Pesantren Tahfizh Green Lido, Ponpes yang Didanai dari Wakaf Produktif

0 Shares
0
0
0

Pagi itu, Minggu 22 Oktober 2023, merupakan kesempatan pertama saya mengunjungi Pondok Pesantren Tahfizh Green Lido yang berada di Sukabumi, Jawa Barat. Kunjungan ke ponpes ini sekaligus menghadiri tasyakuran pembangunan Masjid As Sa’adah yang berada di dalam komplek pesantren tersebut.

Saya bertiga dengan teman, berangkat dari Gedung Philantrophy milik Dompet Dhuafa sekitar pukul 7 pagi. Perjalanan menuju Lido, Sukabumi terbilang lancar. Jarak tempuh hanya sekitar satu jam-an dari Jakarta.

Hawa sejuk langsung menyergap begitu tiba di lokasi. Sekian lama menikmati suhu panas Kota Jakarta, saya langsung bersyukur bisa menghirup udara segar di kawasan Sukabumi.

Di kawasan inilah nantinya akan dibangun komplek pesantren yang meliputi asrama santri, masjid,  Lahan yang nantinya akan dibangun gedung pesantren cukup luas. Tanah wakaf dari seorang donatur Dompet Dhuafa ini mencapai 2 hektar.

Di bagian tengah tanah wakaf sudah berdiri megah Masjid As Sa’adah. Arsitekturnya bergaya modern minimalis dengan mengusung konsep banyak bukaan di setiap sudutnya. Bangunan masjid ini terdiri dari tiga lantai. Lantai dasarnya digunakan sebagai aula serbaguna, lantai keduanya untuk masjid dan bagian atasnya berupa rooftop yang nantinya bisa difungsikan untuk beragam kegiatan.

Area sekitar masjid masih berupa tanah lapang yang cukup luas. Di samping kanan masjid berderet jejeran tenda yang sedang digunakan untuk kegiatan jambore santri. Maklum, 22 Oktober bertepatan dengan Hari Santri Nasional. Kegiatan ini sekaligus menjadi ajang untuk mengenalkan kegiatan produktif para santri ke publik.

Seru? Sudah pasti. Banyak pengalaman seru yang bisa saya nikmati selama berada di Pesantren Tahfizh Green Lido.

Pesantren Pertama yang Dibangun Dompet Dhuafa

Saat mendengar kata Dompet Dhuafa, ingatan saya langsung tertuju pada kegiatan filantropi yang selama puluhan tahun konsisten dilakukan oleh lembaga filantropi ini. Banyak catatan kegiatan positif yang saya ingat. Beragam program untuk pemberdayaan umat kerap kali dilakukan. Tak terkecuali pada momen hari santri beberapa waktu lalu.

Acara tasyakuran sendiri berlangsung dengan sangat khidmat. Beberapa tamu undangan—yang salah satunya merupakan muwakif dari lahan pesantren—turut menyemarakkan acara. Saya dibuat takjub tatkala putri dari muwakif memberikan sambutannya. Betapa tidak, tanah wakaf yang kelak akan menjadi pesantren ini merupakan amanah dari almarhum orang tuanya. Betapa hebat keluarga mereka. Dengan mendonasikan tanah seluas 2 hektar kepada Dompet Dhuafa untuk dibangun pesantren, insyaallah pahala jariyahnya akan terus mengalir.

Memang benar. Pesantren Tahfizh Green Lido ini menjadi proyek pertama Dompet Dhuafa dalam membangun ponpes yang dananya berasal dari wakaf produktif.

Baca juga: Mengenal 3W: Warisan, Wasiat, dan Wakaf

Mengenal Wakaf Produktif

Wakaf produktif? Maksudnya wakaf seperti apa?

Jadi begini, saya pun baru mengenal konsep wakaf produktif ini saat mengikuti kegiatan Dompet Dhuafa. Dalam pandangan orang awam seperti saya, konsep wakaf hanya tertuju pada 3 jenis, yakni lahan pemakaman, masjid, dan madrasah. Intinya, menurut pandangan saya—yang ternyata salah–untuk memberikan wakaf  harus berupa lahan yang sangat luas.

Dengan pemahaman saya yang sempit, untuk berwakaf kita harus “sudah selesai” dengan diri sendiri dulu. Baru kemudian bisa berwakaf dengan nominal yang tentu saja tidak sedikit. Pandangan saya tersebut ternyata keliru setelah mengenal program Wakaferse dari Dompet Dhuafa.

Balik lagi ke wakaf produktif, ini adalah konsep pengelolaan dana wakaf dari umat yang diproduktifkan sehingga mampu menghasilkan manfaat yang berkelanjuutan. Benefit dari dana wakaf produktif ini akan menjadi sumber dana abadi untuk membiayai beragam kegiatan. Misalnya penyelenggaraan pendidikan, layanan kesehatan, dan lain sebagainya.

Wakaf Produktif ini bisa berupa wakaf harta bergerak, uang tunai, emas, dan harta tak bergerak seperti tanah dan bangunan. Yang membedakan dengan konsep wakaf umum yang diketahui masyarakat awam, wakaf produktif ini bisa dilakukan oleh siapa pun. Tidak hanya orang kaya saja. Kita bisa berwakaf mulai dari Rp10.000 melalui wakaf produktif (program Wakaferse) Dompet Dhuafa.

Kini, siapa pun yang ingin berwakaf tinggal mengakses program tersebut. Bahkan, kita pun bisa berwakaf yang nilainya setara dengan segelas kopi yang sering kita beli. Sebagai umat Muslim, adanya program Wakaferse yang digagas oleh Dompet Dhuafa ini sangat membantu siapa saja yang ingin berwakaf.

Kecil dan bermanfaat, bukan?

Ragam Baksos Dompet Dhuafa di Kawasan PTGL

Suasana di Kawasan PTGL yang cerah dan sejuk membuat saya tertarik berkeliling menikmati ragam kegiatan yang diadakan Dompet Dhuafa. Mulai dari pembagian sembako, pengecekan kesehatan gratis untuk masyarakat, hingga jambore pesantren nusantara (Jantara) yang diikuti 250 santri dari berbagai pesantren di seluruh Indonesia. Rangkaian kegiatan ini sekaligus memperingati Hari Santri.

Memang ya, kalau untuk urusan bakti sosial, Dompet Dhuafa ini jagonya. Semua berjalan dengan lancar dan penuh amanah. Saya melihat sendiri tim mereka yang sigap dalam perhelatan ini. Undangan yang hadir dalam rangkaian kegiatan tersebut juga beragam. Mulai dari pejabat daerah setempat, mitra, hingga perwakilan donator. Dengan begini, setiap rupiah dana yang diamanahkan ke Dompet Dhuafa disalurkan penuh amanah.

Semoga saja program baik dan berkelanjutan ini tetap terus ada dan menjadi manfaat untuk semuanay. Amin.

 

0 Shares
Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You May Also Like