“Duh, umur segini belum hamil dan punya anak” kalimat ini pendek dan sederhana, tapi rasanya menyedihkan kalau keluar dari bibir sahabat atau teman sendiri. Ada lho, beberapa teman saya yang suka curhat begini. Saya mengerti betul perasaan mereka. Meskipun saya belum menikah (bukan tjurhat) dan nggak akan hamil karena saya laki-laki, saya bisa memahami kekhawatiran mereka.
Apalagi budaya patriarki yang mayoritas dianut oleh negara kita, seringkali memberikan stigma buruk tentang wanita yang belum memiliki anak setelah bertahun-tahun menikah. Beragam cap negatif ditempelkan pada wanita. Padahal, faktor kehamilan kan, nggak cuma dari istri, tapi juga dari tingkat kesuburan suami.
Kalau mau ikhtiar lebih, ada banyak cara kok, untuk bisa hamil dan memperoleh keturunan. Salah satunya adalah dengan program bayi tabung.
Eh, ini mau ngomongin apa sih?
Maaf, maaf … konten kali ini agak dewasa. Semoga nggak dianggap pornografi, sudah pada besar, kan?
Sedikit sharing sih, setelah beberapa waktu lalu saya bertemu dengan dr. Indra NC Anwar, Sp. OG, beliau ini dokter spesialis kandungan, saya jadi banyak tau tentang prosedur bayi tabung. Selama ini saya babar blas nggak tau apa-apa tentang bayi tabung. Ya maklumlah.
Jadi apa itu bayi tabung?
Zaman sekarang, praktik reproduksi buatan seperti bayi tabung adalah salah satu solusi bagi mereka yang ingin memiliki anak, tapi terhambat oleh beragam faktor seperti kesehatan, kesuburan maupun faktor genetik. Teknik ini sudah lama dipakai oleh banyak pasangan untuk mendapatkan momongan. Kalau menurut sejarahnya sih, bayi tabung pertama di dunia lahir pada tahun 1978. Jadi sudah lumayan lama.
Praktik bayi tabung ini nama kerennya In Vitro Fertilisation atau IVF.
Prosesnya cukup panjang dan harus dikerjakan oleh ahlinya. Bayi tabung ini melibatkan sel telur wanita dewasa yang diambil dari ovarium dan akan ditempatkan dalam tabung khusus di laboratorium buat dibuahi sperma. Kalau proses fertilisasinya berhasil, maka sel telur akan dipindahkan ke rahim wanita dengan harapan akan terjadinya kehamilan.
Nah, proses pembuahan yang terjadi di dalam tabung ini yang menjadi awal mula istilah bayi tabung. Jadi bukan bayi yang berasal dari tabung cem gelas ya. 😀
Di Indonesia sendiri praktik bayi tabung syaratnya sangat ketat dan nggak bisa sembarangan. Pasangan yang ingin mendapatkan momongan bayi tabung haruslah pasangan resmi dan wajib menunjukkan buku nikah serta kartu KTP. Syarat administratif ini wajib, jadi nggak bisa sembarangan ya!
Mengapa harus melalui bayi tabung, apakah nggak ada cara lain? Apa alasannya?
Jadi gini, pasangan suami istri yang sudah menikah cukup lama dan belum punya momongan, sebaiknya segera periksa ke dokter. Kondisi infertil atau kurang subur ini, bisa dialami pasangan suami istri yang secara teratur melakukan hubungan seksual tanpa menggunakan alat kontrasepsi selama setahun dan belum hamil.
Nggak cuma istrinya saja yang diperiksa, tapi suaminya juga, keduanya wajib ya. Faktor yang memengaruhi kesuburan ini banyak, lho. Kalau laki-laki tolong jangan biasakan memakai celana terlalu ketat. Celana dalam yang ketat, menimbulkan lingkungan yang kurang ramah untuk produksi sperma.
Penggunaan laptop pada posisi yang terlalu dekat dengan area vital laki-laki bisa meningkatkan suhu skrotum hingga 35 derajat. Peningkatan suhu ini punya efek yang merugikan pada proses pembentukan gamet jantan. So, ati-ati ya, jangan terlalu dekat meletakkan laptop dekat area vital. Nah, kalau faktor kesehatan istri bisa dicek dulu, apakah ada kista, myom, polip dan faktor kesehatan lainnya.
Faktor klinis lainnya banyak, jadi kalau mau tau lebih detail bisa langsung periksa ke dokter. Salah satunya dengan dr. Indra tadi. Beliau ini praktik di Morula IVF BIC (Bunda Internasional Clinic).
Berapa biayanya?
Tahapan untuk mendapatkan momongan itu nggak harus langsung dengan bayi tabung. Tahap awal bisa dilakukan inseminasi. Inseminasi buatan adalah proses pembuahan dengan cara memasukkan sperma ke dalam rahim.
Kesempatan hamil dengan program ini rata-rata berkisar 5-25 persen. Usia juga turut memengaruhi. Usia istri dibawah 35 tahun tingkat keberhasilannya antara 15-25 persen. Lebih dari 35 atau kurang dari 40 tahun sekitar 5 persen. Balik lagi tergantung dengan kondisi klinis pasangan.
Empat sampai enam minggu sebelum jadwal inseminasi, calon ibu diminta minum pil hormonal untuk merangsang terjadinya ovulasi, yakni proses matang dan keluarnya sel telur. Biayanya sekitar 15jutaan. Cek laboratorium darah sekitar 8jutaan. Biaya obat-obatan antara 10-40juta. Frozen embriyo transfer alias simpan beku sperma dan embrio antara 5-6jutaan.
Masing-masing pasien berbeda-beda, tergantung kasusnya. Sementara jika harus melalui bayi tabung, total biaya dari awal sampai hamil sekitar 80jutaan.
Berapa usia yang cocok untuk melakukan program bayi tabung bagi istri?
Faktor usia menjadi penentu tingkat kesuburan. Jika istri sudah memasuki usia lebih dari 35 tahun, sebaiknya langsung ambil tindakan bayi tabung. Semakin muda usia calon ibu, semakin besar peluang keberhasilan program bayi tabung. Karena semakin bertambahnya usia, membuat jumlah dan kualitas sel telur semakin berkurang. Meskipun begitu, usia paling tinggi yang pernah berhasil melakukan program bayi tabung adalah 45 tahun.
Seandainya dokter menyarankan untuk langsung mengambil program bayi tabung, jangan langsung keburu pengen bikin anak kembar ya. Bukan apa-apa, meskipun bisa, risiko bayi kembar itu sangat tinggi. Bisa lahir premature, tumbuh kembang janinnya berbeda, serta membutuhkan biaya yang cukup besar. Tujuan untuk melahirkan bayi tunggal supaya bisa menghasilkan embrio yang bagus.
Kapan waktu yang cocok untuk program bayi tabung?
Langkah awal sebelum melakukan program bayi tabung adalah dengan menentukan masa subur pasangan suami istri untuk mengatur hubungan seksual pada masa tersebut. Bagi istri, program bayi tabung baru bisa dilakukan saat hari ke-2 menstruasi.
Berapa persen tingkat keberhasilannya?
Nggak ada yang menjamin semua program bayi tabung yang dijalani pasangan suami istri berhasil seratus persen. Yah, namanya juga ikhtiar, hukumnya wajib. Perkara hasil serahkan saja sama Yang Di Atas. Kuncinya: semakin dini usia untuk melakukan program bayi tabung, semakin besar peluang keberhasilannya.
Jika pasangan suami istri sudah menikah dua tahun dan belum dikaruniai momongan, lebih baik mulai mempertimbangkan program bayi tabung. Karena semakin lama menunggu, peluangnya akan semakin berkurang.
Buat yang bingung ke mana harus konsultasi dan pengen punya momongan melalui program bayi tabung, cek aja akun instagram dr. Indra. Alamat praktiknya di dua tempat berikut ini ya:
Morula IVF The BIC, Jl. Teuku Cik Ditiro No.12, Gondangdia, Menteng, Kota Jakarta Pusat, Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Telp (021) 291 86133
Klinik Teratai RS Gading Pluit – Lt 4 Jalan Boulevard Timur Raya, Kelapa Gading Jakarta. Telp (021) 456-6663/452-1001 sms center 0888-858-6663