Cerita Perjalanan ke Tulungagung dari Candi Gayatri, Nangkula Park, hingga Bayar Pakai Paylater

0 Shares
0
0
0

Mata masih menyisakan kantuk saat pintu hotel tempat saya menginap di Tulungagung diketuk oleh Mas Anwar. Beliau ini adalah salah satu panitia kompetisi video travel di Tulungagung. Orangnya baik, ramah, dan menyenangkan. Setengah menggeliat, saya menyambut sapaan hangat  Mas Anwar. Titik awal perjalanan ke Tulungagung akan dimulai dari hotel ini.

Usai menjalankan ritual pagi, kami semua sudah bersiap rapi. Sesuai agenda, peserta trip Tulungagung akan mengunjungi beberapa tempat yang menjadi ikon Kota Tulungagung. Salah satunya adalah Pendopo Kongas Arum Kusumaningbongso. Pendopo megah ini berada tepat di seberang alun-alun yang menjadi jantung Kota Tulungagung. Di pendopo ini, semua aktivitas pemerintahan dikendalikan. Ya, tempat ini memang menjadi kantor dinas Bupati Tulungagung.

Baca juga: BAGAIMANA JIKA KAMU JADI TAMU DI ISTANA MAJAPAHIT SE LAMA SATU HARI?

***

Perjalanan ke Tulungagung yang Penuh Makna

Jajaran motor klasik dari Ngaride Community sudah menunggu kita di halaman hotel. Menyenangkan sekali rasanya bisa menyusuri Kota Tulungagung dengan bermotor ria. Apalagi dipandu dengan warga lokal. Jarak dari hotel menuju pusat kota tidak terlalu jauh. Sekitar 15 menit dengan menggunakan motor.

Jadwal hari pertama di Tulungagung ini sebenarnya tidak terlalu padat. Hanya beberapa tempat yang menjadi ikon Kota Tulungagung. Mulai dari Nangkula Park, Candi Sanggrahan, dan akan berakhir di Candi Gayatri. Jarak antarlokasi wisatanya pun tidak terlalu jauh.

Dengan jadwal yang longgar dan fleksibel begini, saya dan teman-teman masih punya banyak waktu untuk beristirahat. Menuntaskan rasa kantuk yang belum terbayar lunas sepanjang perjalanan. Maklum, saya dan teman-teman dari Jakarta ke Tulungagung menggunakan kereta api yang durasinya lumayan panjang. Perjalanan ke Tulungagung ini berakhir sekitar pukul dua dini hari.

PENDOPO BUPATI TULUNGAGUNG
Salah satu sudut pendopo Tulungagung

Sesampainya di pendopo, kami disambut oleh Bapak Bupati Tulungagung, Syahri Mulyo. Usai penyambutan, saya dan teman-teman segera mengeksplorasi keindahan arsitekturnya. Tidak butuh waktu lama untuk berkeliling pendopo ini. Hanya area pendopo bagian depan yang bisa kita kunjungi. Hal ini disebabkan bangunan utama masih difungsikan untuk perkantoran dan untuk kegiatan internal sehari-hari.

Dari pendopo, rombongan langsung menuju Nangkula Park. Taman wisata ini dibangun di sekitar area persawahan warga. Dari sana kita bisa menikmati pemandangan perbukitan yang mengelilingi Tulungagung. Salah satunya adalah Gunung Budeg. Meski kami berkunjung saat siang hari, udaranya lumayan sejuk. Apalagi bisa sejenak beristirahat di pendopo yang berada di tengah sawah sambil menikmati hidangan makan siang.

Taman wisata di Tulungagung
Nangkula Park, keris ini menjadi ikonnya

Di Nangkula Park kami cukup lama beristirahat. Lumayan untuk merebahkan badan di tengah cerahnya cahaya matahari siang bolong, sekaligus menikmati hawa sejuk persawahan. Dari sini, sesuai rencana kita akan langung meluncur ke Candi Sanggrahan. Hanya butuh waktu sekitar sepuluh menit menuju candi dengan menggunakan motor. Sayangnya, rintik hujan mulai mengguyur. Tapi, ini tidak menyurutkan semangat kami untuk melihat kemegahan Candi Sanggrahan.

Rintik hujan masih setia menemani sepanjang perjalanan menuju Candi Sanggrahan. Begitu memasuki komplek candi, hujannya semakin deras. Beruntungnya, di pinggiran candi ada tempat berteduh. Syahdu rasanya bisa menikmati kemegahan Candi Gayatri dari kejauhan.

Candi di Tulungagung
Candi Gayatri menjadi tempat si.ggah prajurit Majapahit

Tak berselang lama, hujan pun mulai reda. Atraksi tarian menyambut kedatangan kami di Candi Sanggrahan. Saat pemandu menjelaskan sejarah Candi Sanggrahan, ingin rasanya kembali ke masa lalu. Membayangkan bagaimana rombongan pembawa jenazah mendiang Gayatri singgah ke candi ini sebelum mendarmakannya di Candi Gayatri.

Dari Candi Sanggrahan, kita segera beranjak ke Candi Gayatri yang lokasinya tidak begitu jauh. Hanya sekitar sepuluh menit. Candi Gayatri sendiri dipercaya warga Tulungagung sebagai tempat terakhir di mana abu jenazah Gayatri didharmakan.

Candi makam Gayatri
Candi Gayatri dipercaya sebagai tempat pendharmaan Ibunda Gayatri

Bangunan Candi Gayatri tidak semegah Candi Sanggrahan. Hanya berupa reruntuhan batu-bata dan arca yang dipercaya sebagai perwujudan Gayatri. Meski bentuknya sederhana, nilai kesakralannya terasa sangat kuat. Terlebih saat Tari Gayatri ditampilkan. Serasa mendiang Gayatri hadir di tengah-tengah kita sore itu.

Perjalanan hari pertama di Tulungagung ini sangat menyenangkan. Banyak impresi positif yang saya rasakan. Terlebih, masyarakat Tulungagung sangat ramah dan menyenangkan. Untuk perjalanan selanjutnya akan saya tulis nanti.

Bayar Tiket Perjalanan ke Tulungagung dengan Traveloka Paylater

Oya, saya mau sedikit cerita tentang perjalanan ke Tulungagung kemarin dengan menggunakan moda kereta api. Awalnya. saya dan teman-teman ingin menggunakan mobil dari Jakarta. Tapi semua berubah mendadak karena teman yang membawa kendaraan batal datang karena tidak bisa cuti.

Alhasil saya akhirnya menggunakan kereta api. Sayangnya, saat membeli tiket, ada sedikit masalah dengan rekening saya dan tidak bisa melakukan transaksi pembayaran. Beruntungnya, saya bisa menggunakan fasilitas Traveloka Paylater. Alhamdulillah semua lancar dan perjalanan menuju Tulungagung bisa terlaksana.

Btw, Traveloka lagi sedang mengadakan Blog Competition yang diselenggarakan oleh Traveloka Paylater. Buat kamu yang punya cerita menarik tentang perjalanan boleh ikutan, lho. Apalagi hadiahnya lumayan. Untuk info lengkapnya bisa dibaca di sini.

Jangan sampai nggak ikut, ya!

Blog Competition Traveloka Paylater

 

 

 

 

 

0 Shares
Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You May Also Like