Bayang di Balik Pintu, Menghadapi Trauma Masa Lalu

0 Shares
0
0
0

Langit senja memantulkan warna jingga. Semburat keindahannya menerobos masuk ke dalam jendela kamar Alya. Hangatnya cahaya sore itu tak mampu mengusir rasa dingin hatinya. Derap langkah di balik pintu selalu membuatnya ngilu. Setiap kali pintu terbuka, luka itu menganga, membawanya ke dalam bayang-bayang masa lalu yang selalu menghantuinya.

Memang, Alya sudah dewasa saat ini. Namun, ada bagian dari dirinya yang masih terjebak dalam malam itu–malam di mana semua menjadi gelap dan jeritannya tak pernah terdengar. Malam yang membuat hari-hari sesudahnya menjadi suram.

Saat itu, usianya baru menginjak 13 tahun. Derit pintu yang terbuka tiba-tiba, derap langkah kaki yang berat, dan sejuta ancaman di telinganya, semuanya masih berputar-putar dalam ingatannya.

Tak ada yang tau apa yang sudah terjadi. Alya menyimpan luka itu sendirian hingga kini. Pun saat pertama ia ingin mengutarakan isi hatinya kepada ibunya tercinta, sang ibu mengalihkan pembicaraanya. Kali kedua, ia menatap binar keraguan di mata sahabatnya. Mulai hari itu, Alya belajar bahwa terkadang luka lebih aman disimpan dalam diam.

Sekian tahun berlalu, luka itu tak pernah sembuh. Mimpi buruk kerap kali datang saat malam menjelang. Bak tamu tak diundang, mimpi itu kerap mengacak-acak tidurnya.

Di saat ia mulai menutup mata, bayangan masa lalu seringkali hadir kembali. Daun pintu kamar yang terbuka, wajah gelap pelaku selalu muncul dari balik kegelapan malam. Semua rasa takut itu selalu melumpuhkan dirinya. Mungkin, di saat siang menjelang, semuanya tampak baik-baik saja. Namun, malam selalu menjadi musuh yang tak pernah bisa dihindari.

Suatu hari, di antara deretan buku perpustakaan tempatnya bekerja, seorang remaja perempuan datang menghampiri. Sorot matanya berkaca-kaca. Menatapnya penuh kecemasan.

“Kak, aku boleh bicara sebentar?” Suaranya bergetar pelan.

Alya menganggukan kepala. Ia bisa membaca gerak-gerik remaja tersebut. Sesuatu yang berat seperti ada di pundaknya.

“Aku … aku tak tau harus bilang ke siapa. Ada seseorang … yang menyentuhku dengan cara yang tidak aku suka. Aku sangat takut, Kak.”

Bagai disambar geledek, tubuh Alya mendadak beku. Ucapan remaja itu kembali mengorek luka lama yang disimpannya. Ia masih menganga. Alya teringat dirinya yang dulu. Gelap, ketakutan, dan tak tau ke mana harus melangkah.

Saat itu juga, secara tiba-tiba, Alya mempunyai dorongan untuk melakukan sesuatu. Sesuatu yang dulu tak pernah dilakukannya–berbicara.

“Kamu tidak sendiri,” ucap Alya. Ia menatap mata gadis itu dengan lembut. “Semua yang sudah terjadi bukan salahmu. Aku percaya padamu.”

Remaja perempuan itu mendadak menangis, dan untuk pertama kalinya, Alya merasa menang atas ketakukan yang ia simpan sendiri. Ia akhirnya bisa mengerti bahwa kekuatan bukan soal melupakan masa lalu. Namun, dengan pelukan hangat dan membantu orang lain menemukan jalan untuk keluar dari kegelapan yang sama.

 

Saat matahari senja mulai tiba, dan langit berubah menjadi malam, Alya tau satu hal pasti–pintu yang terbuka di masa lalu tak lagi menjadi bayangan yang menakutkan. Baginya, pintu tersebut adalah gerbang menuju kekebabasan. Tidak hanya untuk dirinya, tapi juga untuk mereka yang membutuhkan suaranya.

***

Cerita fiktif ini menggambarkan bagaimana trauma masa lalu bisa menghantui. Namun, ia juga bisa memberi kekuatan untuk orang lain yang mengalami hal serupa.

Dari Pelecehan Hingga Eksploitasi, Mari Kita Pahami

Mungkin, banyak orang yang belum tau kalau kekerasan seksual merupakan masalah yang sangat serius. Problem ini bisa memengaruhi individu yang menjadi koban hingga bertahun-tahun.

Kekerasan seksual bisa diartikan sebagai wujud tindakan pemaksaan seksual terhadap korban–baik laki-laki maupun perempuan. Bentuknya pun beragam. Tidak hanya fisik tapi bisa juga verbal maupun emosional. Tindak kejahatan ini juga mencakup pelecehan secara verbal, pengancaman, maupun manipuliasi.

Tindak kekerasan seksual yang paling sering terjadi adalah pelecehan seksual. Kejahatan ini bisa terjadi di berbagai lingkungan. Mulai dari sekolah, ruang publik, tempat kerja, dan lain sebagianya. Pelecehan seksual yang paling umum bisa berupa komentar yang tidak senonoh, sentuhan yang tidak diinginkan, ataupun penggodaan yang berlebihan. Kejahatan ini sering menciptakan lingkungan yang tidak aman bagi korban.

Kejahatan seksual yang lebih ekstrem adalah pemerkosaan. Tindakan di mana seseorang dipaksa untuk berhubungan badan tanpa persetujuan. Kejahatan ini memiliki dampak yang sangat panjang dan mendalam bagi korban. Tindak kriminal ini juga bisa terjadi di mana saja. Bisa di rumah maupun tempat umum. Bahkan, bisa dilakukan oleh orang terdekat seperti keluarga maupun orang yang tidak dikenal.

Yang paling ekstrem adalah eksploitasi seksual. Tindak kriminal ini merujuk kepada korban yang dimanfaatkan untuk tujuan seksual. Korbannya bisa dipaksa untuk melakukan prostitusi maupun pekerjaan seksual lainnya. Eksploitasi seksual bisa pula terjadi dalam hubungan yang melibatkan manipulasi maupun pemaksaan.

Trauma Berkepanjangan, Dampak Psikologis Korban Kekerasan Seksual

Pelecehan dan kekerasan seksual bisa terjadi ke semua orang. Sumber foto Pexels

Bagi korban, siapa pun itu, pastinya punya luka yang mendalam jika mengalami kekerasan seksual. Trauma berkepanjangan ini seringkali membuat korban depresi, cemas, bahkan tidak sedikit yang ingin mengakhiri hidupnya.

Selain gangguan mental, tidak sedikit pula kekerasan seksual yang mengakibatkan masalah fisik. Misalnya cedera, masalah kesehatan reproduksi, bahkan terinfeksi penyakit menular.

Di sisi lain, korban juga bisa mengalami dampak sosial yang cukup signifikan. Tidak sedikit dari mereka yang kesulitan untuk berinteraksi dengan orang lain. Kondisi ini tentu saja bisa memengaruhi hubungan pribadi dan profesional mereka. Banyak pula korban yang menjadi malu dan sulit percaya dengan orang lain. Jika sampai berlarut-larut korban bisa mengisolasi diri dari lingkup sosialnya.

Trauma berkepanjangan ini pada akhirnya akan menyebabkan gangguan stres pascatrauma (PTSD).

Cegah Kekerasan Seksual, Langkah-langkah Efektif untuk Masyarakat

Apa yang bisa kita lakukan?

Pertanyaan ini sederhana. Namun, butuh komitmen bersama untuk mencegah kekerasan seksual di lingkungan kita. Kekerasan seksual bisa dicegah dengan beragam pendekatan yang multi-faceted.

Tidak hanya itu, pendidikan seksual yang komprehensif bisa membantu siapa pun memahami batasan, persetujuan, dan konsekuensi dari kekerasan seksual. Selain itu, penting juga untuk menciptakan lingkungan yang mendukung di mana korban akan merasa aman untuk berbicara dan melapor.

Di sisi lain, dukungan bagi korban juga sangat penting. Untuk mengatasi trauma berkepanjangan, korban membutuhkan layanan konseling, tempat penampungan, hinggga program rehabilitasi agar mereka pulih dari pengalaman traumatis. Selain itu, peran hukum dalam menangani kasus kekerasan seksual harus ditegakkan agar pelaku bisa diadili dengan tegas.

Mengadvokasi Perubahan: Justitia Avila dan Kebijakan Hukum untuk Korban Kekerasan Seksual

Sumber foto Kompas

Jumlah korban kekerasan seksual di Indonesia tidaklah sedikit. Semakin banyaknya laporan tindak kekerasan seksual yang tidak tertangani membuat perempuan bernama Justitia Avila Veda mendedikasikan dirinya untuk membentuk advokasi gratis khusus korban pelecehan seksual.

Keseriusannya membantu para korban kekerasan dan pelecehan seksual dengan mendirikan Kolektif Advokat untuk Keadilan Gender (KAKG). Upaya ini dimulai dengan langkah berani menawarkan bantuan melalui cuitan di akun X (Twitter) pada Juni 2020.

Siapa sangka kurang dari 24 jam responnya sungguh luar biasa. Sekitar 40 aduan dia terima melalui e-mail maupun pesan langsung (DM) di akun X (Twitter).

Respon positif dari para korban ini membuatnya konsisten melakukan pendampingan hingga memberikan konsultasi daring melalui program “Sahabat Korban Kekerasan Seksual” bersama rekan-rekannya di KAKG. Program pendampingan ini tidak terbatas di kota-kota besar seperti Jakarta tapi hingga ke seluruh pelosok negeri.

Baginya, setiap korban pelecehan dan kekerasan seksual adalah penyintas yang harus didengar. Beratnya luka yang harus ditanggung korban selama hidupnya tidak bisa ditanggung sendirian. Alasan tersebut yang mendorongnya siap membantu korban untuk berjuang melawan ketidakadilan yang diterimanya.

Agar usahanya memperjuangkan hak-hak keadilan bagi korban kekerasan seksual terus berjalan Veda dibantu 45 rekan sesama advokat di KAKG. Melalui KAKG, ia dan teman-temannya bisa terus berjuang memberikan konsultasi hukum gratis bagi para korban pelecehan dan kekerasan seksual berbasis gender.

KAKG selalu mengupayakan pendekatan komprehensif dalam menerima aduan dari para korban. Mulai dari pemenuhan kebutuhan secara psikis, media sosial, bahkan finansial jika memang dibutuhkan. KAKG selalu merujuk korban ke lembaga terkait serta mendampingi korban dalam proses hukum litigasi.

Diganjar SATU Indonesia Awards

Kegigihan Justitia Avila Veda bersama rekannya di KAKG terus membuahkan hasil. Hingga kini, sudah ratusan korban pelecehan dan kekerasan seksual yang sudah ia bantu.

Beragam kasus sudah ditangani dan ia dampingi hingga ke pengadilan. Baginya, berjuang tak melulu soal pencapaian, lebih dari itu Veda juga yakin bahwa bagian dari proses penyembuhan dirinya adalah dengan membantu orang lain.

“Pencarian keadilan oleh korban itu prosesnya berat. Saya ingin memperluas akses terhadap segala modalitas yang saya punya ke orang-orang yang membutuhkan.” ucap Veda.

Perjuangannya yang tiada henti membuatnya meraih penghargaan SATU Indonesia Awards 2022 bidang kesehatan.

Kekerasan seksual adalah isu yang kompleks. Untuk menanganinya butuh keseriusan dan pemahaman yang mendalam. Dari pelecehan hingga eksploitasi, kekerasan seksual memiliki dampak yang merusak bagi setiap korban.

Dengan meningkatkan kesadaran, memberikan pendidikan, bantuan hukum, dan menciptakan lingkungan yang mendukung bisa membantu mencegah kekerasan seksual.

0 Shares
Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You May Also Like