“Pendidikan adalah cara terbaik untuk mengubah masa depan”
“lng ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani” kalau ini adalah kutipan lokal yang sering banget saya dengar. Ketika masih SD, pasti sering baca tulisan ini di logo-logo seragam sekolah dasar. Leluhur kita Ki Hajar Dewantara menanamkan pendidikan itu dimulai dari keluarga.
How do we know?
Pernah liat acara mantenan Jawa? Seenggaknya pernah lihat kan, acara pernikahan adat Jawa, yang salah satu prosesinya adalah “Sindur binayang”. Itu lho yang mantennya dikrukupin pakai kain merah yang pinggirannya garis putih meliuk-liuk. Si bapak berjalan di depan megang ujung kain, manten di tengah dan si ibu mendorong dari belakang menuju kursi pelaminan.
Prosesi itu adalah lambang kutipan dari Ki Hajar Dewantara di atas. Si bapak pengantin, sebagai kepala keluarga mengajarkan anak, untuk menjadi pemimpin di depan. Di belakang pengantin, si ibu turut mendorong dari belakang.
Pinggiran kain sindur yang meliuk-liuk adalah perlambang bahwa kehidupan itu, nggak selamanya lurus. Banyak kerikil (cobaan) dan keluarga adalah support system pertama untuk menghadapi pasang surut kehidupan.
Ing ngarsa sung tuladha: di depan memberi contoh (bapak), ing madya mangun karsa: di tengah menciptakan semangat (manten), tut wuri handayani: di belakang memberikan daya kekuatan (ibu).
Pranata ini adalah lambang tanggung jawab orangtua dalam memberikan tuntunan dan pendidikan yang baik. Termasuk menyiapkan segala antisipasinya.
Sebagai calon orangtua yang belum memiliki tanggungan anak, tentu bukan berarti kita berhenti belajar. Belajar tidak melulu di bangku formal, kan? Berhubung saya sudah nggak duduk di bangku kuliah, tetapi saya masih tetap berusaha mengembangkan diri dengan berbagai kegiatan.
Tau kan, yang namanya pendidikan itu investasi yang nggak akan pernah rugi. Makanya, sebagai calon orangtua yang baik, kita wajib belajar setiap saat. Termasuk dalam menyiapkan dana pendidikan. Ya, mumpung masih single dan belum banyak kebutuhan.
Jangan sampai mentang-mentang masih single, kita bebas membelanjakan pendapatan sesuai keinginan. Udah gitu kan, faktanya biaya pendidikan di Indonesia (catat di dalam negeri) setiap tahunnya semakin mahal.
Itu baru biaya pendidikan di dalam negeri, di luar negeri sudah pasti jauh lebih mahal. Yah.. memang kita tahu biaya pendidikan sekarang sangat mahal, terutama biaya untuk menempuh pendidikan di perguruan tinggi.
Kalau sering baca-baca informasi statistik, biaya pendidikan itu selalu mengalami inflasi 15-20 persen setiap tahunnya. Bayangkan berapa nilainya 15 atau 18 tahun ke depan? Namun, bukan berarti kita nggak bisa merencanakannya.
Sebagai calon orangtua, kita juga harus paham bahwa biaya pendidikan itu ada yang wajib dan juga ada yang sifatnya tambahan. Di negara kita kan, menganut wajib belajar 12 tahun, mulai dari SD sampai SMA, sehingga orangtua punya opsi untuk mendapatkan biaya pendidikan secara gratis.
Namun, biaya pendukung wajib ada, seperti seragam, buku-buku, les-les tambahan dan beragam biaya pendukung lainnya. Mulai dari pre-school hingga perguruan tinggi. Orangtua juga harus mawas diri dan bijak mengatur pendapatannya untuk menyiapkan dana pendidikan anak.
Menabung dan menyiapkan asuransi adalah langkah yang paling mudah. Salah satu cara yang paling mudah adalah merencanakan pendidikan anak dengan HappyEdu. Mudah karena kita tinggal memilih produk asuransi dari Astra ini hanya dengan satu ID.
Nggak perlu repot-repot, terus manfaatnya juga banyak. Mulai dari santunan biaya pendidikan anak jika tertanggung meninggal dunia karena kecelakaan, hingga manfaat tambahan seperti tunjangan kehilangan pendapatan karena cacat tetap atau keseluruhan, dan beragam manfaat tambahan lainnya.
Dari segi biaya juga nggak terlalu mahal kok. Range preminya mulai dari Rp100ribu-Rp180ribu. So, pengen pendidikan buah hati kita terlindungi? Serahkan saja sama HappyEdu dari HappyOne.
Selamat merencanakan!