temen lain datang. Hiii.
Bayangan putih di belakang kapal
Suatu ketika kami serombongan pulang dari sebuah pulau saat Magrib. Jujur, saya sebenere selalu menghindari aktivitas atau kegiatan saat Magrib. Dalam ajaran agama yang saya yakini, perpindahan waktu dari siang ke malam atau malam ke pagi dianjurkan untuk beribadah, bukan beraktivitas. Kalau pun terpaksa harus beraktivitas, sebaiknya dihentikan dulu, dan dilanjutkan lagi selepas beribadah. Karena acara di pulau molor akhirnya kita terpaksa balik pas banget waktu magrib.
Perasaan saya udah nggak enak waktu naik kapal ketek yang biasa dipakai buat snorkeling. Saya bertiga kebagian duduk paling belakang. Untungnya di belakang kita masih ada pak ‘driver’. Eh, apa ya sebutannya? Dari pulau kita harus menyusuri hutan mangrove untuk balik ke dermaga. Pas di laut masih biasa aja. Nah, begitu mau masuk hutan mangrove, saya nggak sengaja nengok ke belakang kapal. Pas nengok saya kaget. Di belakang pak driver ada bayangan putih yang mbuntutin kita. Huaaaa. Saya pun langsung diam madep ke depan. Nggak cerita apa pun ke temen-temen di samping saya. Maklum cewek-cewek semua, takut kenapa-kenapa. Saya berusaha mikir positif, mungkin halusinasi saya aja.
Eh, si Mbak Nunik yang di samping saya tiba-tiba nengok juga ke belakang. Dia juga sepertinya melihat tapi juga akhirnya diam nggak mikir macem-macem. Nah, Mbak Lidya yang paling pinggir juga akhirnya nengok ke belakang. Karena penasaran dia nengok dua kali terus nanya ke saya. “Mas itu di belakang apa, ya? Ih, saya takut mau pindah bangku aja.” kata Mbak Lidya. Huaaa. Dari situ akhirnya kita semua pindah bangku ke depan.
Amsyiongya, kita semua diomelin si bapak driver karena pindah-pindah bangku. Penumpang lain juga diomelin karena mainan senter HP. Maklum gelap. Mungkin si bapak driver juga tau kalau kita ‘dibuntutin’ tapi nggak mungkin mau ngomong. Bodo amatlah. Akhirnya saya duduk di buritan kapal paling depan. Dua temen saya duduk di bangku depan.
Yang bikin stress, kapal itu jalannya super pelan di antara pepohonan mangrove. Sampai-sampai saya mbatin, ini kapal kenapa slow motion banget dan kayak berat. Mana hawa-hawanya kayak di film-film horor. Suasananya remang-remang di antara gelap dan terang. Sialnya lagi, di tengah-tengah perjalanan yang super lambat, tiba-tiba kapalnya mati. Huaa. Apalagi ini. Ya Allah semoga nggak ada apa-apa. Alhamdulillah, akhirnya kapal bisa jalan lagi sampai ke dermaga, meski tetap lelet kayak sebelumnya. Hufft!
Sebenere masih ada beberapa pengalaman lain. Sementara sampai di sini dulu. Nanti deh, kapan-kapan nulis lagi kalau mood. Ini aja pas nulis udah prindang-prinding sendirian di kamar kalau ingat. Bye!
*NB untuk menjaga nama baik, sebagian foto ini tidak mewakili langsung lokasi kejadian
14 comments
Kalau baca ceritanya mah serruuu, tapi bagi yang ngalamin mahh boro-boro ya. Duhhhh akupun juga kadang suka was-was, kalau nginep di hotel.
hihihi
Bacanya ikut deg-degan hahaha, mau ngulang lagi ga mas?
nggak mau 🙁
Wahh pengalaman horornya banyak juga Mas Achi, kalau saya di posisi Mas Achi pas lihat putih-putih itu mungkin refleks teriak.
SEREM! asli nggak mau lagi 🙁
Aku udah biasa tidur sendiri di hotel, mas 🙁
Pernah juga dapet hotel yang spooky, but Praise Lord aku nggak pernah digangguin. Jangan sampe.
Seru sih kalo nggak digangguin gitu
Hahha iyaa pernah ngalamin kejadian mistis diluar nalar sama brader achi pas ngetrip bareng.
Betul bgt tuh yang di tulis di hotel di kota Tegal klu nggak salah, ketika tengah malam di koridor hotel ada anak anak kecil pada lari lari cekikikan pikir aku anak siapa ini jam segini bahagia nian lari lari, sempat terbangun ngelihat brader achi blm tidur dan bilang kepanasan ( padahal aku kedinginan Krn temperatur AC sdh sangat dingin ). well apa yg di tulis brader achi itu real bgt Krn bukan hanya dialami sama satu org aja tp aku juga ngalamin ketika satu room dengannya termasuk juga yang diatas kapal super slomo dan super steady. Great story achi, danke.
suwun 🙂
Baru baca separoh, besok lagi aja, ga kuat ha ha ha, lambai lambai tangan.
hahaha
Aku baru baca ini. Kamar kita kan adep2an ya. Untung aku gak denger anak kecil lari2 di depan kamar hotel. Apalagi aku sempet di kamar sendirian, dari dateng sampe tengah malem krn temen sekamarku pergi jalan2 ke luar.
Trus putih2 di sungai, jelas banget memang, tapi saat itu kupikir sinar bulan ato ada hewan air yg ngikutin dan takut dianya tiba2 nyerang perahu. Hiiiyyyy!
serem emang pas di kapal itu