Menyimak Hasil Survei FOI Terkait Kelaparan pada Anak Usia Dini

0 Shares
0
0
0

Pagi itu, saat saya bersiap untuk hadir di acara Foodbank of Indonesia (FOI) cuaca lumayan cerah. Ini kali pertamanya saya masuk Gedung KPPPA yang berada di bilangan Merdeka Barat. Saya hadir di sana untuk mengikuti acara dialog dengan media dan FOI terkait kelaparan pada anak usia dini.

Menyenangkan?

Iya, buat saya sangat menyenangkan bisa mendengarkan paparan dari para ahli. Beberapa di antaranya adalah KPPPA, Bappenas, Dewan Pakar Foodbank of Indonesia, Pengurus Yayasan Lumbung Pangan Indonesia, dan Perwakilan Guru PAUD.

Apalagi ini menyangkut pangan. Salah satu faktor yang membentuk generasi Indonesia di masa depan. Suka atau tidak, makanan menjadi salah satu indikator utama untuk mengukur kesejahteraan sebuah negara.

Saya diingatkan kembali tentang pentingnya sarapan sebelum sekolah bagi anak-anak. Melalui forum ini saya juga belajar banyak dan ikut mengupas mengenai ketahanan pangan.

Baca juga: Solusi Hijau dari Foodbank Of Indonesia (FoI) untuk Penyelamatan Sisa Makanan

Apa yang terjadi jika anak-anak tidak terpenuhi gizinya?

Banyak masalah pastinya. Salah satu isu yang paling seksi saat ini adalah Stunting. Stunting merupakan kondisi di mana pertumbuhan fisik dan perkembangan otak anak terhambat sebagai akibat dari kekurangan gizi kronis, terutama pada masa pra-natal dan pra-pubertas.

Anak-anak yang mengalami stunting memiliki tinggi badan yang lebih pendek dari anak-anak sebaya mereka, dan ini bisa menjadi indikator dari ketidakseimbangan gizi atau masalah kesehatan yang mendasar.

Stunting bisa terjadi karena berbagai faktor. Beberapa di antaranya: nutrisi yang tidak memadai, infeksi kronis, dan lingkungan yang tidak mendukung pertumbuhan yang optimal, seperti sanitasi yang buruk atau akses yang terbatas terhadap layanan kesehatan dan air bersih.

Dampak stunting pada anak tentu bisa sangat serius. Salah banyaknya—iya banyak dampaknya–adalah penurunan kemampuan kognitif dan intelektual, peningkatan risiko penyakit kronis, dan penurunan produktivitas di kemudian hari.

Upaya pencegahan dan penanggulangan stunting melibatkan pendekatan yang komprehensif, termasuk meningkatkan akses terhadap nutrisi yang berkualitas, meningkatkan akses terhadap layanan kesehatan yang berkualitas, memperbaiki sanitasi dan kebersihan lingkungan, serta meningkatkan pendidikan dan kesadaran tentang pentingnya gizi yang baik selama masa pertumbuhan anak.

Kekurangan gizi pada anak salah satunya bisa diakibatkan oleh ketidakseimbangan distribusi makanan. Kita bisa membantu mencegahnya dengan cara-cara sederhana. Apalagi Indonesia termasuk negara dengan jumlah food waste terbesar kedua setelah Arab Saudi.

Melalui forum ini, saya kembali diingatkan untuk tidak membuang dan menyia-nyiakan makanan.

Ragam Masalah Kelaparan pada Anak Usia Dini

Kelaparan pada anak usia dini adalah keadaan di mana anak-anak dalam kelompok usia prasekolah mengalami kekurangan makanan yang signifikan. Hal ini bisa disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk kondisi sosio-ekonomi keluarga, akses terhadap makanan yang berkualitas, pengetahuan tentang nutrisi yang tepat, dan masalah kesehatan yang mendasarinya.

Anak-anak pada usia dini sangat rentan terhadap dampak kelaparan karena mereka sedang dalam masa pertumbuhan dan perkembangan yang kritis. Kekurangan makanan yang berkualitas dapat berdampak negatif pada kesehatan fisik dan perkembangan kognitif mereka, serta meningkatkan risiko penyakit infeksi dan masalah kesehatan lainnya.

Berikut ini beberapa masalah kelaparan pada anak usia dini:

Kurangnya Akses Terhadap Nutrisi yang Berkualitas

Banyak anak usia dini mengalami kelaparan karena tidak memiliki akses yang memadai terhadap makanan bergizi. Hal ini disebabkan keterbatasan ekonomi keluarga maupun akses terhadap sumber makanan yang berkualitas.

Kurangnya Pengetahuan tentang Nutrisi

Masih banyak keluarga di Indonesia yang mungkin tidak menyadari pentingnya nutrisi yang tepat untuk pertumbuhan dan perkembangan anak usia dini. Kurangnya pengetahuan tentang jenis makanan yang sehat dan cara memasaknya bisa menyebabkan anak-anak mengonsumsi makanan yang tidak memenuhi kebutuhan gizi mereka.

Masalah Kesehatan yang Mendasar

Banyak anak usia dini yang mengalami masalah kesehatan mendasar. Misalnya gangguan pencernaan atau intoleransi makanan. Kondisi bisa memengaruhi kemampuan mereka untuk menerima atau mencerna makanan dengan baik.

Konflik dan Krisis

Anak-anak di daerah yang terkena konflik atau krisis sosial sering kali menjadi korban kelaparan. Mereka memiliki akses sumber makanan yang sangat terbatas, infrastruktur yang rusak, atau perpindahan penduduk yang membuat sulit untuk mendapatkan makanan yang cukup.

Ketidakstabilan Ekonomi dan Sosial

Keluarga yang menghadapi ketidakstabilan ekonomi atau sosial sering kali kesulitan memenuhi kebutuhan dasar anak-anak mereka, termasuk makanan. Faktor-faktor seperti pengangguran, pengurangan gaji, atau perubahan dalam situasi keluarga dapat menyebabkan peningkatan kelaparan pada anak usia dini.

Beragam masalah di atas sudah sewajarnya diberantas.

FOI Beberkan Hasil Survei Mengenai Ketahanan Pangan

Baru-baru ini Foodbank of Indonesia melakukan survei ketahanan pangan keluarga dan pola makan anak pada 2023. Survei ini melibatkan dewan pakar dan stakeholder terkait, 107 pengurus PAUD, dan 628 orangtua murid mitra program Mentari Bangsaku. Mentari Bangsaku sendiri merupakan salah satu program yang digagas FOI untuk melakukan intervensi pangan dan edukasi bagi siswa PAUD dan SD.

Tujuan dari survei ini tak lain dan tak bukan untuk menggali informasi sebanyak-banyaknya tentang kerawanan pangan serta kebiasaan anak-anak sarapan di usia dini (PAUD). Pemahaman yang komprehensif tentu bisa menghasilkan keputusan yang tepat.

Hasil Survei FOI yang dilakukan pada Oktober-Desember 2023 di 13 kota/kabupaten menunjukkan  bahwa sebanyak 76,4 persen responden mengalami food insecure, 18,2 persen moderately food insecure, serta sebanyak 5,4 persen termasuk ke dalam kategori severe food insecure.

Dari hasil survey ini bisa disimpulkan bahwa sebanyak 23,6 responden memiliki masalah terhadap kerawanan pangan. Hasil lain juga menyebutkan bahwa sebanyak 50 persen anak-anak tidak sarapan saat berangkat sekolah.

Di Jakarta yang masih berstatus ibu kota dan kota penyangga Tangerang sendiri menjadi wilayah dengan kerawanan pangan tertinggi. Kerawanan tertinggi umumnya berada di Jakarta Selatan. Berkaca dari hasil survei ini, PR untuk menyelesaikan masalah pemenuhan gizi dan nutrisi bagi anak-anak harus segera dicari solusinya.

Hasil survei juga menunjukkan sebanyak 44,2 persen orang tua yakin jika anak-anak rutin sarapan akan meningkatkan konsentrasi selama kegiatan belajar di sekolah. 44 persen lainnya membuktikan anak akan lebih sehat dan aktif, dibandingkan 2,3 persen anak yang tidak sarapan.

Sangat menarik bisa menyimak paparan survei dari FOI mengenai ketahanan pangan. Dari forum ini saya jadi tau banyak masalah mendasar yang menyebabkan ketahanan pangan Indonesia harus ditingkatkan dan diperbaiki.

Kolaborasi untuk Mengatasi Kerawanan Pangan

Setelah melihat hasil survei yang dilakukan FOI, butuh adanya solusi konkret untuk mengatasi kerawanan pangan yang ada di negara kita. Salah satunya adalah kolaborasi antar-stakeholder. Mulai dari peran orang tua, keluarga, komunitas, FOI, pemerintah, dan seluruh pemangku kebijakan terkait.

Seluruh stakeholder harus mampu memberikan pendampingan yang responsif. Memberikan edukasi tentang pentingnya ketahanan pangan untuk menciptakan generasi unggul di masa depan. Dengan melakukan pendekatan yang kreatif, insya allah ketahanan pangan kita akan terus berkelanjutan.

Yuk! Sama-sama kita mulai dari diri sendir.

0 Shares
Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You May Also Like