Banyak cara agar kita tetap survive di tengah isu resesi. Tetap waspada dan optimistis agar tetap survive.
***
Cling! Tak terasa 2022 sebentar lagi mau berakhir. Waktu rasanya cepat sekali berlalu. Baru saja sedikit “bernapas” setelah melewati badai pandemi, tiba-tiba saja kita sudah dihadapkan dengan beragam isu ekonomi.
Ngeri?
Pastinya. Apalagi kalau sering melihat berita tentang predikisi hantu resesi global 2023. Sebagai orang yang pernah berkecimpung di dunia perbankan selama belasan tahun, saya ingin berbagi tips ringan agar kita bisa tetap survive di tengah isu resesi global 2023.
Buat yang belum begitu paham tentang resesi ekonomi, silakan baca artikel saya STRATEGI PRIBADI MENGHADAPI MASA RESESI
Apa saja tips agar tetap survive di tengah isu resesi? Baiklah. Mari lanjutkan membaca.
Sedikit meraba ke beberapa dekade lalu, dunia atau lebih tepatnya Indonesia, telah melewati berbagai krisis ekonomi. Krisis paling parah yang pernah saya rasakan pada 1998. Krisis moneter yang mengguncang Asia Tenggara, membuat keadaan ekonomi Indonesia berantakan. Saat itu, saya masih kecil dan belum begitu paham dengan apa yang sedang terjadi. Hanya saja merasakan tidak enaknya kehidupan pada saat terjadi krisis. Harga pangan melambung naik. Apa-apa mahal dan kita semua harus berhemat agar selamat melewati badai krismon 1998.
Pasca-krismon 1998, Indonesia hampir mengalami krisis ekonomi yang kedua dan ketiga pada 2008 dan 2015. Beruntungnya kondisi Indonesia jauh lebih baik dan fundamental ekonomi negara kita sudah jauh lebih kuat. Krisis ekonomi yang terjadi di negeri Paman Sam karena subprime mortgage crisis alias krisis hipotek subprime tidak begitu terasa di negara kita. Begitu juga dengan pelambatan ekonomi AS pada 2013 dan 2015. Dampaknya sangat kecil buat Indonesia. Alhamdulillah.
Setiap Orang Harus Mau Membereskan Keuangannya agar tetap Survive
Berkaca dari sejarah krisis dan resesi ekonomi yang sudah beberapa kali kita lewati, ada baiknya sebagai individu kita mulai berbenah agar tetap survive di tengah isu resesi. Mulai sadar pentingnya manajemen keuangan untuk menghadapi hantu resesi global. Tidak perlu muluk-muluk dan harus memahami teori ekonomi yang njelimet. Cukup dengan tips-tips sederhana di bawah ini akan membuat fundamental keuangan kita menjadi lebih baik.
Membereskan keuangan itu sebenarnya mudah. Hanya butuh niat dan disiplin dalam menerapkan. Semua orang bisa melakukannya. Jika tips mudah ini dilakukan, insyaallah kita bisa tetap survive di tengah isu resesi. Berikut ini tips lengkapnya:
Mulai Melakukan Pencatatan Aset
Saya yakin tidak banyak dari kita yang memiliki catatan aset. Apalagi membuat neraca keuangan pribadi. Padahal ini cara paling mudah untuk mengetahui kondisi ekonomi pribadi kita. Berapa banyak aset yang sudah kita miliki hingga saat ini? Lalu, mulai dari mana untuk melakukan pencatatan aset?
Caranya mudah kok. Mari ambil selembar kertas, tuliskan daftar aset yang kita miliki sampai dengan saat ini. Mulai dari uang tunai (jika jumlahnya cukup besar), uang di rekening tabungan, deposito, reksa dana, emas, piutang, obligasi/sukuk, saham, aset tetap seperti rumah dan bangunan, aset bergerak (kendaraan) hingga aset lain yang mungkin tidak pernah tercatat. Pada prinsipnya, susun daftar aset tersebut dari yang paling likuid alias mudah dicairkan saat dibutuhkan (uang tunai, uang di rekening bank, deposito, emas, dll) hingga paling susah untuk dilikuidasi.
Jika semua aset sudah dicatat, tinggal dijumlahkan nominalmnya.Agar tidak kerepotan untuk melakukan pencatatan manual di buku, bisa menggunakan Excel. Secara otomatis kita akan tau jumlah aset yang kita miliki hingga saat ini. Untuk aset-aset yang susah ditebak nilainya seperti kendaraan atau rumah tinggal, cukup dikira-kira saja harganya sesuai tahun berjalan. Yang jelas, nilai kendaraan bermotor akan menyusut sekitar 15-20 persen setiap tahunnya. Untuk aset tetap seperti rumah/KPR cukup ditulis harga perolehannya atau harga saat beli di awal.
Untuk apa melakukan pencatatan aset ini?
Tujuannya agar kita tau seberapa kuat fundamental keuangan kita. Jika terjadi hal yang tidak kita inginkan dan di luar kendali (force major) aset-aset ini bisa dilikuidasi.
Catat Utang yang Kita Punya
Seteleh tau berapa jumlah aset yang kita miliki, kini saatnya mencatat saldo utang yang kita punya. Ingat ya, saldonya, bukan nominal cicilannya setiap bulan. Saldo utang yang dimaksud seperti saldo utang KPR, Utang Pemilikan Kendaraan Bermotor, utang kartu kredit, utang kepada teman atau keluarga, dan utang-utang lainnya.
Utang sendiri adalah salah satu sumber penyusun aset. Orang yang memiliki aset besar belum tentu tidak punya utang. Utang ini adalah kewajiban kita kepada pihak lain. Harus dikembalikan karena memang bukan harta kita. Jangan sampai kita sudah tiada, tapi masih memiliki utang dan kewajiban kepada manusia. Semoga tidak, ya.
Buatlah daftar utang dari yang jangka waktunya paling pendek (kurang dari satu tahun) sampai yang paling panjang (lebih dari satu tahun). Jika sudah membuat catatan utang, saatnya kita kurangkan jumlah aset yang kita miliki dengan total utang. Itulah total harta bersih yang sebenarnya. RUMUSNYA: TOTAL ASET-TOTAL UTANG= HARTA BERSIH. Jika nilainya positif, Alhamdulillah masih sehat, jika sebaliknya mari kita mulai berbenah agar nilainya positif. Sebagai catatan, usahakan rasio utang ini tidak lebih dari 30 persen dari total aset.
Pencatatan aset, utang, dan harta bersih ini sebenarnya komponen neraca. Dari sini kita bisa mengukur tingkat kenaikan ekonomi pribadi setiap tahunnya.
Saatnya Berinvestasi ke Instrumen yang Menjanjikan
Mencatat aset sudah, membuat daftar utang sudah, dan kita sudah tau berapa harta bersih yang dimiliki, langkah selanjutnya mulai berinvestasi. Investasi ini penting agar harta kita terhindar dari inflasi. Selain itu, dengan berinvestasi kita akan mendapatkan penghasilan tambahan, mendapatkan passive income, bisa mempersiapkan masa pensiun, membuat aset yang kita miliki bekerja, mencapai tujuan keuangan, dan lain-lain.
Ke instrumen apa harus berinvestasi?
Zaman sekarang banyak kok pilihannya. Kalau tidak mau ribet-ribet membaca dan menganalisis laporan keuangan, kita bisa memanfaatkan platform yang ada. Pakai KoinWorks misalnya.KoinWorks ini menurut saya cukup mudah dipakai untuk orang awam. Apalagi baru-baru ini Koinworks punya 2 produk KoinP2P baru, yakni KoinP2P Grade S & KoinP2P Express.
Apa itu KoinP2P Grade S & KoinP2P Express?
Jadi begini, 2 produk P2P dari KoinWorks ini produk baru yang bisa menjadi alternatif untuk berinvestasi sesuai tujuan keuangan. Masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangannya. Detail lengkapnya saya coba jelaskan di bawah ini:
KoinP2P Grade S Instrumen yang Cocok untuk Kamu Investor Konservatif
Sebelum memutuskan untuk memilih produk yang cocok, sebaiknya kenali dulu profil risiko kita. Apakah kita tipe orang yang cenderung “cari aman”. Return kecil nggak apa-apa yang penting investasinya aman.
Nah, kalau sudah tau profil risiko kita sebagai investor konservatif yang suka cari aman, produk KoinP2P Grade S sangat cocok buat kamu. Meski umumnya pendanaan melalui P2P cenderung high risk, high return, setidaknya risiko produk ini bisa diminimalisir.
Caranya?
KoinWorks sudah mengantisipasi risiko ini dengan menyalurkan dana investor ke mitra yang sudah punya rekam jejak baik sebagai repeat borrower. Repeat borrower ini tidak punya riwayat gagal bayar atau kredit macet dan bisnisnya berkelanjutan. Dua faktor ini sangat penting buat pendana pemula atau investor yang memiliki profil risiko konservatif.
Sebagai investor atau pendana pemula yang masih ragu dan belum siap dengan tingginya risiko P2P, saya sih menyarankan untuk memilih produk KoinP2P Grade S yang cocok banget dengan profil risiko kamu.
Ke mana dana kamu akan disalurkan oleh KoinWorks?
Dana-dana yang diperoleh dari lender ini, akan disalurkan oleh mitra ke dalam ekosistem bisnisnya untuk mengembangkan usaha yang dimiliki pekerja informal. Kelancaran pembayaran mendapatkan partner guarantee dari mitra, sehingga risiko gagal bayar bisa diminimalisir alias risikonya rendah.
Kelebihan lain yang dimiliki produk ini adalah kita bisa membantu usaha yang dimiliki pekerja informal berkembang. Pada akhirnya mereka bisa meningkatkan status ekonomi. Pinsip KoinP2P Grade S ini “Low Risk, Big Impact”.
Alasan Saya Memilih KoinP2P Grade S sebagai Alternatif Instrumen Investasi
Menurut saya, 2 produk terbaru dari Koinworks ini lumayan efektif untuk mendiversifikasi investasi. Terutama untuk tujuan-tujuan keuangan jangka pendek yang kurang dari satu tahun. Dengan tingkat risiko yang rendah dan beragam fitur serta kelebihan yang tidak dimiliki P2P lain, uang kita bisa bekerja lebih maksimal sesuai tujuan keuangan. Saya nggak perlu pusing dan ribet membaca laporan keuangan.
Kemudahan lainnya, produk KoinP2P Grade S ini nggak butuh modal besar. Uang receh yang nganggur di rekening bisa digunakan untuk berinvestasi. Instrumen ini bisa menjadi alternatif jika kamu ingin mengembangkan aset dengan mudah dan maksimal.
Last but not least, kamu bisa mulai mendanai di KoinP2P dengan download Google Play dan App Store.
Nah, itu tadi tips ringan beberes keuangan agar kita tetap survive di tengah isu resesi. Kira-kira ada yang mau menambahkan? Silakan tulis di kolom komentar, ya.