Pasangan yang sudah menikah, umumnya mendambakan buah hati di tengah keluarga. Ini sekelumit cerita perjuangan keluarga muda untuk mendapatkan momongan dengan bantuan dokter spesialis kandungan di Jakarta.
***
Tak banyak cowok di Indonesia yang bisa se-open minded seperti Chef Juna saat ditanya soal anak. Budaya patriarki di negeri kita tercinta, “mewajibkan” pria setelah menikah harus segera punya keturunan. “Kewajiban” memiliki keturunan ini tidak tertulis—lebih tepat disebut paksaan dari keluarga dan nuruti cocote tonggo.
“Kewajiban” ini bukan merupakan kewajiban agama. Pada dasarnya, anak atau keturunan adalah titipan Illahi. Ada atau tidaknya anak bukanlah kewajiban. Tidak ada satu pun ayat di agama yang saya yakini menyebutkan kewajiban punya anak. Manusia hanya bisa berikhtiar dan mengusahakan yang terbaik. Masalah diberi titipan atau tidak, itu hak prerogatif dari Yang Mahakuasa. Mari belajar sedikit berempati dengan berhenti bertanya “kapan punya anak?” setiap kali berjumpa dengan saudara atau pun teman.
“Ha wis suwe mbojo kok, ya, rung nduwe anak, gabug po piye?” demikian cocote tonggo yang loss dol bersuara tanpa saringan gombal mukiyo. Mungkin, mereka belum pernah ngemil bangku pendidikan sekolah dasar.
Jangan pernah menghakimi “ABCDE … “ terhadap pasangan atau keluarga yang belum memiliki keturunan. Pada dasarnya, kita tidak pernah tahu apa yang terjadi dan apa yang sudah mereka usahakan untuk memiliki anak.
See the person and stop judging!
***
Berkenalan dengan Dokter Spesialis Kandungan di Jakarta
Pagi itu, melalui pesan singkat di Whatsapp, saya berkenalan dengan salah satu pasien dokter spesialis kandungan di Jakarta, dokter Indra Anwar Sp.OG. Dokter kandungan ahli kesuburan ini praktik di Morula IVF, Menteng, Jakarta. Sebut saja namanya Ria dan suaminya Bapak Hendi. Untuk alasan privasi, nama pasangan ini sengaja tidak saya tulis lengkap.
Keduanya sangat ramah saat saya meminta waktu untuk berbagi cerita dan pengalamannya memiliki buah hati dengan bantuan dokter spesialis kandungan di Jakarta, dokter Indra Anwar, Sp. OG. Ria ini tidak segan-segan menceritakan perjuangannya. Seperti lagu dangdutnya Kristina–Jatuh Bangun–ia pun pernah mengalami masa ‘paceklik’ untuk mendapatkan momongan.
Saat mendengarkan cerita pasien pasangan suami istri ini, saya menyimaknya takjub. Keduanya sudah menikah kurang lebih selama delapan tahun. Waktu yang tidak singkat untuk menunggu momongan hadir di tengah keluarga kecil mereka. Beragam tudingan negatif dari orang-orang di sekitarnya berusaha ditepis dan disikapi dengan positif. Sungguh saya salut. Sesekali Ria tampak tidak bisa membendung rasa haru dan menitikkan air mata. Bola matanya tampak berkaca-kaca saat bercerita tentang buah hatinya.
Kopi latte di meja saya hampir tersisa seperempat cangkir saat menuliskan cerita ini. Awal mulanya, Ria melakukan program bayi tabung pada 2020. Ikhtiar kali pertama tersebut gagal. Ia sendiri memilih prosedur bayi tabung setelah beberapa kali gagal melakukan beragam program kehamilan. Mulai dari minum obat-obatan dari dokter maupun ramuan herbal, vitamin, hingga inseminasi. Segala cara telah ditempuh untuk melakukan program kehamilan. Namun takdir berkata lain. Hasilnya masih nihil.
Hingga suatu ketika, ia menemukan profil dokter Indra Anwar, Sp. OG di media sosial. Tak lama setelah itu, ia menghubungi dokter Indra Anwar, Sp. OG., keduanya langsung memutuskan untuk menempuh program bayi tabung. Keputusan ini dipilih karena usia keduanya sudah cukup matang. Jika ditunda lagi, risiko kegagalannya semakin besar.
Dokter Spesialis Kandungan yang Sangat Kooperatif dan Komunikatif
Saat saya minta pendapatnya tentang dokter Indra Anwar–dokter spesialis kandungan di Jakarta–Ria bertutur lugas. Alasannya memilih dokter Indra Anwar karena ia merasa nyaman saat berkonsultasi. Dokter Indra sering memberikan edukasi terkait prosedur bayi tabung melalui akun media sosialnya. Selain itu, semua pertanyaan melalui DM selalu direspon dengan baik dan cepat. Dari sana ia yakin sudah menemukan dokter yang tepat untuk melakukan prosedur bayi tabung.
“Awalnya saya datang ke Beliau hanya ingin periksa. Belum langsung memutuskan untuk melakukan prosedur bayi tabung hingga sekitar satu tahun. Dokter Indra Anwar sangat ramah, pribadinya menarik, orangnya supel, dan komunikatif. Setelah konsultasi, saran yang Beliau sampaikan membuat saya langsung yakin untuk melakukan program bayi tabung. Program yang pertama sempat gagal, tapi setelahnya tidak perlu mengulang dari awal karena saya sudah melakukan prosedur embrio freezing.” Tutur Ria dengan lugas saat ngobrol dengan saya.
Di sisi lain, Ria merasa yakin dengan dokter Indra Anwar, Sp. OG., karena beliau dokter senior yang sudah malang melintang di dunia kodekteran puluhan tahun. Ia yakin, makin senior seorang dokter, makin banyak pengalaman dan ilmunya.
Kisah Kehamilan Ria
Setelah sekian banyak cobaan dan perjuangan, atas izin Tuhan, Ria kemudian dinyatakan hamil. Sayangnya, rezeki pertama melalui IVF tersebut tidak berjalan mulus. Ria terpaksa kehilangan calon buah hatinya di awal kehamilan. Ia pasrah dan ikhlas, tapi tidak putus asa. Pasangan ini tetap berdoa meminta yang terbaik dari Tuhan. Mereka berdua percaya Allah Mahatahu kapan waktu dan hasil yang terbaik.
Akhirnya, kesempatan kedua hadir. Pada kesempatan kedua ini Ria tidak mau banyak berharap. Takut kecewa. Ia pasrahkan saja semuanya kepada Sang Khalik. Drama kehamilan terus berlanjut. Dari awal ia sering mengalami flek. Dari yang warnanya pudar, kehitaman, darah segar mengucur, hingga gumpalan semua ia alami. Ia hanya berpasrah pada Tuhan.
Alhamdulillah drama babak pertama berlalu. Bayi yang ia kandung tumbuh kuat. Jeumpa–begitu nama yang akan ia sematkan pada jabang bayinya kelak—punya saudara kembar identik. Dokter sempat bilang hamil kembar identik lebih berisiko ngeflek. Lagi-lagi Ria pasrah. Apa pun yang terjadi, semua kuasa Tuhan.
Di usia 11 mingggu kehamilannya, Ria pasrah. Kembaran Jeumpa tidak memiliki detak jantung. Saat usia kandungan mencapai 4 bulan, dokter sempat mewanti-wanti karena tali pusarnya mengecil. Ini berisiko mengancam si jabang bayi karena aliran darahnya terputus. Dokter mengatakan tali pusarnya bercabang akibat hamil kembar.
Cobaan Belum Berakhir
Drama belum juga berakhir. Pada usia kehamilan 21 minggu, Ria harus menjalani operasi usus buntu. Upaya penyelematan si jabang bayi harus segera dilakukan. Upaya penyelamatan ini berhasil, tapi bisa juga berisiko gagal. Untuk meminimalisir risiko, dokter tidak memberikannya antibiotik pasca-operasi. Alhamdulillah semua obat yang ia konsumsi bereaksi dengan baik.
Bagaikan rollercoaster, saat melakukan USG pada usia kehamilan 28 minggu, terlihat plasenta bayinya berada di bawah. Posisi plasentanya hampir mendekati jalan lahir atau biasa disebut plasenta previa marginalis. Dokter menyarankan jika terjadi pendarahan segera dibawa ke rumah sakit. Ria sudah sampai di titik pasrah sepasrah-pasrahnya. Beragam cobaan dari awal kehamilan sudah ia lewati. Ia tetap ikhlas dan tetap berhati-hati.
Puji syukur, akhirnya Jeumpa bisa hadir ke dunia setelah melewati semua ujian. Tuhan Maha-adil. Dia tidak tidur, tapi menunggu hambanya hingga ia berpasrah diri di hadapan-Nya.
Baca juga: DR. INDRA NC ANWAR MENJAWAB 10 MITOS SEPUTAR KEHAMILAN
Tindakan dan Prosedur Bayi Tabung Sangat Cepat
Ria merasa puas dengan prosedur bayi tabung yang ia lakukan. Hanya sedikit miskomunikasi tapi tidak berpengaruh terhadap prosedur bayi tabung yang ia pilih. Saat ia melakukan pemeriksaan pada hari haid kedua, ia tidak ada masalah sama sekali. Tidak perlu melakukan program khusus. Hanya saja ia dianjurkan untuk berolahraga ringan sebelum melakukan tindakan. Ria bercerita, ia hanya melakukan olahraga ringan. Misalnya berjalan setiap hari kurang lebih selama 30 menit. Sisanya, ia hanya dianjurkan untuk mengonsumsi putih telur.
Pada saat melakukan prosedur bayi tabung yang kedua, Ria hanya melakukan frozen embrio transfer. Ria sudah mendapatkan 2 embrio sebelumnya. Jadi tidak perlu mengulang dari awal.
Obat-obatan yang ia konsumsi selama melakukan prosedur bayi tabung pun tidak ada yang berisiko. Semua cocok dan tepat.
Saran Pasien Dokter Spesialis Kandungan di Jakarta untuk Pejuang Dua Garis Biru
Saat mengakhiri obrolan, Ria dengan senang hati berbagi pengalamannya dan tak segan berbagi saran bagi teman-teman pejuang dua garis biru.
“Untuk semua pasangan yang ingin melakukan prosedur bayi tabung, sebaiknya jangan ditunda. Semakin cepat, semakin baik. Tidak semua proses bayi tabung lancar. Ada yang cepat dan ada yang harus dilakukan tindakan terlebih dulu. Ada baiknya bagi pasangan yang sudah menikah selama lebih dari satu tahun dan belum memiliki momongan segera periksa ke dokter agar tau masalahnya apa.” Demikian saran dari Ria.
Saat mengakhiri tulisan ini, kopi latte yang menemani saya sudah habis. Perbincangan dengan Ria ini membuka mata dan pikiran saya lebar-lebar. Sebab, dalam hal tak memiliki anak, tak semua orang bisa semasa bodoh saya atau Chef Juna.
-Sekian-
Baca juga: SUDAH “HOHO HIHE” TAPI BELUM PUNYA ANAK, INI PESAN DARI DOKTER INDRA ANWAR, SP. OG