Seperti yang kita ketahui, Indonesia itu negara dengan beragam suku, etnis, agama, dan ras yang berbeda-beda. Sudah dari “sananya” kita lahir di negara yang diberkahi dengan beragam perbedaan. Kita patut bersyukur, founding fathers bangsa Indonesia sudah berhasil menyatukan keberagaman dalam sebuah payung semboyan “Bhinneka Tunggal Ika”. Berbeda-beda tetap satu jua.
Keberagaman ini menjadi identitas bagi bangsa Indonesia. Perbedaan ini tidak lantas membuat kita harus saling membenci satu sama lain. Justru ini yang menjadi modal besar bagi bangsa Indonesia. Sejak kita mengenyam pendidikan di sekolah dasar, guru-guru kita selalu mengajarkan untuk saling menghargai perbedaan.
Baca juga: HUT JAKARTA KE 495, JNE NGAJAK ONLINE DAN KIRIM GRATIS
Kunci untuk menyatakan segala perbedaan tersebut ada dalam diri kita masing-masing. Salah banyaknya melalui pengamalan Pancasila dalam bergaul dengan beragam teman yang berbeda-beda. Dengan memahami konsep kebhinnakaan ini, membuat kita saling mencintai, memiliki rasa handarbeni, rasa toleransi, dan nasionalisme yang tinggi terhadap bangsa Indonesia.
Contoh Sekolah Multikulural yang Menyatukan Beragam Perbedaan
Bicara tentang sekolah yang siswanya berasal dari beragam kultur cukup banyak di Indonesia. Salah satunya adalah SMK Bakti Karya (SBK) Parigi Pangandaran yang berdiri sejak 2016 lalu. Siswa-siswa SMK ini berasal dari Jayapura, Sorong, Ambon, Kupang, Ujungpandang, Palembang, dan Pekanbaru. Sekolah semacam ini patut diapresiasi karena bisa menjadi contoh untuk sekolah lain. Siswanya bukan berasal dari suku, agama, atau pun ras mayoritas tertentu. Semua bisa diterima dengan baik agar siswanya mendapatkan kesetaraan pendidikan.
Sungguh salut saya melihat toleransi yang begitu tinggi di sekolah ini. Ini seperti yang diungkapkan Ai Nurhidayat selaku pendiri SMK Bakti Karya (SBK) Parigi Pangandaran saat menghadiri acara silaturahmi yang dilselenggarakan di Ballroom kantor JNE Jl. Tomang Raya 11, Jakarta Barat pada Selasa, 19 Juli 2022:
“Kami membuka akses beasiswa penuh dengan melibatkan publik seluas-luasnya agar transparan diketahui segala proses belajar mengajar serta memberikan kesempatan kepada siswa bersekolah selama 3 tahun,” ucap Ai Nurhidayat.
Pesan dari Pak Ai, beliau berharap agar konsep pembelajaran di sekolah yang didirikannya tersebut bisa membuat siswa memiliki nilai-nilai yang menghargai karakteristik budaya bangsa. Baginya, sekolah bukan saja tempat untuk menimba ilmu, tapi juga bisa memperoleh kebahagiaan.
“Kebutuhan yang paling kami cari adalah rasa damai, hidup rukun dan selaras dengan ruang hidup. Kami menemukannya di sini,” tambah Pak Ai.
Wah, kalau saya punya kesempatan untuk kembali ke sekolah, pasti saya akan memilih jenis sekolah yang multikultural seperti ini.
Baca juga: NYIMAK CERITA SERUNYA PERJALANAN UMRAH UNTUK KARYAWAN JNE
SMK Bakti Karya (SBK) Parigi Pangandaran Mendapat Dukungan Beasiswa dari JNE
Sekolah yang penuh keberagaman bisa menjadi percontohan untuk lembaga pendidikan lain. Jenis sekolah seperti ini biasanya hanya ada di kota-kota besar yang memang penduduknya berasal dari beragam suku dan agama.
Makanya, jika ada perusahaan yang mendukung lembaga pendidikan seperti patut diacungi jempol. Salah satunya adalah JNE. Perusahaan ekspedisi yang sudah berkiprah di Indonesia puluhan tahun ini sangat concern dengan dunia pendidikan. Ini dibuktikan dengan pemberian beasiswa untuk SMK Bakti Karya (SBK) Parigi Pangandaran.
Seperti yang disampaikan langsung oleh Presiden Direktur JNE, M. Feriadi Soeprapto, dalam acara silaturahmi dengan SMK Bakti Karya (SBK) Parigi Pangandaran.
“Dalam menjalankan bisnis, langkah JNE akan tetap memberikan kebahagiaan bagi masyarakat dalam berbagai aspek kehidupan sesuai dengan semangat Connecting Happiness. JNE akan berkomitmen untuk terus memberikan manfaat yang seluas-luasnya dan sebesar-besarnya kepada seluruh masyarakat Indonesia. Salah satunya adalah memfasilitasi kegiatan belajar mengajar dengan keunikan dan kekhasan siswa-siswi SMK Bakti Karya Parigi Pangandaran yang berasal dari berbagai suku dan daerah Indonesia, mulai dari Sabang sampai Merauke.” Demikian ungkap M. Feriadi Soeprapto.
Keren, ya. Meski sudah menjadi perusahaan besar, JNE tetap mengedepankan sisi humanisme dalam operasional perusahaanya. Tentu ini bisa menjadi contoh perusahaan-perusahaan lain. Tidak semata-mata berbisnis dengan konsep mengeruk untung yang sebesar-besarnya, tapi juga memberikan manfaat untuk sekitarnya.
Tanggapan Kang Maman tentang Beasiswa JNE untuk Sekolah Multikultural
Siapa yang tidak kenal dengan Kang Maman. Pria pegiat dunia literasi ini turut hadir saat acara silaturahmi antara JNE dengan SMK Bakti Karya (SBK) Parigi Pangandaran. Menurutnya, Indonesia dengan semboyan ke-Bhineka Tunggal Ika-annya itu sangat luar biasa, berbeda bahwa kita satu dengan keberagaman ini dan tidak Bhineka berarti kita tidak Indonesia.
Saya sih setuju banget dengan Kang Maman, kalau mau menjadi orang Indonesia seutuhnya, kamu harus bisa menghargai perbedaan. Jangan hanya karena berbeda pendapat dan pandangan, lantas saling bermusuhan.
Kang Maman menambahkan, setiap individu hendaknya selalu memiliki aksi empati. Sikap ini bisa ditunjukkan melalui perhatian dengan orang di sekitar kita. Mendukung setiap karya yang memberikan nilai-nilai positif untuk kehidupan dan menyatukan keberagaman. Seperti apa yang dicontohkan oleh JNE kepada SMK Bakti Karya Parigi.
Perlu dipahami, sikap empati bukan hanya persoalan kita bersimpati kepada orang dan apa yang dirasakannya. Bahwa Empati itu adalah empat suku kata yang dibelakang nya, dan JNE dapat bertahan selama 32 tahun karena rajin silaturahmi, berbagi, memberi dan menyantuni sekaligus menyatukan keberagaman. Demikian saya kutip dari pernyataan Kang Maman. Sama seperti kata “Mas Anang”, saya sih YES!
Bagaimana menurutmu? Tulis di kolom komentar ya.