Catatan kecil tentang “Siap Darling”
Gimana rasanya punya beragam tanaman di rumah? Apakah kamu merasa ribet mengurusnya, Bestie? Atau justru takut keluar uang buat beli printilan ini-itu dan lain-lain. Kalau saya malah sebaliknya. Senang banget bisa menanam dan merawat tanaman. Di rumah lumayan banyak tanaman rindang. Udara jadi sejuk karena srikulasi oksigen lancar. Mata pun jadi segar tiap melihat yang ijo-ijo di sekitar rumah.
Imbasnya, saya jadi betah nongkrongin mereka. Setiap hari saya selalu menyempatkan diri untuk menyiram tanaman. Memang, tidak semua pohon saya tanam langsung dari kecil. Kebanyakan hasil dari hibah teman dan peninggalan almarhum bapak saya. Paling hanya beberapa yang saya tanam sendiri. Rasanya puas banget bisa menanam dan merawat mereka dari bayi. Apalagi kalau bisa ikutan menanam pohon ramai-ramai seperti SIAP DARLING Dieng. Pasti seru banget!
SIAP DARLING Dieng, apa itu?
Baca juga: “JAGA TRADISI, RAWAT BUMI”, MENGENAL MASYARAKAT NUSANTARA BIJAK BERPANGAN
‘Healing’ tidak harus mahal. Lihat tanaman atau pun ikut kegiatan menanam pohon bisa membuat otak dan pikiran jadi segar. Ini ‘healing’ versi 3 M alias MURAH, MERIAH, MANTAP! Seperti event kreatif gerakan berbasis digital SIAP DARLING (Siap Sadar Lingkungan) yang diinisiasi oleh Bakti Lingkungan Djarum Foundation (BLDF) Bisa lho bikin kita ‘healing’ sejenak dari beragam kesibukan sehari-hari.
SIAP DARLING sendiri adalah ide bagus dalam mengupayakan kelestarian lingkungan melalui penanaman pohon yang berkelanjutan. Program ini dijalankan oleh BLDF di kawasan Candi Dieng, Banjarnegara, Jawa Tengah.
Yang membuat saya makin salut, ide kreatif ini turut merangkul mahasiswa dan generasi muda setempat untuk peduli lingkungan. Iya, kan, kalau bukan pemuda, siapa lagi motor penggerak perubahan. Thumbs up Buat BLDF!
Potensi Lahan Pegunungan yang Subur Sekaligus Merawat Candi Dieng
Saya ini penggemar bangunan bersejarah seperti candi dan peninggalan-peninggalan lainnya. Kali pertama berkunjung ke kawasan Dieng pada medio 2010. Saya akui, candi-candi di kawasan Dieng cukup berbeda dengan candi-candi pada umumnya. Di sini udaranya lumayan sejuk—kalau tidak mau dibilang njekukut alias dingin.
Umumnya, kalau berkunjung ke candi saya selalu kepanasan. Saat siang hari, udara di sekitar candi lumayan terik. Ditambah lagi bangunan candi umumnya terbuat dari batu andesit. Misalnya saja Borobudur dan Prambanan. Agar tidak kepanasan, saya harus memakai topi atau pun payung. Untuk menikmati hawa sejuk saat berkeliling candi, mau tidak mau, pengunjung seperti saya harus datang pagi atau sore hari.
Lain halnya dengan kawasan candi di Dieng. Datang kapan saja hawanya selalu sejuk. Apalagi di bulan-bulan musim kemarau seperti Juli-Agustus. Suhunya bisa minus. Ya maklum, candi ini terletak di dataran tinggi Dieng. Di sini, lahan pertanian luas. Stok air yang melimpah, membuat ekosistem tumbuhan di kawasan ini tumbuh subur. Tantangan terbesarnya justru saat musim kemarau. Pepohonan banyak yang mati atau rusak karena cuaca ekstrem yang super dingin saat malam sampai pagi hari. Karenanya, tak salah jika BLDF memilih kawasan Dieng untuk menjalankan program penanaman pohon berkelanjutan.
Pemilihan kawasan ini sejalan dengan program SIAP DARLING yang sudah diinisiasi sejak 2019 lalu. Ini seperti yang diungkapkan oleh Mutiara D. Asmara selaku Director of Communication Djarum Foundation berikut ini:
“Sejak diluncurkan pada 2019, gerakan Siap Darling telah menginisiasi sejumlah aksi positif, yaitu Candi Darling lewat penanaman pohon dan semak berbunga di berbagai situs warisan sejarah, agar generasi muda dapat berkontribusi melalui giat pelestarian lingkungan dan sekaligus mencintai situs warisan sejarah Indonesia. Kami berharap, gerakan menanam ini dapat menginspirasi serta melibatkan lebih banyak mahasiswa, untuk lebih peduli pada lingkungan dan menjaga warisan sejarah dalam jangka panjang.” Demikian kata Mutiara.
Ribuan Darling Squad Bantu Program Siap Darling
Berapa jumlah Darling Squad yang membantu gerakan Siap Darling? Menurut Program Associate BLDF, Abdurrachman Aldila, menuturkan hingga Juni 2022 tercatat ada 2.352 Darling Squad yang berasal dari 295 kampus di Indonesia. Melalui program Candi Darling yang diselenggarakan di kawasan Dieng, mahasiswa diajak untuk aktif dalam konservasi alam dan penghijauan di berbagai situs bersejarah.
Hingga saat ini, setidaknya sudah ada delapan kawasan candi yang sudah ‘dihijaukan’. Semua candi yang sudah ‘dihijaukan’ berada di Pulau Jawa. Khusus area penghijauan di kawasan candi Dieng meliputi halaman sekitar candi yang penuh keragaman geologi, hayati, dan situs warisan sejarah.
Semua kegiatan yang diinisiasi BLDF ini mendapat sambutan positif dari pemda setempat. Terutama dari Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) Jateng. Saya merasa, upaya baik ini harus dicontoh oleh perusahaan lain untuk membantu merawat ekosistem di sekitar situs sejarah.
Memang, untuk merawat situs warisan sejarah seperti candi di Dieng ini tidak mudah. Tantangannya banyak. Cuaca ekstrem seperti embun es bisa merusak situs sejarah dan bibit pohon yang sudah ditanam. Butuh komitmen tinggi dan tentu saja biaya yang tidak sedikit. Tapi, jika bisa dikerjakan dengan saling bersinergi satu sama lain seperti yang dilakukan BLDF pasti berhasil.
Sebagai penikmat situs sejarah, saya sangat mengapresiasi apa yang dilakukan BLDF. Saya tidak mau anak cucu kita nanti kehilangan warisan sejarah yang sudah dibangun nenek moyang hanya karena kita malas merawatnya. Semoga program baik seperti ini bisa terus berkelanjutan.
Kalau Djarum Foundation saja peduli dengan situs sejarah, apalagi generasi muda yang tinggal di sana. Sudah selayaknya semua saling bantu dan bersinergi merawat lingkungan sekaligus melestarikan peninggalan sejarah bangsa Indonesia.
Setuju, nggak? Saya sih, pasti setuju.
Betewe, kamu sudah pernah ke Dieng, Besti? Kalau belum, yuk, wisata sejarah ke sana.