“Tanpa ilmu, kita akan mudah menjadi obyek bagi bangsa lain. Ilmu adalah alat kemerdekaan sesungguhnya bagi bangsa kita.” B.J. Habibie
Kutipan di atas memang singkat, tapi maknanya sangat dalam. Ditulis oleh salah satu mantan presiden Indonesia yang jasa-jasanya di dunia penerbangan sangat diakui dunia.
Apakah dunia pendidikan kita baik-baik saja?
Mungkin bagi sebagian orang yang pernah mengenyam pendidikan tinggi, ketimpangan dunia pendidikan menjadi kerisauan mereka. Setelah 79 tahun Indonesia merdeka, nyatanya, masih banyak anak-anak Indonesia yang belum mendapatkan pendidikan dengan layak.
Jika sekian tahun silam, program wajib belajar 9 (minimal SMP) tahun telah dicanangkan oleh pemerintah, kini, inisiatif agar anak-anak wajib menuntaskan pendidikan hingga minimal 12 tahun alias sampai SMA kian digencarkan.
Perjalanan Panjang Menuju Kelulusan
Pendidikan adalah tanggung jawab kita bersama. Memang, sudah seharusnya pemerintah yang bertanggung jawab untuk menyelenggarakan pendidikan bagi seluruh rakyat Indonesia. Salah satunya melalui program tuntas belajar hingga 12 tahun (jenjang SMA).
Program 12 tahun belajar sendiri merupakan inisiatif dalam dunia pendidikan yang bertujuan meningkatkan kualitas pembelajaran dengan melibatkan berbagai elemen, mulai dari tenaga pengajar, siswa, hingga teknologi.
Program ini berfokus pada upaya membangun kebiasaan belajar mandiri selama 12 tahun, dari pendidikan dasar hingga menengah atas, sehingga siswa mampu menghadapi tantangan masa depan dengan keterampilan yang memadai.
Butuh Pengembangan Kurikulum
Dalam proses pelaksanaannya, Program 12 Belajar memprioritaskan pengembangan kurikulum yang relevan dengan kebutuhan siswa di abad 21. Kurikulum ini disusun untuk memperkuat kemampuan literasi, numerasi, serta keterampilan berpikir kritis, yang semakin dibutuhkan dalam era digital.
Selain itu, teknologi juga diintegrasikan dalam pembelajaran, memberikan akses yang lebih luas pada materi ajar digital yang variatif dan interaktif. Program ini pun melibatkan orang tua untuk turut mendukung proses belajar anak di rumah, sehingga tercipta sinergi antara sekolah dan keluarga.
Namun, dalam pelaksanaan program ini, berbagai tantangan muncul. Salah satunya adalah keterbatasan akses ke teknologi bagi beberapa siswa, terutama yang berada di daerah terpencil atau dari keluarga prasejahtera. Tanpa akses yang memadai, ketimpangan dalam mendapatkan materi dan kualitas pendidikan pun bisa terjadi.
Selain itu, tenaga pengajar juga sering kali menghadapi kesulitan dalam beradaptasi dengan metode pengajaran yang berbasis teknologi, membutuhkan pelatihan khusus yang tidak selalu mudah didapatkan.
Tantangan lainnya adalah faktor lingkungan sosial dan ekonomi yang memengaruhi motivasi siswa dalam belajar. Beban ekonomi pada beberapa keluarga membuat siswa terpaksa membantu orang tua dan membagi waktu untuk bekerja, sehingga proses belajar terhambat.
Oleh karena itu, dukungan dari berbagai pihak, seperti pemerintah, sekolah, dan masyarakat sangat dibutuhkan agar program ini dapat berjalan optimal dan dapat memberikan dampak positif bagi dunia pendidikan.
Program 12 Belajar memiliki potensi besar untuk mendorong kemajuan pendidikan di Indonesia. Namun, tantangan-tantangan ini perlu diatasi agar manfaatnya bisa dirasakan oleh semua kalangan.
Dampak Program 12 Tahun pada Masa Depan Siswa
Sebenarnya, apa saja, dampak program 12 tahun untuk masa depan siswa? Berikut ini beberapa di antaranya:
Peningkatan Keterampilan dan Pengetahuan
Program wajib belajar 12 tahun memungkinkan siswa untuk memperoleh pengetahuan dasar dan keterampilan yang dibutuhkan untuk memasuki dunia kerja atau melanjutkan ke jenjang pendidikan tinggi.
Dengan bekal ini, siswa memiliki kesempatan yang lebih besar untuk bersaing dalam pasar kerja, karena pengetahuan yang lebih tinggi dan keahlian yang lebih mendalam dalam berbagai bidang.
Pengurangan Tingkat Pengangguran
Dengan meningkatkan jumlah lulusan SMA/SMK, program ini berpotensi menurunkan angka pengangguran di Indonesia. Lulusan dengan pendidikan menengah memiliki peluang kerja yang lebih baik dibandingkan dengan mereka yang hanya lulusan SD atau SMP.
Selain itu, lulusan SMA/SMK juga memiliki kemampuan untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi atau mengikuti pelatihan keterampilan khusus, yang pada akhirnya dapat meningkatkan produktivitas tenaga kerja nasional.
Pengembangan Karakter dan Soft Skills
Pendidikan selama 12 tahun juga memberikan ruang yang cukup untuk mengembangkan aspek karakter dan keterampilan lunak (soft skills), seperti disiplin, tanggung jawab, kerja sama, dan kemampuan komunikasi.
Keterampilan ini sangat dibutuhkan di dunia kerja, sehingga program wajib belajar 12 tahun dapat memberikan siswa kemampuan adaptasi dan kepemimpinan yang lebih baik, terutama di era globalisasi dan digitalisasi yang berkembang pesat.
Tentunya, masih banyak lagi dampak positif yang bisa didapatkan oleh siswa. Terutama untuk meningkatkan kesejahteraanya di masa depan.
Dukungan dari Keluarga dan Guru dalam Menggapai Mimpi
Peran keluarga, guru, dan lingkungan sekolah sangat penting dalam mendukung siswa untuk menyelesaikan pendidikan 12 tahun. Sinergi antara ketiga pihak ini menjadi landasan kuat untuk mencapai keberhasilan pendidikan anak.
Peran Keluarga sebagai Pendukung Utama
Keluarga adalah lingkungan pertama yang berperan penting dalam membentuk fondasi karakter dan semangat belajar anak. Beberapa aspek penting dalam peran keluarga misalnya motivasi dan dukungan emosional.
Orang tua yang memberikan dorongan moral dan emosional mampu meningkatkan semangat belajar anak. Ketika anak merasa didukung, ia akan lebih percaya diri dalam menghadapi tantangan pendidikan.
Selain itu, keluarga yang menanamkan nilai-nilai kejujuran, tanggung jawab, dan disiplin membantu anak membentuk sikap positif yang diperlukan dalam pendidikan jangka panjang.
Keluarga yang mendampingi anak belajar di rumah atau menyediakan fasilitas belajar yang memadai, seperti buku dan akses internet, akan membantu anak lebih mudah mencapai tujuan akademisnya.
Kehadiran keluarga sebagai motivator utama membantu anak menghadapi tantangan pendidikan dan menciptakan lingkungan yang kondusif untuk belajar.
Peran Guru sebagai Pembimbing dan Penginspirasi
Selain keluarga, guru juga memiliki peran yang sangat vital sebagai sumber ilmu, inspirasi, dan pembentuk karakter siswa di sekolah. Peran guru dalam mendukung siswa mencapai pendidikan 12 tahun meliputi banyak hal.
Berikut ini beberapa di antaranya:
Pembelajaran yang Menarik dan Inovatif
Guru yang mampu mengajar dengan metode kreatif dan interaktif membuat siswa lebih tertarik untuk belajar.
Mereka dapat memfasilitasi minat siswa dalam berbagai bidang dan membantu mereka memahami pelajaran dengan lebih baik.
Menjadi Role Model atau Panutan
Kegiatan belajar mengajar pastinya lebih sering dilakukan oleh siswa dengan gurunya di sekolah Siswa cenderung meneladani guru yang dihormati dan dikagumi. Guru yang menunjukkan sikap disiplin, peduli, dan penuh integritas dapat menjadi inspirasi bagi siswa dalam kehidupan sehari-hari.
Di sisi lain, guru yang peka terhadap kebutuhan emosional siswa mampu memberikan dukungan saat mereka menghadapi kesulitan akademik atau masalah pribadi.
Di samping itu, peran guru yang memerhatikan kesejahteraan emosional siswa turut membantu mereka merasa nyaman di sekolah dan lebih bersemangat untuk menuntaskan pendidikan.
Lingkungan Sekolah sebagai Wadah Pertumbuhan
Faktor lain yang membentuk karakter siswa adalah lingkungan dan orang-orang yang peduli dengan dunia pendidikan.
Lingkungan sekolah yang positif dan kondusif sangat berpengaruh pada perkembangan mental, sosial, dan intelektual siswa.
Sekolah yang memberikan fasilitas serta lingkungan yang mendukung menciptakan suasana belajar yang menyenangkan. Apalagi siswa-siswa yang tinggal di daerah terpencil dan akses yang susah dengan dunia pendidikan. Harus ada orang-orang yang menjadi motor penggerak di lingkungannya.
Salah satu penggerak dunia pendidikan tersebut adalah Surya Dharma. Inspirator di bidang pendidikan ini adalah salah satu penerima anugerah SATU Indonesia Awards.
Surya Dharma: Perjuangan Tanpa Batas di Tanah Palu
Membaca kisah Surya Dharma membuat saya kagum. Surya Dharma sendiri adalah seorang guru yang sangat memahami pentingnya pendidikan hingga 12 tahun. Ia mengabdikan dirinya sebagai guru yang tidak hanya mengajar di sekolah formal tetapi juga mengajar anak-anak yang putus sekolah di Kota Palu, tepatnya di Kecamatan Ulujadi.
Di wilayah pesisir ini, pendidikan bukan menjadi prioritas bagi sebagian besar penduduk yang tinggal di sini. Apalagi menamatkan pendidikan hingga jenjang SMA (12 tahun). Pendidikan tinggi seperti puncak gunung yang susah digapai masyarakat di daerah ini.
Maklum, penghasilan warganya yang sebagian besar berasal dari buruh bangunan dan buruh cuci, hanya cukup untuk menghidupi kebutuhan hidup sehari-hari. Bagi mereka sekolah hingga bangku SMP sudah cukup. Setelah lulus mereka bisa membantu keluarga dengan bekerja seadanya sebagai juru parkir, pengamen, dan memilih untuk menikah muda sebagai tujuan hidup.
Bagi Surya Dharma, pendidikan bukan soal belajar membaca dan menulis. Melihat realita kehidupan di daerah Ulujadi, ia dan istrinya yang sama-sama berprofesi sebagai guru tergerak untuk membantu. Mereka berdua memulai program pendidikan informal yang bernama “Tuntas Belajar 12 Tahun”.
Tujuannya agar siswa yang putus sekolah bisa menyelesaikan pendidikan yang setara dengan SMA atau Paket C. Program ini membantu mereka yang putus sekolah untuk mendapatkan ijazah SMA. Banyaknya potensi yang ada di sana membuat Surya dan istrinya bersemangat untuk terus membantu mereka hingga tuntas.
Untuk menyelenggarakan program tuntas belajar 12 tahun, mereka memanfaatkan rumahnya sebagai tempat untuk belajar. Dengan segala keterbatasan yang ada, Surya dan istrinya memulai misi besarnya. Mereka membuka kelas gratis setiap minggu. Ketekunan dan kesabaran menjadi energi agar murid-muridnya bisa tuntas belajar 12 tahun.
Belajar dan Berkembang: Pengalaman Siswa di Program 12 Tahun
Kebodohan dan kemiskin adalah lingkaran setan yang harus diberantas. Baginya, jika murid-muridnya bisa lulus SMA, paling tidak mereka bisa mendapatkan pekerjaan yang layak ataupun bisa memulai usaha sendiri.
Program belajar 12 tahun yang digagas Surya dan istrinya bukan hanya menitikberatkan pada pendidikan akademik semata, tetapi juga pada pengembangan karakter dan etika siswa. Melalui beragam mata pelajaran serta kegiatan ekstrakurikuler, murid-muridnya juga diajarkan tentang nilai-nilai seperti disiplin, kejujuran, kerja sama, dan tanggung jawab.
Selain itu, Surya juga mengenalkan keterampilan teknis yang nantinya bisa membantu mereka di dunia kerja. Misalnya melalui keterampilan fotografi, desain grafis, sampai teknik komputer.
Banyak muridnya yang terbantu dengan beragam keterampilan ini. Misalnya saja, Adi. Adi adalah salah satu muridnya yang berhasil melalui program keterampilan ini. Setelah putus sekolah, Adi mengambil pendidikan Paket C yang diinisiasi Surya. Kini, Adi sudah lulus dan bekerja di sebuah perusahaan. Adi juga berencana untuk meneruskan pendidikannya ke jenjang perguruan tinggi. Bagi Surya, keberhasilan murid-muridnya adalah kebahagiannya.
Dari Awal Hingga Akhir: Transformasi Melalui Program Tuntas Belajar 12 Tahun
Pengalaman belajar dalam program Tuntas Belajar 12 tahun memberikan berbagai manfaat yang mendasar bagi perkembangan murid-murid Surya. Bukan hanya ilmu pengetahuan yang mereka peroleh, tetapi juga berbagai keterampilan hidup yang akan mendukung mereka di dunia kerja dan kehidupan bermasyarakat.
Program yang digagas Surya dan istrinya ini diharapkan mampu mencetak generasi yang cerdas, beretika, dan memiliki keterampilan yang relevan untuk menghadapi tantangan global.
Semoga saja semakin banyak Surya-Surya lainnya yang tergerak untuk membantu anak-anak di Indonesia yang putus sekolah melalui Program Tuntas Belajar 12 Tahun.