Banyak anak muda yang berkoar-koar terhadap perubahan iklim. Tapi, hanya sedikit yang berkomitmen menciptakan kebiasaan untuk mengurangi dampaknya. Ini sedikit cerita saya memulai gaya hidup minimalis. Tidak banyak, tapi saya ingin berkomitmen menjalankannya.
Siang itu, udara panas menyelemuti ibu kota Jakarta. Panasnya benar-benar menyengat. Saya yang saat itu tengah membeli makan siang, terpaksa meneduh sejenak di balik bayangan gedung perkantoran. Padahal, saat itu masih musim penghujan.
Saya merasakan, makin hari cuaca serba tak pasti. Kadang, saat pagi hari cerah membara. Siangnya, tiba-tiba hujan deras tanpa jeda. Atau sebaliknya. Pagi hujan deras, siangnya panas menyengat.
Sebagai orang yang awam dengan percuacaan (baca: bukan pegawai BMKG), cuaca yang makin tak menentu beberapa tahun belakangan ini membuat saya merenung. Bumi, satu-satunya tempat di alam semesta–yang saat ini–kita tinggali sudah berubah. Kejadian cuaca ekstrem seperti kekeringan yang berlangsung sangat lama atau musim hujan dengan guyuran air hujan lebih banyak dari biasanya menjadi penyebab berbagai bencana.
Baca juga: BOLEH HIDUP MINIMALIS, TAPI TABUNGAN HARUS TETAP MAKSIMAL
Perubahan cuaca yang ekstrem ini tentu saja disebabkan oleh banyak faktor. Saya rasa ndak perlu menunjuk siapa pun atas perubahan cuaca ini. Disadari atau tidak, setiap kita punya peran terhadap perubahan iklim di Bumi. Entah kecil atau besar.
Di sisi lain saya juga menyadari. Selain bisa menjadi faktor penyebab perubahan cuaca, setiap kita bisa menjadi ‘pahlawan’ untuk Bumi dengan caranya masing-masing. Saya pun demikian. Meski bukan kontribusi besar, setidaknya saya bisa bertanggung jawab untuk menjaga Bumi. Pilihan untuk membantu mengurangi isu perubahan iklim versi saya dengan cara hidup minimalis.
Tips Hidup Minimalis Versi Pribadi
“If You Cannot Do Great Things Do Small Things In a Great Way”
Jika kita tidak bisa melakukan hal besar, lakukanlah hal kecil dengan cara besar. Kurang lebih begitu artinya. Ungkapan di atas diucapkan oleh Napoleon Hill, seorang penulis dari Amerika Serikat beraliran baru dan menjadi sastra modern pertama.
Sejak pandemi melanda dunia dan sering beraktivitas di rumah, saya membaca bukunya Fumio Sasaki yang berjudul “Hidup Minimalis ala Orang Jepang”. Gaya hidup minimalis yang ditawarkan Fumio Sasaki kok, ya, cocok banget dengan impian saya. Hidup yang simpel dengan tidak memiliki banyak barang, membuat saya lebih leluasa untuk berpikir produktif.
Saya pun mulai menerapkan prinsip-prinsip untuk hidup minimalis versi saya pribadi. Ndak perlu ektrem banget yang penting bisa dilakukan. Berikut ini prinsip-prinsip saya dalam menerapkan gaya hidup minimalis:
Pakai yang Ada
Buat saya, ini hal paling sederhana dan saya yakin semua orang bisa melakukannya. Sebelum memutuskan untuk menambah barang seperti baju, sepatu, tas, dan barang-barang yang versi saya kurang penting, saya putuskan dulu untuk pakai barang yang ada. Jika kondisinya masih layak dan cukup baik akan saya pakai. Kecuali memang benar-benar sudah rusak dan harus diganti, barulah saya cari alternatif lainnya.
Saat harus beraktivitas di luar ruangan, saya usahakan untuk membawa tumbler sendiri. Pakai tumbler yang ada di dapur dan isi air dari galon yang ada. Ndak harus beli air mineral kemasan di luar setiap saat supaya bisa diet plastik.
Pakai Secukupnya
Dari dulu saya punya prinsip, segala sesuatu yang berlebihan itu tidak baik. Termasuk dalam mengonsumsi barang atau makanan. Saat mandi, saya berusaha untuk tidak menggunakan sabun cair atau sampo secara berlebihan. Termasuk saat mencuci pakaian. Pakai aja secukupnya.
Ini juga berlaku saat saya makan atau ngemil. Pakai atau konsumsi secukupnya. Menurut saya itu sudah lebih dari apa yang kita butuhkan. Toh, dengan begini kita juga bisa menghemat anggaran karena tidak harus sering-sering belanja.
Selain barang dan makanan, menggunakan energi secukupnya juga penting. Saya coba untuk menerapkannya dengan cara yang sederhana, misalnya mematikan lampu jika tidak digunakan, selalu melepas kabel elektronik jika benar-benar tidak diperlukan.
Selain itu saya juga mengurangi belanja bahan pangan yang sudah diproses (processed food) dan menggantinya dengan bahan segar. Upaya kecil ini membantu mengurangi jejak karbon yang dihasilkan dari produksi dan transportasi serta distribusi makanan instan yang berdampak pada perubahan iklim.
Pakai Sampai Habis
Setiap membeli barang konsumtif seperti sabun, parfum, makanan, dan lain-lain, saya punya komitmen untuk mengonsumsinya sampai habis. Catat! Saya tidak akan beli barang baru jika barang lama belum habis. Parfum jika masih seperempat botol tidak perlu beli yang baru hanya karena tergiur diskon. Saya harus berkomitmen untuk memakainya sampai benar-benar habis.
Meski ada anggaran belanja grocery setiap bulan untuk membeli parfum, saya pastikan stok lama harus habis dulu. Jika parfum lama belum habis, saya tidak akan beli. Lebih baik anggaran belanjanya disisihkan ke dalam dana darurat.
Pakai Sampai Rusak
Menggunakan barang sampai benar-benar rusak adalah cara termudah untuk mengurangi limbah. Pokoknya saya mencoba berkomitmen untuk memakai barang sampai benar-benar rusak. Misalnya saja baju, alat elektronik, gadget, wadah-wadah, dan lain-lain. Semuanya akan tetap saya pakai sampai rusak.
Beli Secukupnya
Ini juga penting. Selain belajar untuk ndak konsumtif, dengan membeli segala sesuatu secukupnya membuat saya bisa lebih bersyukur. Selain hemat di kantong juga hemat di pikiran. Ndak perlu pusing mikirin tempat jika memang ndak ada.
Memilih Gaya Hidup Minimalis Bukan karena Mengikuti Tren
Memang disadari atau tidak, tren gaya hidup minimalis mulai menjadi tren di kota-kota besar di dunia. Saya sendiri tertarik mengikuti gaya hidup yang sederhana ini bukan karena tren semata. Lebih dari itu, saya memahami manfaat dari pilihan gaya hidup yang mengutamakan fungsi dari suatu barang ketimbang nilai estetikanya.
Gaya hidup minimalis juga bukan berarti kita harus menggunakan outfit serba monokrom. Serba hitam, putih, dan abu-abu. Bukan juga kita harus memiliki perabot dan pernak-pernik serba minimalis yang sering kita lihat di marketplace.
Gaya hidup minimalis adalah kita memilih hidup dengan hanya memiliki barang-barang yang benar-benar kita butuhkan dan sebisa mungkin mengurangi barang-barang yang nggak penting.
Yang paling penting kita tau manfaat dari gaya hidup ini. Salah satunya untuk membantu mencegah perubahan iklim. Hidup minimalis adalah cara saya membantu mengurangi perubahan iklim secara tipis-tipis #UntukmuBumiku.
Jadi, apa yang sudah kamu lakukan untuk membantu mengurangi perubahan iklim? Boleh dong sharing pengalamannya di kolom komentar sesama #TeamUpforImpact .
2 comments
Aku belum bisa nih begini..masih di awang2 buat hidup minimalis..barang2 masih banyak yg ketimbun..tp udah kepikiran sih utk mulai buang2in yg ga perlu..kepikiran dlu gpp kan buat tahap awal hahaha..
go for it!