Bermasalah dengan kesuburan atau ketidaksuburan pria? Jika iya, ayo lanjut baca! Alhamdulillah, tahun ini kali kedua saya bisa punya kesempatan “kuliah santai” bareng dr. Indra, Sp.OG. Kali pertama ketemu dengan dr. Indra sekitar tahun 2019, sebelum pandemi melanda di seluruh dunia. Dokter Indra ini orangnya asik, kebapakan, enak diajak diskusi, dan pastinya punya segudang ilmu yang bisa digali tentang kesehatan reproduksi.
Dokter Indra sebagai spesialis obstetri & ginekologi atau Sp.OG (Kebidanan dan Kandungan) sehari-hari selain menjadi konsultan dokter di Makuku Family, juga melakukan praktik di RSIA Bunda Jakarta dan Morula IVF Jakarta. Beliau juga melakukan praktik di Halodoc.
Sejujurnya, diskusi ringan beberapa waktu lalu membuka mata saya tentang pentingnya menjaga kesehatan reproduksi. Karena pesertanya lumayan banyak, jadi kesempatan untuk menggali ilmu dari beliau nggak saya sia-siakan.
Diskusi bertema “Tak Hanya Istri, Suami pun Dapat Alami Gangguan Kesuburan” untuk memeringati Hari Kontrasepsi Sedunia beberapa waktu lalu berlangsung seru. Diskusi santai ini diinisiasi oleh Makuku Family, merek pakaian anak yang ringan dan mewah. Makuku Family sendiri didirikan oleh ahli perencanaan produk Jepang Ms. Etsuko Kondo bersama dengan co-founder Mr. Wang Yijun.
Baca juga: Pengen Punya Bayi Tabung? Konsultasi Dulu dengan dr. Indra NC Anwar Sp. OG
Belum atau tidak Punya Anak Dicap “Gabug”, Kesuburan Pria Diragukan
Setiap tahun, setidaknya 4,8 juta anak lahir di Bumi Indonesia. Kalau dilihat dari statistik ini angkanya lumayan tinggi. Sayangnya, dari angka yang tinggi ini, nggak semua orang diberi rezeki berupa keturunan dalam keluarganya, meski sudah menikah bertahun-tahun bahkan belasan tahun.
Faktor yang menyebabkan pasangan belum dikaruniai anak memang lumayan banyak. Umumnya, masyarakat yang memiliki pandangan konservatif, menganggap belum adanya keturunan dalam sebuah keluarga ini disebabkan istrinya, maaf, “gabug” yang dalam Bahasa Jawa berarti tidak memiliki benih atau sel telur. Stigma negatif ini terlanjur menjadi “cap” umum di masyarakat yang lebih mengagungkan garis keturunan patriarki.
Lah, kok gitu?
Padahal kan belum tentu. Iya, saya juga paham. Syarat kehamilan kan adanya pertemuan sperma dengan sel telur dan rahim yang sehat, serta saluran telur yang terbuka sehingga memungkinkan bagi sel telur dan sperma untuk bertemu. Tidak bisa “main” sendiri-sendiri.
Baik pria maupun wanita memilki peran yang sama dalam menghasilkan keturunan. Tidak cukup organ reproduksi perempuan saja yang sehat, tapi juga sperma laki-laki harus baik.
Belum adanya keturunan dalam keluarga menjadi “ancaman” serius bagi kelanggengan perkawinan, terutama mereka yang tinggal di negara berkembang seperti Indonesia. Boro-boro menganut konsep “childfree” alias pasangan yang memutuskan untuk tidak memiliki anak setelah menikah.
Memiliki anak menjadi “status” penting bagi perempuan yang sudah menikah. Pada masyarakat tertentu di negara berkembang, martabat wanita menikah menjadi lebih terhormat setelah dipanggil “ibu”. Beban perempuan akan terlepas, status dan derajatnya akan meningkat di mata keluarga dan masyarakat. Sering dengar kan pertanyaan tak beretika seperti “Kapan nikah? Kapan punya anak? Kapan nambah momongan?”
Memahami Definisi Kesuburan dan Ketidaksuburan bagi Pasangan Suami Istri
Infertilitas atau ketidaksuburan menjadi momok menakutkan bagi pasangan suami istri. Ketidaksuburan bisa diartikan ketidakmampuan hamil setelah melakukan hubungan suami istri secara teratur selama 12 bulan tanpa menggunakan alat kontrasepsi (untuk praktik klinik).
Menurut WHO dan untuk kepentingan riset, time frame ini bisa diperpanjang hingga 24 bulan untuk menentukan ketidaksuburan (untuk riset epidemiologik).
Dokter Indra sendiri berpendapat, permasalahan ketidaksuburan pasangan suami istri disebabkan oleh tiga faktor. Sebagai satu kesatuan biologis, faktor ketidaksuburan perempuan berperan sebesar 45 persen, sedangkan laki-laki 40 persen, dan sisanya sebesar 15 persen faktor unexplained.
Sebaliknya, kesuburan atau fertilitas bisa diartikan kemampuan biologis untuk bereproduksi atau hamil. Definisi dan time frame untuk menentukan kesuburan ini berbeda-beda. Beberapa pasangan bisa hamil dalam waktu hanya satu bulan atau bisa disebut fekunditas. Seiring bertambahnya usia, time frame kemampuan fekunditas ini menurun atau biasa disebut subfertilitas.
Pasangan suami istri lainnya ada yang memiliki masalah ketidakmampuan total untuk hamil atau sterilitas. Gabungan antara subfertilitas dan fekunditas ini yang disebut infertilitas alias ketidakmampuan untuk hamil dalam jangka waktu satu tahun.
Pemeriksaan Kesuburan Intensif bagi Pasangan yang Belum Punya Momongan
Karena tema diskusinya ditujukan untuk para suami (meski yang hadir tidak hanya laki-laki), pasangan yang memiliki masalah medis dengan organ reproduksinya harus tau. Ilmu gratis ini tentunya sangat bermanfaat jika disebarluaskan melalui tulisan. Karenanya saya berbagi melalui tulisan ini.
Terus gimana solusinya bagi pasangan yang belum memiliki keturunan?
Dokter Indra, sebagai seorang spesialis obstetri & ginekologi menyarankan agar pasangan yang belum memiliki keturunan segera memeriksakan diri. Pemeriksaan ini menjadi awal dari ikhtiar sepasang suami istri untuk memiliki keturunan.
Ada beberapa tahap yang harus dilalui saat melakukan pemeriksaan. Kerja sama antara urolog (dokter spesialis yang mempelajari ilmu tentang sistem saluran kemih atau urologi) dan androlog (dokter spesialis yang berhubungan dengan kesehatan pria, secara khusus kepada masalah-masalah yang berhubungan dengan sistem reproduksi dan sistem urin pria) sangat diperlukan.
Dari sini anamnesa (rekam medis) yang akurat akan menentukan langkah selanjutnya. Pemeriksaan secara umum seperti obesitas, seks sekunder abnormal, hipo androgenisme, sindroma kleinefeter akan dilakukan.
Setelah itu, dilanjutkan dengan pemeriksaan secara genital mulai dari penis, testis (buah zakar), epdidimis (saluran di dalam skrotum atau kantong pembungkus testis yang menempel pada bagian belakang testis), vas deferens (saluran yang menyalurkan spermatozoa dari testis keluar), scrotum, dan inguinal (selangkangan).
Dari sini, dokter akan melakukan pemeriksaan khusus seperti analisis sperma standar WHO 2010 dan pemeriksaan tambahan seperti hormonal (FSH, LH, dan testosteron), klamidia (infeksi menular seksual), dan antibodi antisperma (immunobead).
Setelah dilakukan pemeriksaan secara menyeluruh, dokter akan melakukan evaluasi endokrionolgik. Jika jumlah sperma rendah (abnormal), terdapat gangguan fungsi seksual, dan temuan klinis yang diduga karena kelenjar endokrin spesifik, maka akan dilanjutkan dengan pemberian serum FSH (Follicle-Stimulating Hormone),T, PRL (prolactin).
Tahapan pemeriksaan tersebut sangat vital bagi dokter untuk menentukan langkah tepat bagi pasiennya agar bisa segera memiliki momongan.
Beberapa Faktor Penyebab Ketidaksuburan atau Infertilitas pada Pria
Seperti yang sudah dijelaskan oleh Dokter Indra di atas, pria menyumbang 40 persen infertilitas dan perempuan sebanyak 45 persen. Ada beberapa faktor yang menyebabkan pria menjadi “tidak subur” dalam urusan “ranjang”. Berikut ini beberapa di antaranya:
- Kelainan pengeluaran sperma (3%)
- Kelainan produksi dan pematangan sperma berdasarkan faktor penyebabnya: varikokel, kriptorkipmus (6%), hormonal (1%), infeksi, lingkungan, obat-obatan, idiopatik (60%), genetic/kromosom.
- Penyumbatan saluran mani karena infeksi/bawaan (6%)
- Faktor imonologik atau antibodi antisperma (29%)
- Faktor gizi
Sisanya faktor yang tidak bisa dijelaskan (unexplained) sebanyak 15 persen.
Beberapa Q & A Menarik tentang Kesuburan Pria
Q: Mitos atau fakta jika pria yang memiliki satu testis dan usia dapat memengaruhi kesuburan dan kualitas sperma?
A: Tidak masalah jika pria hanya memiliki satu testis asal berfungsi normal. Pada umumnya usia tidak memengaruhi sperma selama secara fisik sehat.
Q: Apakah mengendarai motor setiap hari dapat memengaruhi sperma?
A: Mengendarai motor yang menimbulkan panas di selangkangan dapat memengaruhi jumlah dan kualitas sperma. Bisa dilakukan cek analisis sperma.
Q: Kapan suami istri dikatakan mengalami gangguan kesuburan?
A: Jika suami istri sehat secara reproduksi, berhubungan seks secara teratur selama 12 bulan tanpa kontrasepsi tetapi belum hamil, disebut infertilis primer sekitar ovulasi yang lazim disebut masa subur.
Q: Apakah KB spiral bisa berdampak buruk bagi pasangan suami istri?
A: Pemakaian spiral secara umum aman dan tidak menggangu kesuburan, tapi harus kontrol secara teratur.
Q: Ketika seorang pria mengalami masa pubertas lebih dini atau lebih lambat dapat berpengaruh pada tingkat kesuburan?
A: Masa pubertas yang lebih lambat atau lebih dini tidak memengaruhi tingkat kesuburan.
Q: Suami saya mempunyai masalah di spermanya yaitu azoospermia, sudah dilakukan cek hormon FSH rendah 3.67 dari nilai rujukan 1.5-12.4, cek fisik tidak ada masalah, apakah kami harus langsung melakukan prosedur bayi tabung?
A: Kalau azoospermia dengan kadar hormon yang normal dan hasil FSH suami normal, artinya fungsi buah zakar masih bagus, tetapi ada hambatan sperma untuk dikeluarkan. Jadi, sperma harus diambil dari pabriknya dan hanya bisa dipakai untuk bayi tabung.
Q: Apakah rasa cemas dan khawatir berlebihan terhadap Covid bisa mempengaruhi kesuburan seorang pria?
A: Rasa cemas, tidak memengaruhi kesuburan secara langsung, tetapi bisa saja memengaruhi kemampuan seks.
Q: Apakah merokok (baik aktif atau pasif) dapat memengaruhi kesuburan?
A: Merokok berisiko memengaruhi dan mengganggu fungsi buah zakar yang mengganggu fungsi sperma.
Q: Apakah hubungan suami istri yang dilakukan seminggu sekali berpeluang untuk cepat hamil?
A: Secara teori, wanita hanya bisa dihamili satu hari dalam satu siklus haid. Semakin jarang berhubungan peluang untuk hamil semakin kecil.
Nah, itu tadi hasil bincang-bincang saya dengan Dokter Indra dan beberapa Q&A menarik dari peserta. Jika teman-teman yang membaca tulisan ini ada masalah dengan kesuburan atau ingin melakukan prosedur bayi tabung (IVF), silakan bisa menghubungi langsung Dokter Indra. Berikut ini saya cantumkan kontaknya.
Instagram: @indrancanwar