Pada Rabu pagi, 29 Mei 2024, saya melangkahkan kaki menuju Bentara Budaya Jakarta yang terletak di Kawasan Palmerah, Jakarta Selatan. Pagi itu, saya sangat antusias untuk mengikuti FGD Revitalisasi Cerlang Budaya yang diinisiasi oleh Dompet Dhuafa bekerja sama dengan beberapa pihak seperti Kompas.
Dompet Dhuafa menghelat acara berbalut budaya?
Mungkin, itu pertanyaan sejuta umat. Banyak yang belum tau kalau selama ini Dompet Dhuafa juga concern dengan isu-isu budaya. Bahkan, dalam salah satu pilarnya, Dompet Dhuafa–yang merupakan lembaga filantropi–juga memasukkan sektor budaya untuk dilestarikan. Pilar ini masuk dalam program Dakwah dan Budaya Sosial.
Guna merealisasikan peran dan program Dakwah dan Sosial Budaya, ini kali pertamanya Dompet Dhuafa mengadakan Focus Group Disscussion (FGD) dengan tema “Revitalisasi Cerlang Budaya Lokal dalam Membangun Karakter Bangsa sebagai Sarana Pemberdayaan Masyarakat”. FGD ini juga bekerja sama dengan Bina Trubus Swadaya.
Seseru apa sih acaranya?
Buat saya yang cukup lama berkecimpung di dunia kebudayaan khususnya gamelan, acara ini menjadi insight baru bahwasannya perusahaan filantropi nyatanya mampu mewadahi kantong-kantong budaya. Tentu saja saya memberikan apresiasi yang setinggi-tingginya buat Dompet Dhuafa.
Acara yang berlangsung dari pukul 9 pagi sampai 4 sore nggak bikin saya bosan. Banyak diskusi yang memantik saya untuk terus berpikir, bagaimana caranya agar anak muda mau melestarikan nilai-nilai luhur budaya bangsa ini.
Khazanah Budaya Bangsa yang Pelan-pelan Tergerus Roda Waktu
Sejatinya, Indonesia sendiri kaya akan warisan budaya yang beragam. Ini mencakup tradisi, seni, bahasa, dan adat istiadat dari berbagai suku bangsa. Namun, modernisasi dan globalisasi sering kali mengancam kelestarian budaya tersebut. Karenanya, Forum Group Discussion (FGD) revitalisasi cerlang budaya diadakan sebagai langkah strategis untuk melestarikan dan mempromosikan warisan budaya Indonesia.
Melalui FGD ini, beberapa tokoh bangsa turut hadir memberikan andil agar ragam warisan budaya ini tetap lestari. Misalnya dengan mengidentifikasi masalah yang dihadapi dalam pelestarian budaya, merumuskan strategi revitalisasi, dan meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya melestarikan warisan budaya. Diskusi ini melibatkan berbagai pemangku kepentingan, termasuk pemerintah, akademisi, pelaku seni, dan masyarakat adat.
Salah satunya muncul dari inisiator dan Ketua Dewan Pembina Yayasan Dompet Dhuafa Republika Parni Hadi yang mengungkapkan kegelisahannya terhadap kemiskinan dan kemajuan Indonesia. Beliau mengamati bahwa selama ini bangsa Indonesia memiliki Pancasila yang luhur, tetapi dampaknya belum terasa nyata. Termasuk budaya korup yang sudah mandarah daging di negeri kita tercinta. Lebih penting melakukan tindakan nyata ketimbang menyusun beragam wacana setinggi langit.
“Mari kita cari gagasan praktis. Jangan hanya bisa berbicara saja, tapi tidak melakoni. Bedah dan bongkar pada FGD hari ini, kemudian kita rumuskan dan lahirkan langkah konkret yang bisa diterima dan dipraktikkan,” Demikian Pak Parni menyampaikan kegelisahannya.
Iya, Pak. Saya pun sangat setuju dengan pernyataan Bapak. Jangan sampai khazanah budaya bangsa tergerus oleh roda waktu.
Ragam Tantangan yang Dihadapi Pegiat Budaya
Pegiat budaya memainkan peran penting dalam melestarikan, mengembangkan, dan mempromosikan kekayaan budaya suatu bangsa. Namun, mereka sering menghadapi berbagai tantangan yang kompleks dan beragam. Berikut adalah beberapa tantangan utama yang dihadapi pegiat budaya:
Kurangnya Kesadaran Masyarakat
Banyak masyarakat, terutama generasi muda, yang kurang memahami nilai dan pentingnya warisan budaya mereka. Kesadaran masyarakat akan pentingnya budaya lokal sering kali masih rendah. Hal ini mengakibatkan kurangnya penghargaan terhadap usaha pegiat budaya. Edukasi dan kampanye untuk meningkatkan kesadaran dan apresiasi terhadap budaya lokal menjadi salah satu langkah penting yang perlu terus digalakkan.
Modernisasi dan Globalisasi
Pengaruh budaya asing seringkali mengikis identitas budaya lokal. Globalisasi dan modernisasi membawa dampak signifikan terhadap budaya lokal. Pengaruh budaya asing yang masuk tanpa filter sering kali menyebabkan erosi nilai-nilai budaya lokal. Pegiat budaya harus berjuang keras untuk menjaga keseimbangan antara mempertahankan tradisi dan menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman.
Kurangnya Dukungan Finansial dan Infrastruktur
Banyak situs dan tradisi budaya yang membutuhkan dukungan finansial dan infrastruktur untuk bertahan. Salah satu tantangan terbesar adalah minimnya dukungan finansial. Banyak kegiatan budaya membutuhkan dana yang tidak sedikit untuk pelaksanaan, promosi, dan pelestarian. Sumber dana yang terbatas, baik dari pemerintah, swasta, maupun donasi masyarakat, sering kali menjadi penghambat utama dalam pelaksanaan kegiatan budaya.
Dokumentasi yang Kurang
Banyak elemen budaya yang belum didokumentasikan dengan baik. Dokumentasi budaya adalah proses penting dalam pelestarian warisan budaya, baik yang bersifat tangible (berwujud) maupun intangible (tak berwujud). Sayangnya, banyak elemen budaya di berbagai belahan dunia yang belum didokumentasikan dengan baik, sehingga rentan hilang.
Strategi Revitalisasi Budaya: Memelihara Warisan, Menyongsong Masa Depan
Budaya merupakan identitas suatu bangsa yang mencakup nilai-nilai, tradisi, seni, bahasa, dan adat istiadat. Banyak budaya lokal yang terancam kelestariannya karena globalisasi dan modernisasi. Untuk mencegahnya, butuh kesungguhan untuk memastikan bahwa warisan budaya tidak hanya dilestarikan tetapi juga berkembang sesuai dengan konteks zaman.
Beragam wacana dikemukakan melalui FGD ini. Salah satunya dengan meningkatkan kurikulum pendidikan yang memasukkan pelajaran tentang budaya lokal dan nasional. Kampanye sosialisasi melalui media massa dan sosial juga penting untuk meningkatkan kesadaran.
Revitalisasi budaya juga digagas dengan membangun dan memperbaiki museum, pusat budaya, dan situs-situs bersejarah untuk menjaga dan mempromosikan budaya lokal. Untuk melakukan semua ini, tentunya butuh dukungan dan pendanaan dari pemerintah. Kemendikbud salah satunya. Sebagai regulator, pemerintah melalui Kemendikbud perlu memberikan bantuan finansial serta kebijakan yang mendukung pelestarian budaya.
Upaya-upaya tersebut mencakup pengembangan pariwisata berbasis budaya untuk meningkatkan ekonomi lokal sekaligus mempromosikan budaya kepada wisatawan domestik dan internasional. Termasuk melakukan kolaborasi dengan komunitas adat. Peran komunitas adat dalam pelestarian budaya sangat diperlukan, karena mereka adalah penjaga utama tradisi dan warisan budaya.
Whoaaaa! Banyak sekali ternyata PR para pegiat budaya ini. Tumpukan strategi tersebut tentunya harus direalisakan untuk memelihara warisan dan menyongsong masa depan.
Menutup Hari dengan Beragam Wacana di Kepala
Hari sudah menunjukkan pukul 4 sore. Meski demikian, para peserta FGD masih tampak antusias. Saya setengah mengantuk saat konklusi dibacakan oleh moderator. Tiba-tiba kepala saya penuh wacana. Samar-samar saya dengar moderator merangkum kegiatan FGD hari ini. Bahwa pelaksanaan strategi revitalisasi membutuhkan koordinasi yang baik antara pemerintah pusat dan daerah, serta keterlibatan aktif masyarakat. Evaluasi berkala juga penting untuk mengukur efektivitas program dan menyesuaikan strategi yang diterapkan.
Revitalisasi cerlang budaya adalah usaha bersama yang membutuhkan komitmen dan kerja sama dari semua pihak. Melalui FGD ini, diharapkan ada langkah konkret yang dapat diambil untuk melestarikan warisan budaya Indonesia, sehingga dapat dinikmati oleh generasi mendatang dan tetap menjadi identitas bangsa di tengah arus globalisasi.
Dengan adanya upaya yang terstruktur dan sistematis, Indonesia dapat memastikan bahwa kekayaan budayanya tidak hanya dikenang sebagai warisan masa lalu, tetapi juga terus hidup dan berkembang sesuai dengan zaman.
Semoga saja semakin banyak FGD-FGD lainnya.
*catatan dari seseorang yang ngakunya blogger lifestyle dan keuangan Jakarta