Sisi Lain Jember, Banyak Spot Wisata dan UMKM Berkelas

0 Shares
0
0
0

Sisi lain Jember itu banyak. Semuanya menarik untuk ditelisik saat mblusuk ke sana.

“Puh mak, gak tau ketok koen, mat?” Atau “odik be’en cong?”

Kira-kira begitulah sapaan “apa kabar” dalam Bahasa Jember. Sedikit aneh dan agak membingungkan bagi sesama orang Jawa yang terbiasa berbahasa Jawa ala Mataraman seperti saya. Saya bisa menerka maksudnya, tapi tidak bisa menerjemahkan satu per satu arti kata tersebut.

Buat saya, Jember itu kota kabupaten yang menarik. Masyarakat sekitar menyebutnya sebagai daerah Pandhalungan. Jember merupakan bagian dari wilayah Tapal Kuda yang meliputi Kabupaten Probolinggo, Bondowoso, Lumajang, Situbondo, dan Banyuwangi di Jawa  Timur

Lalu, apa yang membuat menarik dari budaya Pandhalungan?

Pandhalungan berasal dari salah satu istilah Jawa, yaitu ‘dhalung’, yang berarti ‘periuk besar’. Makna dari Pandhalungan adalah sebuah kawasan besar atau luas yang di dalamnya menampung banyak kelompok etnik, serta melahirkan kebudayaan baru yang diadopsi dari perkumpulan etnik tersebut.

***

Baca juga: MENYAMBANGI EKSOTISME BUMI JEMBER (BAG. 1)

Sisi Lain Jember yang Tak Banyak Orang Tahu

Suatu siang di pertengahan Juni 2019, kali pertama kaki saya menginjakkan kaki di stasiun Jember. Bersama rombongan blogger dari Jakarta, saya tertarik untuk mengeksplore salah satu kabupaten di ujung timur pulau Jawa ini. Sesuai rencana, kita akan berkumpul dari stasiun Jember lanjut menuju beberapa spot tempat wisata di sana.

Salah satu impian saya ke Jember adalah mengunjungi Museum Tembakau. Meski bukan perokok, buat saya Museum Tembakau adalah salah satu spot wisata paling menarik di Jember. Sejujurnya, masih banyak spot wisata di Jember. Mulai dari pantai sampai ‘puncak’nya Jember di sisi utara, semuanya menarik. Banyaknya sisi lain Jember ini membuat saya betah berlama-lama di sini.

Satu hal yang paling saya kagumi dari kota Jember adalah daya juang masyarakatnya yang memang berasal dari beragam etnis. Para perantau ini bercampur jadi satu membentuk identitas sebagai bagian dari Bumi Pandhalungan. Kalau ini memang benar-benar sisi lain Jember yang patut diacungi jempol

Bahasa Jawa dengan Dialek Khas Jember

Saya orang Jawa dan saya tau Jember juga masih berada di Pulau Jawa, tapi di sini, jujur saya cukup kesulitan untuk mencerna bahasa percakapan lokal mereka. Dibilang bahasa Jawa tapi kok dialeknya 180 derajat berbeda dengan dialek Mataraman yang sering saya dengar.

Di Jember, Bahasa Jawa yang saya dengar merupakan campuran Bahasa Jawa khas Jawa Timur-an yang dicampur dengan Bahasa Madura. Belum lagi jika mereka mencampur dengan Bahasa Osing khas Banyuwangi. Ya, maklum. Kabupaten Jember ini tetanggaan dengan Banyuwangi.

Bahasa Jawa gado-gado khas Jember ini jadi unik. Saya melihatnya sebagai suatu sub Bahasa Jawa karena memang bukan murni Jawa. Banyak orang Jember yang merasa seperti kebingungan identitas. Saat mereka berada di komunitas orang-orang Madura, mereka dianggap sebagai orang Jawa. Sementara saat berada di komunitas orang Jawa mereka dianggapa sebagai orang Madura.

Salah satu contoh paling gampang kosakata “terima kasih”. Orang Jember akan mengucapkan kata “kesuwon”.  Beda jauh dengan kosakata “matur suwun” khas Jawa kulonan alias Mataraman. Contoh lainnya adalah kata “cuba” (dibaca CUBO). Ini artinya setan atau hantu. Sangat jauh kan? Ini memang sisi lain Jember yang memang tak banyak orang tau.

Saya kasih contoh dalam kalimat “Mpean mbek sopoan?”  “kamu dengan siapa?” kurang lebih begitulah artinya. Secara langsung saya memang paham artinya. Tapi jika diucapkan dalam dialog langsung, saya sedikit kebingungan. Unik, lucu, dan membuat saya culture shock.

Bagaimana tanggapan kamu sebagai orang Jawa?

Banyak UMKM Jember Maju dan Berkualitas

jne bantu umkm jember
JNE selalu mendukung UMKM Jember

Saya cukup kaget saat berkunjung ke Jember. Sisi lain Jember itu melimpah. Di sini ternyata banyak UMKM yang potensial untuk maju. Salah satunya adalah sentra produksi tembakau. Jember dikenal sebagai salah satu daerah produsen tembakau berkualitas yang dikembangkan untuk kretek.

Sentra produksi tembakau yang berkualitas tak lepas dari sejarah kedatangannya di Jember. Pada abad ke 17, saat VOC mulai melakukan eksplorasi rempah-rempah di Nusantara bagian timur, ternyata mereka juga mengekplorasi Nusantara bagian barat dan Jawa dengan tanaman seperti teh, kopi, kelapa, tebu dan tembakau. Tembakau ditanam seiring dengan fenomena kalangan elite lokal Eropa saat itu seperti raja dan pejabat VOC yang mencitrakan bahwa merokok dapat menunjukkan status sosial. Di sini,

Tak salah rasanya jika  JNE melalui kegiatan Goll … Aborasi Bisnis Online 2022 memberikan edukasi kepada pelaku UMKM di Jember utuk memperkuat branding bagi usaha mereka. Workshop tersebut ditujukan untuk mendukung pelaku UMKM bangkit dari kondisi perekonomian yang dipengaruhi pandemi. Acara ini turut dihadiri oleh dua narasumber palaku UMKM Jember.

Melalui kegiatan tersebut, mereka berharap agar roda perekonomian bisa kembali normal. Pernyataan ini diamini oleh Agung Fathur, pihak dari JNE. Tak hanya sampai di situ, JNE Jember juga memberikan berbagai jasa dan solusi bagi para UMKM setempat.

“Kita perusahaan yang dimiliki oleh putra bangsa. Jujur, bertanggung jawab dan visioner, termasuk dalam tagline kita “Connecting Happines” yang di mana tak hanya mengantarkan barang, tapi juga kebahagiaan”, ujar Agung Fathur R selaku Head of Sales and Marketing JNE.

Wah, menarik, ya, kalau sesama anak bangsa bisa saling mendukung seperti ini.

0 Shares
Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You May Also Like